part 10

2 0 0
                                    

Rielana merasa nyaman, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bisa membuka diri tanpa bayang-bayang masa lalunya.

Di tengah percakapan mereka, tiba-tiba telepon Rielana berdering. Nama Rajash muncul di layar ponselnya. Ada nada cemas dalam suaranya saat ia menjawab panggilan itu.

"Rie, kamu harus pulang sekarang juga. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan," kata Rajash, suaranya terdengar tegang.

Rielana merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia segera pamit kepada Nalendra dan Aksara, lalu bergegas pulang. Di perjalanan, pikirannya dipenuhi oleh berbagai kemungkinan. Apa yang terjadi? Apakah ini tentang keluarganya? Atau mungkin tentang Ghazlan?

Setibanya di rumah, Rajash sudah menunggunya di ruang tamu. Wajahnya serius, berbeda dari biasanya.

"Ada apa, Bang?" tanya Rielana, duduk di hadapannya.

Rajash menarik napas panjang sebelum menjawab. "Ghazlan... dia mengalami kecelakaan."

Rielana terdiam sejenak, mencerna kabar mengejutkan itu. Hatinya seakan berhenti berdetak. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Kecelakaan mobil. Cukup parah, tapi untungnya dia selamat. Sekarang dia di rumah sakit, dan aku pikir... kamu mungkin ingin tahu," jawab Rajash.

Perasaan campur aduk melanda Rielana. Meski mereka sudah lama berpisah, bagian dari hatinya masih peduli pada Ghazlan. Tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Meski berat, dia tahu bahwa setidaknya dia harus memastikan bahwa Ghazlan baik-baik saja.

Saat tiba di rumah sakit, suasana terasa suram. Rielana bertemu dengan Rachel Winata, ibu Ghazlan, yang tampak sangat terpukul. Rachel menatap Rielana dengan pandangan yang sulit diartikan, ada campuran antara rasa syukur dan kesedihan di matanya.

"Rielana, terima kasih sudah datang," kata Rachel dengan suara lemah. "Ghazlan sedang dalam perawatan intensif, tapi dia akan baik-baik saja. Syukurlah, dia kuat."

Rielana mengangguk, meski hatinya masih terasa kacau. Setelah berbicara singkat dengan Rachel, dia diberi izin untuk masuk ke ruang perawatan Ghazlan. Di dalam ruangan itu, dia melihat Ghazlan terbaring dengan wajah yang terlihat lelah, namun penuh ketenangan.

Saat Rielana mendekat, Ghazlan membuka matanya perlahan, dan pandangan mereka bertemu. Meski tubuhnya lemah, Ghazlan tersenyum kecil.

"Rie..." bisiknya.

Rielana duduk di kursi di samping ranjangnya, merasa campuran antara lega dan sedih melihat Ghazlan dalam kondisi seperti itu. "Kamu harus berhati-hati, Ghaz. Aku senang kamu selamat," katanya pelan, suaranya bergetar.

"Aku senang kamu di sini," jawab Ghazlan, meski suaranya lemah. "Aku nggak tahu kenapa, tapi saat kecelakaan itu terjadi, satu-satunya yang ada di pikiranku adalah kamu."

Kata-kata itu membuat hati Rielana bergetar. Meski mereka telah lama berpisah, cinta yang pernah ada masih terpatri dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa perasaan itu tidak bisa mengubah apa pun. Mereka tetap memiliki jalan hidup yang berbeda.

"Kamu harus sembuh dulu, Ghaz. Itu yang paling penting sekarang," kata Rielana, mencoba menenangkan Ghazlan.

Ghazlan tersenyum lagi, meski kali ini lebih lemah. "Terima kasih sudah datang, Rie. Aku... aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku selalu menghargai apa yang kita punya."

Rielana mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Mereka tak perlu mengatakan lebih banyak. Kenangan tentang cinta mereka sudah cukup berbicara. Kini, yang penting adalah kesehatan Ghazlan dan masa depan mereka masing-masing.

Setelah beberapa saat, Rielana berpamitan. Saat ia meninggalkan ruangan itu, perasaannya lebih tenang, seolah ada beban yang terlepas. Mungkin, ini adalah penutup yang sesungguhnya dari hubungan mereka. Ghazlan akan baik-baik saja, dan begitu juga dirinya.

Malam itu, saat kembali ke rumah, Rielana merenung tentang semua yang telah terjadi. Hidupnya penuh dengan liku-liku, namun ia sadar bahwa setiap bagian dari perjalanan ini telah membuatnya menjadi pribadi yang lebih kuat. Cinta yang dulu mereka miliki tetap menjadi bagian dari dirinya, namun ia tahu bahwa ia harus melangkah ke depan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

berbeda keyakinanWhere stories live. Discover now