Bab 10 : KOKI VS CEO

1 1 0
                                    

🏵️🏵️🏵️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏵️
🏵️
🏵️

Ariza adalah direktur utama dari Shin Grup setelah kandidat antara Frans dan Aris mundur, mereka lebih memilih dengan pekerjaan lainnya. Frans memiliki untuk membuka restoran sendiri, Aris menikmati sebagai pengajar menjadi seorang dosen di universitas negeri di kota besar. Iya, kedua kakaknya memilih untuk mengalah pada adik bungsunya yang seperti memang lebih cocok untuk menjadi seorang pemimpin di Shin Grup, tapi kedua orang tuanya yang tidak menyukai hal itu. Karena sikap egois, angkuh dan sombong Ariza seperti kakek buyutnya HIRASHI YAMASHIRO. Itulah yang membuat kedua orang tua khawatir, jika Shin Grup di pegang di tangan Ariza.

"Apa maksud kakak soal itu, jika aku mengurungkan niat untuk tidak mengusir mereka. Maka mereka akan selamanya menempati tanah yang bukan hak mereka," ucap Ariza yang ngotot untuk mendapatkan tanah pemukiman di desa tersebut.

"Riza, jika kamu mengambil tempat tinggal mereka. Lalu mereka akan tinggal di mana? Apakah kamu sudah memikirkannya?" tanya Frans yang langsung berbalik badan menatap adiknya yang masih duduk di kursi.

"Kak aku sudah membangun rumah susun didaerah yang sudah aku tentukan, tanah itu sudah aku incar sejak lama, mana mungkin aku tidak bisa memilikinya." Perkataan dari Ariza membuat sedikit agak kesal.

"Yah aku percaya kamu pasti dapat memiliki apapun yang kau inginkan. Akan tetapi Ariza sekali lagi aku ingatkan agar kau urungkan niatmu untuk mengusir orang-orang dari desa tempat itu, di sana masih banyak warga yang lebih membutuhkan tempat itu ketimbang kau." Penjelasan Frans pada adiknya untuk dapat dimengerti.

"Alasan kakak melarang ku untuk menggusur tempat itu kenapa? Apakah kakak tahu tempat itu sudah aku beli." Pertegas Ariza pada kakaknya.

"Berapa yang kau beli?" Tanyakan dengan bidikan tatapan tajam pada adiknya, Dia seakan tidak mau dikalahkan oleh adiknya itu.

"Kak! Aku tidak ingin berdebat dengan kakak, apalagi bertengkar hanya masalah soal tanah, apa sih masalah kakak dengan tanah tersebut. Apakah punya sangkut paut dengan tanah tersebut, kenapa kakak begitu memaksaku untuk tidak melakukan yang menjadi hakku."

"Aku tanya berapa yang kau beli, aku tidak menanyakan soal alasan atau pertanyaan lainnya padamu. Aku hanya ingin tanya berapa yang kau beli tanah itu," ucapkan sia mulai menaikkan satu oktaf suaranya.

"70 M." Jawab singkat Ariza, yang tidak bisa melawan kakak sulungnya tersebut.

"Berapakah saham yang telah kau  investasikan ditanah tersebut?" tanya Frans yang membuat Ariza hanya merunduk wajahnya.

"Sekitar 30 % kak." Jawab singkat Ariza.
"Ambil sahamku, yang 70% untuk membeli tanah itu, cukupkan!" ucap Frans membuat Ariza menatap tajam kakaknya.

"Hah, tapi kak..." Ariza tak dapat mengatakan apapun lagi, saat kakak ha membuat kode diam dengan mengangkat tangannya ke atas.

"Renungkan apa yang kau lakukan itu, apakah tindakanmu itu benar atau salah, Ariza." Suara Frans mulai melembut kembali.

Saking tak bisa berbicara lebih banyak lagi Ariza hanya bisa diam, terhadap ucapan kakaknya. Walaupun Frans adalah kakak tirinya, tapi Ariza tidak pernah bisa berdebat atau melawan dengan kakaknya itu. Karena bukan ia tak bisa lawan, tapi ia sudah berjanji pada ibundahnya jika dia tak akan melawan kakak-kakaknya walaupun orang tuanya sudah tiada nanti.

