05

69 8 15
                                    

Ranada duduk di depan meja riasnya, ia menatap pantulan dirinya di cermin. Tidak bisa dipungkiri, jika tubuh yang sekarang ia tempati memiliki paras yang cantik. Ia saja waktu di kehidupan nyata tidak memiliki wajah seperti sekarang ini.

"Apa gue ikutin saja perintah Ranada yang asli, ya?" tanya Ranada pada dirinya seraya mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja rias.

Sepertinya tidak ada salahnya jika ia mengikuti perintah Ranada yang asli. Ia hanya perlu membuat Anta kembali normal dan setelah Anta kembali normal, dirinya bisa kembali lagi ke dunianya.

"Oke, mari kita lakukan," ucap Ranada bersemangat untuk bisa mengubah Anta kembali ke jalan yang benar.

Pertama-tama yang harus Ranada lakukan adalah membuat rencana. Ranada beranjak dari meja rias menuju meja belajarnya. Ia mengambil buku dan pulpen untuk digunkan untuk menulis rencana apa saja yang akan ia lakukan kedepannya.

Yang pertama yang harus Ranada lakukan adalah menjauhkan Anta dari Grible. Kalau bisa jangan ada pertemuan antara Anta dan Grible.

Yang kedua, Ranada harus mencoba mendekatkan diri kepada Anta. Dengan begitu, ia bisa mencegah pertemuan Anta dan Grible.

Yang ketiga, Ranada akan mencarikan Anta pacar. Dan untuk rencana yang lainnya nanti Ranada pikirkan lagi.

Dan sekarang Ranada harus mengisi tenaga dulu. Sedari pulang sekolah tadi ia belum sempat makan karena terlalu banyak pikiran.

Sebelum turun, Ranada sempatkan menyemperotkan parfum ke pakeannya. Setelah selesai Ranada beranjak turun untuk makan malam bersama keluarganya.

Dengan senyum semringah yang menghiasi bibirnya, Ranada menuruni undukan tangga satu persatu. Sesekali Ranada menyelipkan rambut yang menganggu pandengannya ke samping telinga.

Setibanya Ranada di meja makan yang dimana sudah ada Xavier dan Anta, Ranada dengan penuh percaya diri menyapa kedua pria itu dengan riang. Yang mana itu membuat Anta yang sedang meneguk air putih sampai tersedak. Ranada yang melihat itu tersenyum geli tatkala melihat wajah Anta yang memerah. Tanpa memperdulikan tatapan heran dari Xavier, Ranada menarik kursi di samping Anta.

Ranada dengan suka rela mengambilkan Anta nasi beserta lauknya.

"Ayah juga mau di ambilkan?" tanya Ranada seraya menatap Xavier yang sedang melongo di tempatnya.

Ranada yang melihat itu berusaha tidak menyemburkan tawanya. Sungguh, eksperesi yang Xavier tunjukkan sekarang sangatlah lucu. 

Karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Xavier, Ranada beranjak dari duduknya dan mendekati Xavier.

"Ayah," panggil Ranada dan menepuk pelan pundak Xavier.

Xavier tersentak kaget akan tepukan di pundaknya. Xavier langsung mengubah eksperesi melongonya menjadi wajah datar.

"Kenapa Ran?" tanya Xavier seraya menatap Ranada yang berada disamping kirinya.

"Ayah mau aku ambilkan nasi juga?" tanya Ranada yang mendapat anggukan dari Xavier.

Setelah mengambilkan nasi beserta lauknya untuk Xavier, Ranada berniat kembali duduk di samping Anta. Namun, niat itu urung karena dengan tiba-tiba Xavier menarik lengannya dan mendaratkan sebuah kecupan di pipi kanannya.

Ranada melototkan matanya setelah mendapat serangan tiba-tiba dari Xavier. Sungguh, Ranada tidak menyangka Xavier akan menciumnya.

Ranada langsung menatap Xavier, Xavier sendiri malah menunjukkan senyum manisnya tanpa merasa bersalah sudah membuat anak gadisnya seperti orang bodoh.

"Kenapa?" tanya Xavier. Ini orang masih bertanya kenapa? Minta dipukul kali, ya.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Xavier, Ranada kembali duduk di samping Anta.

CRAZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang