Pada suatu malam, Rielana duduk di balkon rumahnya, memandangi bintang-bintang di langit. Dia bertanya-tanya, apakah di luar sana Ghazlan juga sedang memikirkan hal yang sama. Meskipun mereka telah berpisah, cinta itu tetap ada di sudut hati mereka—tak tersentuh, tak tergantikan.
Takdir membawa mereka pada jalan yang berbeda, tetapi cinta yang pernah tumbuh antara Rielana dan Ghazlan akan selalu menjadi bagian dari mereka, sebuah kenangan yang tak akan pernah pudar. Mungkin cinta mereka tidak berhasil di dunia ini, tetapi dalam hati mereka, cinta itu akan selalu ada, tak peduli seberapa besar perbedaan yang memisahkan.
Waktu berlalu sejak perpisahan Rielana dan Ghazlan. Keduanya berusaha melanjutkan hidup, namun kenangan dan cinta yang pernah ada masih membekas di hati mereka. Meskipun tidak lagi berhubungan secara langsung, kabar tentang satu sama lain tetap terdengar dari teman-teman atau media sosial. Meski mereka berusaha keras untuk melupakan, rasanya selalu ada sesuatu yang mengikat mereka di masa lalu.
Suatu hari, di tengah rutinitas pekerjaan, Rielana menerima undangan pernikahan dari salah satu teman masa kecilnya, Hellena Agandra. Pernikahan tersebut diadakan di sebuah resor mewah di luar kota, dan Rielana memutuskan untuk menghadirinya meski hatinya masih rapuh. Pada hari pernikahan itu, Rielana hadir bersama Gabby dan Jesslyn, yang tak henti-hentinya mencoba menghiburnya dan menyarankan agar dia membuka hati untuk orang lain.
"Pernikahan itu tempat yang baik untuk memulai lagi, Rie. Siapa tahu kamu bertemu seseorang yang baru," kata Gabby sambil menggoda.
Rielana tersenyum tipis, meskipun hatinya belum siap untuk memulai sesuatu yang baru. Saat dia memasuki aula pernikahan yang dihiasi bunga putih dan emas, Rielana merasa terkesan dengan suasana romantis yang penuh cinta. Namun, ketika dia melihat para tamu yang datang, matanya tiba-tiba tertuju pada sosok yang sangat ia kenal—Ghazlan. Pria itu tampak lebih dewasa, mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya semakin berwibawa.
Jantung Rielana berdegup kencang, perasaannya yang selama ini terkubur kembali mencuat. Tak disangka, mereka bertemu lagi setelah sekian lama, di acara yang sama. Ghazlan juga melihat ke arahnya, dan untuk sesaat dunia di sekitar mereka seolah berhenti. Mereka saling bertukar pandang dalam diam, seolah-olah tak ada yang berubah sejak terakhir kali mereka bertemu.
Rielana merasa canggung, tetapi Gabby yang penuh energi segera merangkulnya. "Eh, itu kan Ghazlan, Rie! Kamu harus sapa dia!"
"Tidak, Gab. Ini bukan waktu yang tepat," jawab Rielana dengan nada panik.
Namun Gabby, yang tak pernah kenal menyerah, segera menarik Rielana mendekati Ghazlan. Ghazlan, yang melihat itu, memberikan senyum kecil, meskipun ada sedikit kegugupan di wajahnya. Ketika mereka akhirnya saling berhadapan, keduanya merasa janggal, namun juga ada rasa hangat yang sulit dijelaskan.
"Hai, Rie," sapa Ghazlan pelan. "Sudah lama ya."
Rielana berusaha tetap tenang, meski dalam hatinya dia merasa terombang-ambing. "Hai, Ghaz. Iya, sudah lama. Bagaimana kabarmu?"
Ghazlan mengangguk pelan. "Aku baik. Kamu sendiri?"
"Baik juga," jawab Rielana, meski di dalam hatinya, dia tahu bahwa keadaannya tidak benar-benar baik.
Keduanya terdiam sejenak, lalu obrolan basa-basi mulai mengalir. Mereka berbicara tentang pekerjaan, kehidupan sehari-hari, dan teman-teman yang hadir di pernikahan itu. Namun di balik percakapan itu, ada perasaan yang tertahan—perasaan rindu dan kesedihan yang sulit mereka sembunyikan.
Saat malam semakin larut, acara semakin meriah, dan para tamu mulai menari di tengah aula. Rielana yang merasa lelah secara emosional, memutuskan untuk mengambil udara segar di luar. Tanpa diduga, Ghazlan menyusulnya.
YOU ARE READING
berbeda keyakinan
RomanceRielana dan Ghazlan adalah sepasang kekasih yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Rielana dibesarkan dalam keluarga yang sangat taat pada tradisi keagamaannya, sementara Ghazlan memiliki keyakinan spiritual yang berbeda, lebih fleksib...