CHAPTER 07

710 61 4
                                    

Dua hari kemudian.

Suara musik lembut serta tawa dan obrolan samar bercampur baur didalam ballroom hotel mewah milik keluarga Adiyaksa. Mereka tengah merayakan bertambahnya usia penerus tunggal yang ke 24 tahun.

Tamunya tak hanya dari kalangan sahabat tuan muda namun juga orang-orang berjas rapi yang menjadi kolega terdekat ayahnya.

Sesi demi sesi berjalan dengan lancar dan saat ini waktunya tuan muda Delano naik ke atas pentas untuk memberi sambutan.

"Selamat malam hadirin sekalian."

"Malam..." Sahut para tamu yang mengfokuskan eksi mereka pada visual tuan muda.

"Saya ingin menyampaikan terimakasih kepada kedua orangtua dan sahabat saya yang telah menemani saya sampai di usia 24 tahun ini dan tak lupa para tamu yang telah bersedia hadir di acara sederhana saya." Natala menjeda ucapannya.

Dia mati-matian menahan gemetar pun keringat dingin di depan semua orang. Ia terus mengucapkan rasa syukur atas pencapaian dan kasih sayang yang didapatkan dari orang-orang sekitar.

"Mungkin cukup itu yang dapat saya sampaikan malam ini, selamat menikmati acaranya. Terimakasih."

Suara riuh tepuk tangan menggema di setiap sudut ballroom dan Natala menebar senyum lebar yang menawan kemudian berfoto dengan kue tartnya yang mengundang gelak tawa para tamu.

Bisik-bisik lirih penuh pujian tersemat di setiap pembicaraan para tamu dan hal itu juga dilakukan dua pria yang berdiri menatap ke arah panggung sembari menikmati segelas wine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisik-bisik lirih penuh pujian tersemat di setiap pembicaraan para tamu dan hal itu juga dilakukan dua pria yang berdiri menatap ke arah panggung sembari menikmati segelas wine.

"Dia terlihat seperti pangeran." Puji Nara.

"Penampilannya bisa berubah begitu cepat seperti dua orang yang berbeda." Balas Arsenio.

"Anda benar, dia memang memiliki dua sisi yang berbeda."

Suara lembut seorang pria menimpali obrolan dua sahabat itu. Baik Arsenio maupun Nara menoleh ke kanan dan menememukan seorang pria berdiri di sisi Arsenio yang agaknya tak asing di ingatan mereka.

"Hey... Kalian yang ada di toko bunga waktu itu, bukan?" Tanya Orlando yang baru menyadarinya, dia mengulurkan tangan.

"Arsenio." Ucapnya seraya membalas uluran tangan Orlando lalu Orlando berpindah ke sampingnya.

"Nara..." Ketiganya saling melempar senyuman ramah.

Tak heran jika para pria mudah menemukan teman dimanapun mereka berada.

"Kau kekasih Natala?" Tanya Nara.

Orlando terkekeh lalu sedikit mencondongkan tubuh ke arah mereka. "Hampir, jika dia tidak menolakku." Ucap Orlando dan ketiganya tertawa.

"Kalian sudah lama kenal?" Tanya Nara.

"Kita bertiga teman masa kecil."

"Bertiga?" Tanya Arsenio dan Orlando mengangguk.

SUKARELA || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang