03

54 9 12
                                    

Kita panggil Rain dengan nama Ranada sekarang. Supaya lebih enak.

                              ●_●

"Anta," panggil Xavier kepada Anta yang ingin memasuki gerbang sekolah.

"Kenapa, Yah?" tanya Anta lalu berjalan kembali ke arah mobil Xavier.

Xavier terdiam sesaat. Pandangannya menatap lurus punggung Ranada yang mulai menjauh di depan sana.

"Kamu bisakan menjaga Ran untuk saya?" tanya Xavier memandang Anta dengan senyum manis yang menghiasi bibirnya.

Bagi Anta senyum yang Xavier tunjukkan padanya memiliki maksud lain. Anta sangat tahu seperti apa seorang Xavier Alauska jika mengiginkan sesuatu.

"Akan aku usahakan," jawab Anta dengan ekspresi datarnya.

"Anak pintar," ucap Xavier sambil menepuk-nepuk pucuk kepala Anta dengan senyum manis yang masih menghiasai bibirnya. Anta yang mendapat perlakuan seperti itu mengepalkan kedua lengannya. Anta sangat tahu maksud dari tepukan yang Xavier berikan padanya. Xavier mengaggap Anta seperti anak anjing yang patuh pada tuannya.

Anta mengehembuskan nafasnya dengan kasar dan menyingkirkan lengan Xavier dari kepalanya.

"Aku masuk dulu," ucap Anta dan berlalu dari hadapan Xavier.

Setelah kepergian Anta, senyum yang tadi menghiasi bibir Xavier kini sudah digantikan dengan ekspersi datar menatap kepergian Anta.

"Dasar hama kecil," gumam Xavier saat tatapannya menatap ke arah lantai dua.

Dilantai dua gedung sekolah, seorang pria bermata biru menatap Xavier dengan tatapan tajam. Seakan tatapan itu memperingati Xavier untuk tidak macam-macam.

•••

Ranada sendiri sudah berada di koridor sekolah. Sepanjang jalan Ranada selalu menundukkan pandangannya. Ranada tidak ingin menatap ke depan. Ranada masih ingin matanya yang suci ini terjaga dari pandangan yang membuat matanya ternodai jika ia menatap ke arah depan. Lihatlah, sepanjang koridor ada saja siswa yang bermesraan dengan pasangannya. Tidak masalah jika mereka bermesraan dengan lawan janis, tapi masalahnya ini mereka malah bermesraan dengan sesamanya.

Sepertinya Ranada lupa sedang berada dimana ia sekarang.

"Ran, tunggu!" Ranada menghentikan langkahnya dan menghadap ke belakang untuk melihat orang yang memangilnya. Seketika Ranada langsung menatap tidak suka keberadaan orang yang sudah memanggilnya. Disana Anta berlari kecil menuju tempat Ranada berada.

Tanpa menunggu Anta, Ranada kembali berjalan menuju kelasnya berada. Ranada tidak suka dengan Anta. Anta adalah salah satu tokoh novel yang paling tidak Ranada suka. Anta itu manipulatif, apa saja akan Anta lakukan untuk mencapai tujuannya. Sekalipun itu dengan cara yang licik.

Anta yang melihat Ranada kembali berjalan dengan sigap menarik lengan kiri Ranada yang membuat Ranada menghadap ke arah Anta sepenuhnya.

"Kamu punya telingakan? Kenapa tidak menungguku?" tanya Anta menatap kesal Ranada.

Ranada hanya memutar bola matanya malas melihat Anta.

"Kenapa, sih?" tanya Ranada dengan nada tidak suka.

"Biar aku antar kamu ke kelas," jawab Anta dan berniat memegang lengan Ranada, tapi niat Anta urung karena Ranada dengan kaser menepis lengan Anta.

"Engga usah modus lo," ucap Ranada menatap sinis Anta.

Anta tetap menampilkan senyumnya kepada Ranada. Anta tidak peduli dengan penolakan yang Ranada berikan padanya barusan. Yang harus Anta lakukan sekarang adalah membuat Ranada kembali nyaman berada di dekatnya.

CRAZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang