11

7.3K 135 20
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

"Daddy mau langsung ke kantor ya? Kalo ada apa-apa langsung kabarin Daddy, oke?" Tutur Tio seraya mengelus pipi gadisnya itu.

Alena mengangguk patuh, tapi, sebelum ia keluar dari mobil. Gadis itu malah ditarik tengkuk nya dan langsung dilumat oleh Tio, mereka bercumbu cukup lama.

"Udah, Daddy," ucap Alena.

Tio nyengir, "Sebenernya Daddy masih pengen berduaan sama kamu sih..."

"Tapi, nanti aja deh. Daddy ada banyak kerjaan, kamu juga harus sekolah."

Sesaat setelah Alena keluar dari mobil, Tio memandangi gadisnya itu cukup lama. Bahkan ia melihat Alena yang berbaur dengan gadis lainnya, mungkin itu temannya, ah Tio tak tau juga mana temannya Alena. Tapi, seketika Tio malah kepikiran soal laki-laki yang bernama Raka. Apakah laki-laki itu akan menagih janji yang Alena berikan sebelum nya?

Ingin rasanya Tio memperhatikan Alena seharian, hanya saja, ia juga harus kembali ke kantor untuk urusan pekerjaannya.

"Kayaknya gue emang butuh seseorang," gumam Tio dengan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Cukup lama lelaki itu mengutak-atik benda pipih tersebut hingga ia pun terlihat sedang menghubungkan seseorang.

"Kamu bisa langsung ke ruangan saya? Tunggu saya disana sekitar setengah jam lagi, jangan sampai terlambat," ucap Tio pada orang yang ia hubungi.

Tapi siapakah yang Tio hubungi? Dan untuk apa?

***

Kembali pada Alena, gadis itu tengah sibuk memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Namun, perhatiannya pun seketika teralihkan pada sosok yang melintas di depan kelasnya, tepatnya di pintu kelas yang terbuka.

Alena menelan ludahnya, itu adalah sosok Raka.

"Ssstttt..."

"Itu Raka kayaknya kebelet pengen ketemu sama lo deh, ya?" Bisik teman sebangku Alena yang tak lain adalah Riska.

Alena menghela napas, ia tak mengerti kenapa Raka bersikap seperti ini. Jika guru mencurigainya bisa bahaya nanti, tapi sialnya Raka seakan tak peduli dan menunggu sampai bell istirahat berbunyi.

Selang beberapa saat, bell pun berbunyi dan hampir semua murid di kelas Alena berhamburan keluar kelas saat setelah guru yang mengajar keluar. Mungkin hanya ada sekitar 6 orang di dalam kelas, sudah termasuk Alena dan Riska.

"Tuh kan, dia emang beneran ngebet pengen ketemu sama lo," tutur Riska.

Temannya itu lantas beranjak untuk memberi Alena ruang bersama Raka. Dan sialnya Alena tidak bisa menghentikan Riska karena Raka sudah masuk dan sedang menuju tempat duduknya saat ini.

Alena sudah bisa menebak jika Raka akan menagih janjinya untuk bisa pulang bersama, tapi ia malah merasakan firasat yang tak enak tentang janji itu. Jadi, apakah Alena harus tetap memenuhi janjinya atau mencari alasan saja untuk menolak saja? Tapi, alasan apa???

"Mau ke kantin bareng gak?" Tanya Raka yang langsung duduk dikursi tempat Riska.

Alena menggeleng, "Engga deh."

"Aku masih kenyang juga."

Raka mengangguk saja, dan keduanya pun saling terdiam. Namun, tanpa Alena sadari, dirinya sedang diperhatikan oleh Raka secara terus-menerus. Bahkan, Raka tersenyum aneh disaat memandangi Alena yang fokus pada bukunya itu.

"Nanti pulang, bareng, kan? Janji kamu semalam," ucap Raka yang ternyata sesuai dengan dugaan Alena.

Alena menghela napas, "Iya..."

Karena tak ada alasan bagi Alena menolaknya, janji harus ia tepati juga, kan? Lagian hanya pulang sekolah bareng saja, tidak lebih.

"Yaudah, nanti aku tunggu di parkiran," kata Raka sambil beranjak dari tempat duduknya. Lelaki itu kini berada di depan, tepatnya dihadapan Alena, tengah berdiri dengan kedua tangan memegang ujung meja.

"Ada sesuatu yang mau aku liatin sama kamu, Len," tambah Raka.

Glek!

Kenapa perasaan Alena semakin tidak enak saja, ya? Tapi, Alena dengan cepat menyingkirkan perasaan tersebut. Bisa saja itu hanya perasaan yang diciptakan oleh pikirannya sendiri.

"Apa emangnya?" Tanya Alena penasaran.

Raka tersenyum, "Nanti aja pulang nya, gak sekarang."

Meski agak kesal dengan respon Raka, tapi apa boleh buat. Lelaki itu pun pergi meninggalkan kelas Alena setelah mengatakan itu semua. Tentu saja Alena bernapas lega karena bisa terbebas dari sosok Raka. Menurut Alena, lelaki itu hanya terobsesi saja pada dirinya bukan perasaan suka pada umumnya. Aneh juga sih, batin Alena.

***

"Kamu Akbar, kan?" Tanya Tio.

Laki-laki dengan tubuh tinggi tegap dan wajah sangar itu mengangguk singkat, Tio pun ikut mengangguk. Ternyata sesuai dengan yang ia butuhkan. Tapi apa? Apa lagi jika bukan untuk pengawalnya dan juga suruhannya kala ada hal yang tak bisa Tio kerjakan. Dan sekarang, Tio sendiri akan mencoba untuk memberikan Akbar pekerjaan.

"Oke, mulai sekarang kamu jadi pengawal sekaligus supir pribadi saya. Kerjaan kamu cuma harus menuruti semua perkataan saya, paham? Dan saya bakalan kasih apapun yang kamu butuhkan, bebas. Dan yang terakhir, sekaligus sebagai pengingat, saya paling tidak suka kalau kamu berbohong."

Akbar mengangguk, "Baik, Tuan. Terimakasih!"

Tio tersenyum senang.

"Sekarang, saya bakalan kasih kamu kerjaan."

Tio pun mengeluarkan selembar foto dan memberikannya kepada Akbar.

"Kamu awasi dia," ucap Alena.

"Mengawasi?" Tanya Akbar heran.

Tio mengangguk, "Dia ada di XXX..."

"Kamu kesana aja dulu, nanti saya bakalan kasih intruksi lainnya."

Dan setelahnya, Tio memberikan sebuah ponsel yang sudah ia siapkan sebelumnya.

"Simpan dan pakai itu, disana sudah ada nomor saya."

"Baik, Tuan."

"Saya pergi sekarang," tambah Akbar yang langsung keluar dari ruangan Tio.

Ceklek!

Pintu pun tertutup kembali, tinggallah Tio seorang diri di dalam ruangan. Lelaki itu menghela napas sambil meregangkan kedua otot lengannya keatas.

"Kalo kaya gini kan gue gausah khawatir sama Alena," ucapnya dengan senyum simpul.

Yap, Tio mempekerjakan Akbar untuk mengawasi Alena. Karena Tio merasa jika laki-laki bernama Raka akan bertindak nekat suatu saat nanti, apalagi jika Alena tidak menepati janjinya. Makannya, Tio lebih baik melakukan ini, kan? Demi keselamatan gadisnya juga.

Hingga...

"Pak Tio," panggil seseorang dari luar, yang jelas itu suara wanita.

Tio tersenyum, "Masuk."

Ceklek!

Benar saja, seorang wanita yang terlihat cantik dan sexy dengan pakaian khas wanita kantoran itu menghampiri Tio.

"Pak Tio ada perlu sama saya?" Tanya nya dengan nada menggoda, lalu wanita itu semakin mendekati Tio dan kini duduk diatas meja kerja Tio.

"Ssssshhhhh..."

Gila nya, Tio yang tak kuat iman malah tergoda dan langsung mengangkat tubuh wanita tersebut lalu meletakkannya diatas pangkuannya sendiri.

"Aaaahhhhh, Pak Tiooo..." desah wanita tersebut.

"Kenapa, hah? Kamu mau saya lakuin ini, kan?"

Wanita itu mengangguk singkat, dan...

***

SEE YOU NEXT PART!!!

Annoying Sugar Daddy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang