Jika dipikirkan kembali, dari awal semua sudah terencana dan terprediksi.
Tetapi siapa sangka jika ternyata tak sesuai...
Hingga membuat keadaan terasa begitu menyesakkan.Namun terkadang tak semua dapat terjawab saat itu juga, karena Tuhan memberi waktu yang tepat supaya hambanya lebih bisa memahami dan menerima, makna apa yang terselip dibalik lara- tangis yang ia beri, sebagai pembelajaran hidup.
Sempat terpikir untuk menggoreskan tinta merekah di permukaan kulit, atau meminum banyak obat tidur berharap esoknya tak perlu susah-susah untuk bangun. Yang ternyata hanya sia-sia saja, sebab memang belum takdirnya dan Tuhan masih ingin menunjukkan akhir bahagia untuk menutup tamat lembaran hidup.
Ingin tertawa bila masa itu kembali terlintas di kepala.
Dan ketika akhirnya daksa ini mampu melewati curamnya masalah, senyum terukir seakan mencemooh diri yang telah meremehkan ketangguhan atma.
"Lihatlah! Kau mampu!"
— Selesai.***
Kamu saya dan kita semua,
Akan baik baik saja.
Seharusnya dan semoga.Doa saya, doa kamu, dan doa kita semua.
Mari pecah, mari kita melebur, mari memanas, namun harus memuncak menjadi satu.Rumitnya keluh kesah, susah palang.
Selamat kita tamat
Mari akhiri,
Sekian,
Terimakasih.— Adhiyaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀ksara 𝐒emesta [ON GOING]
Random⚠no copas⚠ Teringat sisa memori... Tentang dua atma yang di paksa berhenti karena perasaan yang berbeda. -𝐀ksara 𝐒emesta