09

37 6 12
                                    

Di sebuah ruangan yang pencahayaannya tamaram terdapat tiga pria. Sebut saja mereka pria A, pria B dan pria C.

"Kenapa kamu mendekati gadis itu?" tanya pria C ke pria A yang sedang menghisap sebatang rokok di sofa tunggal.

Pria A itu mengembuskan asap rokoknya ke udara. "Siapa juga yang mendekati gadis itu?" pria A itu malah bertanya balik seraya menatap pria C yang duduk di sofa depannya bersama pria B.

Brak!

Pria C itu langsung memukul meja di depannya. Membuat pria B yang sedang minum sampai tersedak karena kaget.

"Jangan berbohong! Aku tahu kamu sedang mencoba mendekatinya," ucap pria C tidak terimah ketika pria A malah mengelak.

Pria A tersenyum miring menatap pria C yang sedang kesal terhadapnya. "Kamu marah?" tanya pria A seraya berjalan mendekati pria C.

"Pake nanya lagi! Jelaslah aku marah. Aku cemburu tahu liat kamu dekat-dekat sama dia," ungkap pria C menatap kesal ke pria A yang sudah duduk di sampingnya.

Pria B yang mendengar nada merajuk dari pria C, ingin rasanya ia memuntahkan isi perutnya. Menurutnya pria C terlalu lebay. Dan ia juga menyesal sudah ikut dengan dua mahluk bucin bin alay ini. Jika, ia tahu akan jadi obat nyamuk lebih baik tadi ia tiduran saja di rumahnya.

"Tenang saja aku mendekatinya hanya untuk balas dendam," kata pria A menenangkan pria C yang merajuk padanya.

Baru saja pria C ingin membuka suara, pria B sudah lebih dulu memukul belakang kepalanya.

"Eh, bego! Bukannya lo juga ikutan dekatin Ranada ya?" Itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Karena apa yang di bilang oleh pria B benar adanya.

Pria A yang mendengar itu mengerutkan alisnya seraya menatap tajam pria C untuk meminta penjelasan.

Pria C yang mendapat tatapan tajam membuat ia gegelapan sendiri. Pria C itu melirik kesal pada pria B yang sedang cekikitan melihat dirinya dalam masalah.

"Itu bukan seperti yang kamu pikirkan ko. Aku mendekati dia hanya untuk membantu kamu," jelas pria C untuk meyakinkan pria A bahwa ia mendekati Ranada tidak ada maksud lain selain ingin membantu Pria A. Pria A yang mendengar itu tersenyum lega.

"Kenapa lo mau balas dendam ke Ranada? Emang gadis itu membuat masalah sama lo?" tanya pria B. Pria B hanya penasaran kenapa pria A ingin balas dendam ke Ranada. Sedangkan Ranada sendiri tidak pernah mencari masalah, kecuali  Ranada yang selalu mengintili pria A.

"Ranada engga ada masalah dengan gue, tapi Ayahnya yang punya masalah dengan gue. Dan gue akan membalas semua perbuatan Xavier melalui Ranada. Karena Ranada adalah putri kesayangan Xavier," jelas pria A.

Pria B menganguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti akan penjelasan pria A. Padahal pria B tidak mengerti sama sekali penjelasan dari pria A. Tapi, satu yang pasti, ia harus melakukan sesuatu.

"Aku permisi ke toilet dulu," ucap pria C tiba-tiba dan langsung berlari ke kamar mandi tanpa mendengar jawaban dari lawan bicaranya.

Pria B yang melihat itu tersenyum miring . Tentu ia tahu kenapa pria C tiba-tiba ingin ke toilet.

•••

Di kediaman Xavier sendiri sedang terjadi perdebatan antara Anta dan Ranada.

"Biar aku yang sabunin kak Anta," kata Ranada dan merampas spons dari tangan Anta.

"Biar aku saja Ranada," ucap Anta dan mengambil kembali spons dari tangan Ranada.

Sekarang ini mereka sedang di halaman rumah memperebutkan siapa yang akan menyabuni motor kesayangan Anta. Xavier sendiri berada di balkon kamarnya memperhatikan mereka dari atas. Sebenarnya Xavier ingin ke bawah, tapi ia harus menuntaskan pekerjaannya dulu.

"Sebaiknya kamu istirahat saja Ran," perinta Anta kepada Ranada yang sedang memainkan busa di tangannya.

Ranada tidak memperdulikan perkataan Anta. Malahan Ranada sudah asik membuat gelembung dari tangannya.

Anta sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala. Padahal tadi mereka berebut untuk menyabuni motornya, tapi sekarang Ranada malah asik sendiri bermain gelembung.

Anta membiarkan Ranada bermain gelembung dan ia sendiri kembali mencuci motornya.

Tiba-tiba suara dering ponsel terdengar dari teras rumah. Anta yang mendengar itu berjalan ke teras rumah untuk mengambil ponsel tersebut. Saat sampai di teras, ternyata yang berdering bukan ponsel miliknya melainkan ponsel Ranada.

"Ran, ponsel kamu berbunyi," beritahu Anta kepada Ranada yang masih asik meniup gelembung.

"Kak Anta saja yang angkat," kata Ranada menyuruh Anta mengangkat panggilan tersebut.

"Tapi, ini engga ada namanya Ran," kata Anta setelah melihat tidak tertera nama si penelpon.

"Engga usah di angkat kalau gitu," sahut Ranada tidak mempedulikan si penelpon.

Lagian buat apa juga di angkat. Sedangkan yang menelon saja nomornya tidak tersimpan di kontaknya. Mungkin orang yang menelpon itu salah sambung.

Anta kembali meletakkan ponsel Ranada di meja dan ia sendiri kembali ke tempat motornya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

CRAZY!

Kalian engga pusingkan baca prat ini?
Maaf, ya kalau ceritanya engga nyambung.

CRAZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang