part 5

2 0 0
                                        

Rielana menunduk, air matanya mulai mengalir. "Aku nggak tahu harus gimana lagi, Mah. Aku nggak mau mengecewakan keluarga, tapi aku juga nggak bisa membohongi perasaan aku."

Vivian mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Kamu punya waktu, Rie. Jangan terburu-buru. Mama yakin, apa pun keputusan yang kamu buat nanti, selama itu datang dari hati yang jujur, semuanya akan baik-baik saja."

Rielana terisak kecil dan memeluk mamahnya erat. Meskipun hatinya tetap berat, nasihat mamahnya sedikit memberikan rasa tenang.

Di sisi lain, Ghazlan juga mengalami pergulatan batin yang sama. Ia sering memikirkan kata-kata Rielana pada malam itu. Dia masih mencintainya, dan meskipun dunia di sekitar mereka seolah menentang, hatinya tetap tak bisa berpaling. Dia tahu hubungan mereka penuh dengan rintangan, namun perasaannya tak pernah berubah.

Suatu malam, Ghazlan berbicara dengan ayahnya, Javas Danial Winata. Mereka jarang berbicara tentang masalah hati, namun malam itu terasa berbeda.

"Ayah, apa Ayah pernah merasa mencintai seseorang tapi tahu hubungan itu tidak mungkin?" tanya Ghazlan dengan suara lirih.

Javas, yang biasanya penuh wibawa, tersenyum tipis dan menatap putranya dengan tatapan penuh kebijaksanaan. "Setiap orang pasti pernah merasakan dilema itu, Nak. Cinta tidak selalu sederhana. Kadang, kita harus memilih jalan yang tidak selalu kita inginkan."

Ghazlan mengangguk, merasa semakin bimbang. "Aku masih mencintai Rielana, Yah. Tapi aku tahu, keluarga dan keyakinan kita membuat hubungan ini sulit."

Javas menarik napas dalam sebelum menjawab, "Cinta memang penting, Ghazlan. Tapi hidup juga terdiri dari banyak hal lain—keyakinan, keluarga, dan prinsip. Itu semua tidak bisa kamu abaikan. Terkadang, cinta tidak cukup untuk menyatukan semuanya. Kamu harus bisa menentukan mana yang lebih penting untuk masa depanmu."

Ghazlan terdiam. Kata-kata ayahnya membuatnya semakin sadar bahwa cinta saja tidak bisa menyelesaikan segalanya. Namun, perasaan itu masih tetap membara dalam hatinya.

Waktu terus berlalu, dan meski Rielana dan Ghazlan tidak lagi bertemu secara langsung, mereka terus memikirkan satu sama lain. Rielana mulai fokus pada kariernya, mencoba mengalihkan perhatiannya dengan pekerjaan. Gabby, Jesslyn, dan Florence tetap berada di sisinya, memberikan dukungan dan semangat.

Suatu hari, ketika Rielana sedang bekerja, dia menerima pesan dari Hellena. Isi pesannya sangat singkat namun membuat hatinya bergetar.

"Rielana, aku dengar Ghazlan mau menikah."

Pesan itu membuat Rielana merasa seperti tersambar petir. Dia terdiam lama, mencoba mencerna kata-kata tersebut. Tidak mungkin. Ghazlan, pria yang masih ia cintai, akan menikah dengan orang lain?

Dengan tangan gemetar, Rielana mencoba mencari tahu lebih banyak. Ternyata kabar itu benar. Ghazlan akan menikah dengan seorang wanita pilihan keluarganya, seorang wanita dari latar belakang yang sejalan dengan keyakinannya. Rielana merasa dunianya runtuh. Meski mereka telah berpisah, mendengar kabar itu membuat hatinya remuk.

Gabby, yang mengetahui hal itu, segera datang untuk mendukungnya. "Rie, aku tahu ini sulit. Tapi mungkin ini pertanda kalau kamu harus benar-benar melepaskan dia."

Rielana menatap sahabatnya dengan mata berkaca-kaca. "Aku tahu, Gab. Aku tahu aku harus melepaskan. Tapi kenapa rasanya masih begitu sakit?"

Gabby menggenggam tangan Rielana erat. "Karena cinta itu bukan hal yang mudah untuk dihilangkan. Tapi kamu kuat, Rie. Kamu bisa melewati ini."

Rielana mengangguk, meski hatinya masih terasa sangat berat.

Hari pernikahan Ghazlan tiba. Rielana tidak hadir di acara tersebut, tapi dia mendengar kabar dari beberapa teman yang hadir. Ghazlan telah resmi menikah dengan wanita yang dipilih keluarganya, dan perbedaan yang pernah menjadi penghalang antara mereka kini menjadi kenyataan yang tak bisa diubah.

berbeda keyakinanWhere stories live. Discover now