"Baik kak," ucapnya.

~KANTOR SHIN GRUP~

BRAAAKK....

Ariza yang membanting sebuah map yang sangat tebal yang berisikan tentang dokumen-dokumen penting soal tanah yang dibahasnya saat di restoran kakaknya itu telah  gagal karena ia tak bisa melawan kakak yah ituu.

"Ada apa pak, apakah penandatanganan kontraknya gagal?" tanya Sekretarisnya yang langsung mengekor dibelakang setelah Ariza masuki ruangan kerjanya.

"Aku tidak bisa melawan kakakku sendiri, ternyata kakakku juga menginginkan tanah tersebut," penjelasan Ariza yang duduk di kursinya dengan kasar.

"Apa maksud anda pak?" tanya sang sekertaris yang tidak tahu kejadian saat ini.

"Kakak ingin membeli tanah itu, dan aku tidak bisa memiliki tanah itu sekarang, jika aku melawan kak Frans. Maka ibun akan terus menantang ku, kau tahu aku tidak bisa melawannya," ucap Ariza mulai frustasi.

"Apakah tuan Frans juga menginginkan tempat itu untuk membuat bisnisnya," ucap Rifaldo sekretarisnya itu.

"Aku yakin bukan itu yang dia inginkan, kakakku bukan orang yang memikirkan soal bisnis, aku heran kenapa dia begitu kekeh ingin sekali tanah itu tidak digusur. Rifal coba kamu cari tahu apa yang terjadi di tempat itu, aku hanya ingin tahu alasan kakak yang sampai begitu ngotot melarang ku untuk menggusur tempat itu. Aku sangat penasaran dengan sikap kakak, aku juga tidak mau mengambil resiko berbahaya. Jika aku mengambil kesimpulan kalau kakakku ingin bersaing denganku, maka aku yang akan mundur. Karena pada akhirnya aku juga yang akan kalah melawannya, aku tak akan sanggup jika harus berdebat lama dengan yah karena bukannya takut untuk kalah dengan kak Frans hanya saja backing yah itu adalah ibuku sendiri." Penjelasan Ariza yang meremas kertas di atas mejanya itu.

Disisi lainnya Frans yang baru pulang dari restoran, ia menggunakan motor bebeknya menuju sebuah desa yang ia perdebatan dengan adik tirinya itu. Dengan membawa beberapa menu makanan dari restorannya, sampai di pintu masuk selamat datang ia bertemu dengan seorang warga yang ia kenal.

Frans malah membagikan sekotak nasi dan air mineral pada warga yang sedang ronda di tempat tersebut, ternyata Frans mengontrak di salah rumah disana.

"Baru pulang mas?" tanya salah satu warga.

"Iya pak, silakan dimakan. Saya pamit yah pak," ucap Frans yang langsung menyalakan mesin motornya lagi.

Setelah selesai membagikan nasi kotak di sekitar jalan menuju tempat kontraknya itu, barulah Frans menuju gerbang pintu rumah kontrakan yah. Pemilik rumah kontrakan itu adalah seorang nenek-nenek yang sudah lanjut usia, ia tinggal sendirian walau dia punya cucu perempuan tapi jarang pulang kerumah karena alasan pekerjaan.

"Assalamualaikum nek, udah makan?"tanya Frans pada si nenek yang langsung keluar saat mendengar suara motor Frans.

"Kamu pulang, dari mana saja." Si nenek ini menganggap Frans sudah seperti cucunya sendiri.

Akhirnya Frans mengajak nenek itu makan bersama dengan lauk pauk yang dia bikin dan membawanya pulang, memang sengaja membuatnya. Frans sudah hampir 3 bulan tinggal di rumah tersebut, walau jarang pulang ke kontrakan karena dia kadang-kadang disuruh pulang ke rumah orang tuanya.

"Makan yang banyak ya nek, besok Frans buatkan bubur ayam dari resep yang nenek berikan itu." Sambil menyuapi sang nenek yang memang sangat senang dengan Frans sejak pertama bertemu dengan Frans

Bersambung...

MAS KOKI MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang