04

46 8 10
                                    

Dengan langkah gontai, Ranada berjalan menuju kelasnya. Ranada masih sedikit shok akan kejadian di perpustakaan tadi. Ranada tidak menyangka, secepat itu ia bertemu dengan para tokoh. Padahal Ranada sudah berniat untuk tidak bertemu para tokoh penting selain Anta Refadra.

Ranada ingin pulang ke dunianya. Entah sampai kapan ia akan berada di dunia paralel ini. Ranada rasanya sudah tidak sanggup berada di sini. Walaupun Ranada baru dua hari berada di sini, tapi dirinya sudah merindukan ibunya dan seseorang yang Ranada sukai di kehidupan nyata.

Apa yang harus Ranada lakukan? Apakah jika Ranada mengikuti perintah dari Ranada asli, ia bisa pulang ke dunianya atau tetap berada di dunia paralel ini?

Dan bagaimana keadaan dirinya di kehidupan nyata. Apakah dirinya ini sudah mati atau belum? Tapi, Ranada rasa dirinya di kehidupan nyata masih hidup karena Ranada tidak pernah mengalami yang namanya kecelakaan.

Karena Ranada tidak fokus memperhatikan jalan, Ranada sampai menaberak pungung seseorang. Yang mana itu membuat jidatnya terbentur pungung orang yang ia taberak.

"Aish, jidat gue," Ranada meringis seraya mengusap jidatnya yang sakit.

Kenapa hari ini Ranada sangat sial.

Orang yang Ranada taberak membalikkan badannya menghadap Ranada.

"Lo engga papa?" tanya orang itu dengan nada khawatir menatap Ranada yang masih mengusap jidatnya.

Ranada sendiri sudah terbengong mendengar suara bas dari orang yang menanyainya itu. Selain suaranya yang sangat laki, wajah orang itu juga sangatlah tampan. Kenapa orang-orang di dunia ini memiliki wajah yang tampan. Sepertinya author yang membuat cerita ini penyuka cogan. Karena hampir semua orang yang Ranada temui disini memiliki wajah yang tampan. Walau tidak setampan para tokoh penting sih, tapi tetap saja mereka tampan.

Asal kalian tahu, Ranada itu penyuka cogan. Apalagi kalau cogannya seperti Kim Seokjin.

"Hai," pria itu melambaikan tangannya ke arah wajah Ranada yang masih bengong seperti orang bodoh.

Ranada kembali sadar dari mengagumi ketampanan pria di depannya itu.

"Ah, itu gue engga papa," jawab Ranada setelah tadi terdiam beberapa detik.

"Sukurlah," ucap pria itu legah seraya tersenyum manis menatap Ranada.

Lama-lama Ranada bisa diabetes jika terus berada di dekat pria ini. Lihat saja senyumnya itu, sunggu sangat manis apalagi pria itu memiliki lesung pipit di kedua pipinya.

"Boleh kenalan?" tanya pria itu seraya menatap Ranada.

Ranada menganggukkan kepalanya antusias. Yang mana itu membuat pria di depannya tersenyum geli melihat tingkah Ranada.

"Gue Rain. Eh, maksud gue, gue Ranada Refadri," ucap Ranada sambil mengulurkan lengannya ke hadapan pria tersebut.

"Gue Olivia Mauren," orang yang Ranada kira pria itu menyambut uluran tangan Ranada dengan senang hati.

Astaga! Demi apa? Ranada tidak salah dengar kan? Serius orang yang sekarang berjabak tangan dengannya ini seorang wanita. Ranada sampai tidak percaya dengan kebenaran ini. Jika memang orang ini wanita, tapi kenapa wajahnya sangat tampan. Di lihat dari sisi manapun wajah orang ini tetap tampan.

Sangking shoknya, Ranada hampir jatuh. Jika saja orang yang bernama Olivie itu tidak sedang mengengam tangannya, mungkin Ranada sudah terduduk di lantai.

"Eh, lo kenapa?" tanya Olivia sampil memegang kedua pundak Ranada.

Rasanya Ranada sangat sulit mengeluarkan suara hanya untuk menjawab pertanyaan Olivia padanya.

CRAZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang