"Asli, Lo itu spesies manusia berkromosom XY yang aneh!"
•••®•••
Percayalah, menjadi mahluk bernama mahasiswa itu tidak sebagus namanya. 'Maha'siswa? Omong kosong, sudah satu bulan ini Tika menjalani hidup sebagai pelajar semester lima di Minerva University. Tidak ada asyik-asyiknya jadi seorang wanita penuntut ilmu seperti bayangannya selama ini, Tika yang sama sekali nol dalam prodi yang dimasuki ini hanya bisa menangis dalam diam mengetahui mata kuliah Ilpol beneran sulit. 5 mata kuliah wajib, dan dua diantaranya berhubungan dengan matematika. Tika beneran enggak suka kalo disuruh hitung-hitungan angka njlimet yang rumusnya tentu saja bikin senewen. Soalnya, saat masih pakai seragam putih merah hingga putih abu dirinya enggak pernah bisa capai target 85 seperti pelajaran yang lain.
Perempuan itu menyugar rambut di atas bahunya ke belakang, kemudian membuka pintu berwarna gelap di depannya. Hari ini Tika tidak pergi ngampus, ia memilih untuk menghabiskan waktu jalan-jalan santai di taman umum dekat apartemen.
Ia meletakkan barang bawaannya ke meja kecil ruang televisi lantas memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekitar sepuluh menitan perempuan itu mendekam dalam bilik mandi lalu keluar kembali dengan sundress serta rambut tergelung hairclip. Tika menyangking plastik kresek bening tadi menuju dapur, ia mengeluarkan mangkuk dari laci bawah kitchen set dan menuang bakso yang dibeli. Tak hanya itu saja, ada pula tahu bulat, telur gulung serta kebab Turki yang disajikan di atas piring. Ia membawa semua makanan itu ke ruang tengah lantas menyalakan televisi.
Tika membuka kenop pintu, melihat tubuh pria nyebelinnya masih terbalut selimut hingga kepala. Perempuan itu menghela napasnya, kemudian melangkahkan kaki mendekat. "Eh, bangun dulu. Lo nggak mau makan apa?" ucapnya sambil menyibak selimut dan menoel-noel bahu Javas yang tak tertutup benang.
Pria yang memejamkan matanya dengan posisi telungkup itu berdeham asal, tidak mengindahkan ucapan istrinya.
"Cepetan bangun dulu elah, nanti Lo bisa tidur lagi kalo masih sakit. Gue udah siapin makanan depan TV, ada bakso sama kebab Turki yang Lo mau."
Javas membuka matanya sedikit, melirik perempuan berpakaian terusan tanpa lengan yang membuka tirai jendela kamarnya. Tika berbalik, mengetahui suami ngeselinnya nampak meringis menahan sakit akibat luka yang bersarang di punggung sebab mencoba bangkit dari posisinya untuk duduk di atas ranjang.
"Kamu pergi sendiri?" tanya Javas setelahnya.
Tika berdeham singkat. Ia juga meraih kemeja tipis yang ada dalam lemari lalu membantu memakainya pada Javas yang kesusahan. Setelah itu, dia langsung mengajak suami ngeselinnya untuk keluar kamar. Javas duduk di atas karpet plastik tanpa banyak bicara, ia menerima setiap uluran yang perempuan di hadapannya itu berikan, obat juga air putih serta sendok dan garpu. Tika sebenarnya sadar tidak sadar juga bisa melakukan semua ini; memakaikan pakaian, melayani makan, serta memberikan perhatian layaknya seorang istri betulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grahita Kama
RomanceApa yang enak dari hidup seorang Diandra Pramustika? Menjadi istri seorang dosen? Bisa tinggal bersama sosok yang dicintai? Atau karena jadi mantu presiden? Oh, bukan-bukan. Nyatanya Tika tidak suka dengan semua itu, sial! Untuk apa dirinya harus b...