CHAPTER 01

1.3K 91 11
                                    

Cuaca siang ini cukup cerah dan orang-orang di sibukkan dengan kegiatan masing-masing. Sama halnya dengan lelaki berparas cantik pemilik toko bunga di dekat lampu merah.

Ia sibuk berkutat dengan bunga-bunga yang tertata apik di tokonya, memilah-milah kuntum mana yang mulai layu dan pantas untuk di pisahkan.

Ia sibuk berkutat dengan bunga-bunga yang tertata apik di tokonya, memilah-milah kuntum mana yang mulai layu dan pantas untuk di pisahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat siang."

Natala menengok, senyumnya merekah melihat pria bertubuh jangkung mengenakan setelan jas hitam berdiri di ambang pintu. Dia Nara, salah satu pelanggan tokonya yang hampir setiap hari memesan bucket.

"Selamat siang tuan, silahkan..." Sambutnya ramah seraya mengarahkan tangannya ke meja panjang yang ada di sudut toko.
"Bunga apa yang anda inginkan hari ini, tuan Nara?"

Lawan bicaranya memutar mata sembari bergerak duduk. "Ayolah Nat... Jangan memanggilku tuan, bersikap santailah sedikit."

Natala terkekeh mendengar protes pelanggannya. "Baiklah... Katakan saja bunga apa yang kau inginkan."

"Temank___ah tidak, maksudku bossku butuh bucket bunga untuk permintaan maaf." jelas Nara.

"Apakah tulip putihku kemarin tidak berhasil?"

"Entah... Kurasa tidak."

"Kekasih bossmu cukup sulit si takhlukkan." Candanya sambil terkekeh.

"Mereka bukan kekasih, hanya kakak beradik."

"Oh... Saudara yang cukup manis." ucap Natala memilih bunga.

"Mereka bukan saudara Nat, entahlah aku bingung menjelaskan hubungan mereka." kata Nara.

"Oh baiklah aku mengerti... Bagaimana jika 15 bunga mawar merah? 15 tangkai adalah simbol permintaan maaf dan mawar, kau pasti tau sendiri maknanya."

"Aku serahkan padamu."

"Aku senang bertemu pelanggan pasrah sepertimu." Keduanya terkekeh.

Natala mengambil 15 tangkai mawar dan meletakkannya diatas meja dekat Nara, dia bergerak ke lemari didekat meja kasir untuk mengambil peralatan merangkai bunganya.

Sementara itu, Nara hanya diam. Mengamati pergerakan Natala dengan perasaan ragu-ragu, antara malu dan sungkan untuk menanyakan kabar seseorang. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan memperhatikan Natala mulai merangkai mawar dengan keahlian yang tidak diragukan lagi.

Nara menarik napas untuk mengumpulkan nyali. "Ekhem Nat... Bagaimana kabar Peter? Dia jarang sekali membalas pesanku."

Natala menahan senyum. "Menyerahlah jika kau lelah Nar." goda Natala melirik sekilas pada pelanggannya.

"Tidak akan terjadi." jawab Nara penuh keyakinan dan mereka terkekeh bersama.

Natala merangkai bunga dengan begitu lihai, memasangkan pita agar terlihat semakin manis dan mengangkatnya sedikit tinggi lalu tersenyum.

SUKARELA || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang