Bab 2 : KEPUTUSAN TERAKHIR.

36 11 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Yang belum vote di Episode sebelumnya maka di wajibkan harus vote ya! Plis, tolong budayakan untuk meninggalkan komen dan vote! Agar saya semangat garapnya, kalau mau lanjut baca.
*
*
Mas Koki My Love
By : NAGITA46
*
*

**Mas Koki My LoveBy : NAGITA46 **

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸
🌸
🌸

~RUMAH KELUARGA JHONATAN~

Terlihat sepasang suami istri yang sedang berada di ruang tengah, di tengah-tengah mereka saat ini ada seorang pria muda yang tertunduk lesu tak berdaya. Ia sangat murung, karena sedang di marahi oleh seorang pria paru baya yang tengah di puncak amarahnya.

"Papah tidak habis pikir sama kamu Frans, kamu sebenarnya mau ya apa sih? Kuliah kamu berantakan, kerja kamu gak ada yang becus, usaha papah semua bangkrut ditangan kamu. Apa saja yang telah kamu lakukan selama ini, apa yang telah kamu kerjakan sih!" ucap sang papah yang tengah di puncak emosi yah.

"Maaf pah." Parau saat mengatakannya, ia tertunduk dengan lesu.

"Frans, papah sekali lagi ingin tanya padamu kamu maunya gimana?" tanya sang papah yang sekarang mulai duduk tenang di sofa.

Sedangkan sang ibu yang tengah duduk di samping putranya, ia tak berkomentar apapun saat suaminya sedang memberikan nasehat pada anaknya. Karena dia tahu tak punya hal atas anak tirinya itu, suaminya yang kini sedang merasa kecewa akan putra sulungnya itu.

"Pah, aku mau kursus memasak saja. D-dan membuka restoran," ucap penjelasan Frans yang dengan tergagap-gagap mengatakannya.

"Restoran? Kursus masak? Frans apa kamu yakin?" tanya sang papah.

"Iya, aku yakin pah."

"Berikan papah alasan yang masuk akal, kenapa kamu memilih ingin membuka sebuah usaha restoran."

"Pah, papah tahu Frans sejak kecil sangat menyukai dapur, dan selalu membantu ibun di dapur, saat ibun mengenalkan semua bumbu dan jenis makanan Frans mulai tertarik. Pah, maaf jika perusahaan papah yang di tangani oleh Frans semua gagal karena kelalaian Frans, mungkin Frans tidak berkompeten dalam bidang produksi dan properti. Ada yang lebih baik untuk melakukan semua itu, Riza... Riza adalah pemimpin yang terbaik, yang seharus ya papah pilih. Dia lebih cocok meneruskan bisnis papah," ucap Frans menjelaskan tentang isi hatinya dan keinginan pada sang ayah.

"Jadi maksudnya kamu ingin mengembangkan hobby dan bakatmu itu?" tanya sang papah yang mencerna semua yang dikatakan oleh putranya.

"Bukan hanya itu pah. Ini juga impian Frans sejak kecil," ucap Frans yang menjelaskan.

Devit sebagai seorang ayah tak bisa berkomentar apapun lagi, ia menghela nafasnya frustasi tak tahu harus bagaimana lagi untuk mendidik anak-anak itu.

"Yaudah terserah kamu Frans, papah akan lihat apakah semua usaha kamu. Sayang, urus dia. Aku mau istirahat, aku sangat lelah. Berikan dia pengertian, entah dia mau apa!" tangkas sang Devit yang bergantian bicara dengan anak dan istrinya ia langsung berjalan menuju pintu kamarnya.

BRAAK !

Pintu kamar yang di banting sangat keras karena sangat kesal, sang istri hanya menggeleng kepalanya saja. Ia lalu melihat putranya kembali, walau Dita bukanlah ibu kandung dari Frans ia tak pernah membedakan anak tiri dengan anak kandungnya.

Membelai kepala putranya dengan lembut dan penuh kasih sayang, mengenggam tangan sang anak. Menatap wajah lekat, banyak sekali yang ingin dia tanyakan padanya tapi, ia tahan untuk sementara sang anak menenangkan diri.

"Ibun... Frans," ucap Frans yang tercekat saat suaranya tak dapat ia lontarkan dengan baik.

"Putraku Frans, jika Frans ingin seperti itu. Boleh, tapi sayang kamu tahu resiko dan konsekuensinya?" tanya sang ibun. Frans hanya mengangguk pelan, bahwa sekarang ia juga tahu baik buruk yah.

Dita lalu hanya menarik nafasnya, lalu membelai kepala putranya lagi. "Memang kesuksesan bukan dari pihak manapun, tapi dari diri sendiri. Jika ada kemauan dan keinginan, usaha tak akan membohongi hasil. Makanya semua yang kamu lakukan akan Ibun dukung dan ibun juga hanya bisa mendoakan kamu nak, jika memang kamu inginnya seperti itu silakan. Ibun akan selalu support keputusan kamu," ucap penjelasan sang ibun.

"Tapi... Papah, papah sepertinya tidak setuju dengan keputusan Frans Bun, bahkan papah sangat marah padaku Bun."

"Ibun akan bujuk papahmu pelan-pelan yah sayang, kamu harus semangat. Jangan pantang menyerah. Hanya karena papah kamu tak menyetujui itu, Shin Grup bukan satu-satunya jalan untuk merai sukses kok. Jika kamu punya jalan lain silakan kamu ambil dengan berani okey, sini ibun peluk."

Frans lalu memeluk sang ibun yang saat ini memeluknya sangat hangat, dengan setiap belaian yang lembut.

*
*
*

Keesokan laginya beberapa tas koper sudah tersusun dengan rapi di halaman rumah, terlihat mobil hitam juga sudah siap dengan supirnya. Terlihat Frans dan ibun ya sudah di halaman rumah, dan supir hanya berdiri agak jauh dari ibun dan anak itu.

"Kamu hati-hati disana jaga dirimu, jaga pola makan dan kesehatan kamu. Papah kamu tak akan keluar untuk mengantar kamu nak, jadi kamu pergilah. Suatu saat papah mu akan mengerti soal keputusan kamu ini, kamu harus membuktikan padanya jika kamu akan sukses dengan cara dan usaha kamu sendiri. Ibun juga akan berusaha untuk membujuk dan memberi tahu dia pelan-pelan, jika sudah sampai disana kamu langsung hubungi ibun ya nak."

"Iya Bun, makasih ya. Maaf ya Bun, keputusan aku mendadak dan baru memberitahu pada ibun sekarang. Tapi, Frans berjanji pada ibun akan menepati semua janji itu." Seraya menggenggam tangan sang ibun.

"Hati-hati yah," ucap sang ibun yang langsung memeluk putranya.

Dari jauh sang papah melihat dari kaca jendela rumahnya ia tak mau keluar untuk mengantar putranya, ia hanya bisa menatap kepergian sang anak dari jauh.

Frans yang langsung masuk kedalam mobil, dan akan menuju bandara karena ia dapat biaya siswa ke kota tujuannya di Paris untuk kuliah dan khusus disana berkat bantuan koneksi dari sang papah.

Iya diam-diam sang papah juga membantu hanya karena gengsi dan ego yah terlalu tinggi tak mau jika wibawanya jatuh karena menuruti permintaan sang anak, Frans putra sulung. Tapi, dia bahkan tidak tertarik untuk menjadi seorang pemimpin di perusahaan besar miliknya.

"Sedang apa kau, kenapa tak ikut keluar malah mengintip dari balik jendela." Tegur sang istri yang tahu bahwa suaminya itu melihat keluar rumah.

"Siapa, aku dari tadi duduk disini baca koran kok!"

"Cih! Kau tak pandai berbohong jangan bodohi aku, putramu akan pergi tak bisakah kamu berikan dia support. Kau ini menyedikan sebagai seorang papah."

Bersambung...

MAS KOKI MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang