Bantu Aku Percaya, Lagi | short story [id]

16 1 0
                                    

// pic illustration from pinterest ᰔᩚ

writer's note:
this is a commission from an anonymous and i got their permission to post it here :)

-

Kepada dia yang sakit hatinya.
Ingin percaya, tetapi tak bisa.

-

Sebut saja dia, Puan.

Tuan mencintai Puan sangat dalam.

Tuan terjatuh hatinya pada Puan yang serba sederhana. Elok rupa Puan bukanlah menjadi alasan utama bagi Tuan ingin menjalin kasih. Puan telah membuka hati Tuan yang sudah tertutup rapat karena sehabis putus cinta. Terikat selama tujuh tahun. Hubungan yang tidak sebentar, memang. Akan tetapi, Tuan kali ini sudah yakin dengan Puan yang bisa mengobati lukanya itu. Mengisi kekosongan di dalam ruang hampa.

Puan dianggap sebagai orang yang tepat oleh Tuan.

Dialah satu-satunya.

Jarak sepuluh tahun usia mereka tidak menjadi penghalang bagi Tuan untuk mencintai Puan. Dia yakin bisa melindungi Puan dengan semua pengalaman hidup yang lebih banyak yang sudah ia lalui. Puan akan aman bersamanya. Sungguh.

Namun, ada satu hal yang Tuan tidak ketahui tentang Puan.

Penyakit sulit percaya.

Puan mengidap penyakit itu sedari lama. Banyaknya luka yang tergores pada tubuh Puan membuatnya menjadi rentan dan rapuh. Ketakutan-ketakutan dari masa lalu terus menghantui membuat Puan menjadi tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Puan sangat lelah.

Puan ingin menyerah, tetapi ia tidak bisa.

Keinginan Puan menjadi seseorang yang normal seperti mereka yang berada di luar sana seakan-akan tidak mungkin bisa untuk digapai. Terus terjatuh ke dalam lubang yang sama; mengulang kesalahan serupa. Puan menderita.

Puan paham betul jika Tuan mencintai dirinya sedalam itu. Dia ingin juga memberi cintanya sebanyak cinta Tuan padanya. Sudah berusaha, tetapi kegagalan rasanya enggan untuk pergi. Puan ditarik kencang hingga ia terkubur bersama semua keresahan dan kegelisahan yang tak hentinya menggerogoti.

Puan mungkin akan mati suatu hari nanti.

Mati bersama ketakutan yang terus kembali.

Puan menangis tersedu-sedu di kamarnya yang temaram. Hantu-hantu itu datang lagi. Mengganggu Puan sampai ia hampir hilang kewarasan. "Tolong, aku!" teriak Puan sembari menutup kedua telinganya. "Pergilah! Biarkan aku hidup dalam ketenangan!" lanjutnya memohon dengan suara yang semakin lemah.

Tuan mendengarnya; Puan kesakitan.

Berlari Tuan dengan tergesa-gesa. Dia melihatnya. Tubuh kecil dibalut selimut yang meringkuk di atas ranjang. Dipeluk tubuh ringkih itu dengan erat. Berbagi kehangatan sekaligus tidak ingin kehilangan.

"Bantu aku," Puan merintih di dalam dekapan Tuan, "aku ingin percaya, lagi."

Tuan rasanya ingin juga menangis. Dengan lembut, diusap rambut Puan yang terurai hingga turun ke punggungnya. "Beritahu aku bagaimana caranya. Aku pasti akan membantumu, sayang," ucap Tuan dengan suaranya yang tidak lebih tinggi dari sebuah bisikan.

Puan bergetar.

"Cintai aku tanpa sebuah tipuan," jawab Puan di tengah tangisannya yang semakin mengeras, "itulah caranya," lanjutnya.

Detik itu pula, Tuan membuat janji pada dirinya sendiri yang ia harap akan dapat selamanya ditepati.

-end.

OneirataxiaWhere stories live. Discover now