6

107 22 0
                                    

Tidak banyak perubahan yang terjadi dikehidupan Bela sejauh ini. Tentu saja Bela dan Dave memutuskan untuk menyembunyikan hubungan mereka dari orang lan kecuali Geri—Manager Dave, Marcel, dan Yeyra.

Khawatir jika ada yang mengenali Dave, Bela pun mengingatkan agar pria itu tidak terlalu sering mengunjunginya, yang hanya ditanggapi "apa? Aku gak dengar" sembari matanya tetap fokus pada layar TV.

                                   *

Pagi ini Bela mendapat panggilan mendadak untuk segera hadir di kantornya. Entah ada masalah apa, pagi pagi sekali Dean sudah menghubunginya melalui pesan singkat untuk bergegas.

Setelah membelah kemacetan, sesampainya diruangan bertuliskan Team Editor, Bela sudah disuguhkan pemandangan Linda—Juniornya, Dean, dan dua rekan sepantarnya Andra dan Meli yang sudah hadir tanpa mengeluarkan suara apapun.

"Pagi Mas—"

"Duduk Bel" Potong Dean melirik sekilas kedatangan Bela.

Bela terhenyak seketika, 2 tahun bekerja bersamanya baru kali ini Dean berbicara dengan nada dingin kepadanya.

Bela buru buru mengambil posisi duduk disebelah Andra yang hanya menyapanya dengan senyum getir yang semakin menandakan sesuatu yang buruk telah terjadi.

"Thanks udah kumpul, gue to the point aja deh. Siapa yang ngelolosin artikel Ebra Dwitama ketahuan ngobat kemarin?!"

Dean berkata dengan nada agak tinggi sembari memandang satu persatu anggota timnya termasuk Bela yang langsung menatap bingung kearah Dean dan menggelengkan kepalanya pelan. Ketiga rekan kerjanya pun memilih diam.

"Oke gak ada yang mau ngaku. Linda, siapa yang kasih lo ijin buat lolosin?"

"Mbak Be..la mas" ucap Linda lirih dengan kepala menunduk.

Bela membolakan matanya, pandangannya beralih kepada Linda yang kini menunduk sembari memainkan jari jari tangannya .

"B-bukan gue ma—"

"See? Gue tau, gue ngasih lo akses buat ngelolosin artikel karena gue percaya sama kerjaan lo. Tapi kali ini entah lo buta, bego atau gimana. Gue udah berulang kali bilang walaupun beritanya bener atau bohong dan bisa naikin engagement platform kita, JANGAN SEKALI KALI NAIKIN BERITA DWITAMA!!!"

Dean berbicara dengan nada tinggi sembari menunjuk kearah Bela. Bela yang merasa tidak melakukan kesalahan apapun mulanya merasa baik baik saja, namun mendengar bentakan Dean yang langsung ditujukan untuknya, dada Bela merasa sesak. Bahkan ia pun hanya bisa terdiam kesulitan untuk menyanggah ucapan Dean.

"Berkat ketololan lo, kita masuk dari 5 platform yang mereka tuntut karena ikut nyebarin beritanya Ebra, Mau benar ataupun salah gue udah ingatin jangan sekali kali masukin berita tentang mereka karena urusannya jadi panjang. Ngerti gak Bel?!?" Dean melempar map coklat dengan tulisan Kejaksaan keatas meja tepat dihadapan Bela duduk.

Bela menundukan kepalanya, dadanya semakin sesak, wajahnya memanas. Sekuat tenaga ia menahan air matanya turun dengan bantuan gigitan pada bibir bawahnya.

Bela tidak terbiasa mendengar bentakan terlebih dari seorang pria, ini salah satu kelemahannya yang sulit ia atasi. Ia hanya bisa terdiam dan menangis tiap dimarahi oleh seorang pria.

"Sekarang mau gimana? Lo Cuma bisa diem? Nangis? Bisa gak lo minta mereka cabut tuntutan?" Dean masih menatap tajam kearah Bela yang kini air matanya sudah tertahan dipelupuk mata, satu kedipan mungkin akan meruntuhkan air matanya.

Sebelum air matanya benar benar turun, Bela mengais tasnya dengan cepat, meninggalkan ruangan dengan dentuman pintu yang ia sengaja tutup dengan kencang.

Brightest StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang