Keesokan paginya sinar matahari pagi menembus tirai kamar Anya, membuat matanya sedikit menyipit saat ia mulai terjaga. Ia menggeliat malas di atas tempat tidur, meregangkan tubuh agar rasa kantuknya perlahan menghilang. Tangan kanannya meraih ponsel di samping bantal, dan saat layar menyala, jam di sudut atas menunjukkan pukul 05.30. Ia baru saja akan meletakkannya kembali ketika notifikasi dari aplikasi Telegram menarik perhatiannya.
Anonymous Chat:
"Udah bangun, cantik?"
03.50Anya tersenyum kecil membaca pesan itu, meski pikirannya langsung terlintas macam-macam. "Buaya banget nih cowok," gumamnya dalam hati sambil menahan tawa kecil. Tapi, disisi lain, ada sesuatu yang mengusik rasa penasarannya. Kenapa orang ini sudah bangun sepagi itu? Bahkan lebih dari itu, bagaimana mungkin seseorang bisa mengirim pesan di jam yang menurutnya bukan waktu ideal bagi orang normal untuk terjaga? Pikiran Anya mulai berkelana, berusaha mengaitkan semuanya dengan peristiwa yang mungkin terjadi sebelumnya.
"Jangan-jangan, dia belum tidur sama sekali sejak semalam. Apa dia masih galau ya?" pikir Anya sembari menebak-nebak alasan di balik pesan dini hari itu. Tiba-tiba rasa penasaran dan simpati muncul bersamaan dalam benaknya. Apa mungkin cowok itu masih kepikiran sama mantannya kemarin ya? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai berputar dalam pikirannya, menambah bumbu perasaan penasaran yang tak bisa diabaikan begitu saja.
Dengan jempol yang sempat ragu, Anya mulai mengetik balasan. Ia berhenti sejenak, memikirkan kata-kata yang tepat cukup santai tapi juga bisa memancing respons. Sekilas senyum tersungging di bibirnya, campuran antara rasa penasaran dan sedikit iseng. Di dalam pikirannya, ia merasa ada keseruan tersendiri bermain dengan teka-teki kecil ini siapa sosok di balik pesan anonim itu dan apa yang sebenarnya ia sembunyikan di balik sapaan manis yang terkesan "buaya."
Anya akhirnya mengetik beberapa kata, lalu menghapusnya lagi takut pesannya terdengar terlalu blak-blakan. Setelah beberapa kali bolak-balik menulis dan mengedit, ia akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan yang sedikit menggoda namun tetap terkesan ringan, sekadar basa-basi tapi cukup dalam untuk memancing rasa ingin tahu lawan bicaranya. Kali ini ia tak ingin terdengar terlalu serius, tapi juga tak ingin terlihat seperti hanya menanggapi sekadar formalitas.
Anya (Chat):
"Wah, pagi banget ya bangunnya? Apa jangan-jangan malah belum tidur dari semalem? Lagi kebanyakan pikiran, nih? Atau... masih galau mikirin mantan sampai ngga bisa tidur, Mas?"05.31
Anya membaca pesan itu sekali lagi sebelum menekan tombol kirim. Nada kalimatnya dibuat seakan-akan ia sekadar bercanda, tapi ada sentuhan rasa ingin tahu yang tak bisa disembunyikan. Bukan hanya ingin tahu alasan di balik jam kirim pesan yang aneh, tapi juga sedikit penasaran dengan siapa dia sebenarnya sedang berbicara. Pesan itu seperti sebuah jebakan halus jika lawan bicaranya memang galau atau sedang mengalami masalah, pasti akan terpancing untuk curhat.
Ia menyandarkan punggungnya pada bantal, menunggu balasan sambil bertanya-tanya bagaimana percakapan ini akan berkembang. Mungkin saja ini hanya sekadar obrolan ringan, atau mungkin ia akan mendapatkan potongan cerita menarik tentang seseorang yang ia bahkan tak tahu namanya. Sambil menatap layar ponsel, Anya tak bisa menahan senyum kecilnya. Rasanya seperti membuka kotak misteri yang tak terduga isinya apakah ini akan jadi awal obrolan seru, atau sekadar basa-basi tak berlanjut?
Tak berapa lama, suara notifikasi dari Telegram terdengar nyaring, memecah keheningan pagi di kamar Anya. Refleks, ia meraih ponselnya dan membuka pesan yang baru saja masuk. Awalnya, wajah Anya masih dihiasi senyum kecil, pikirnya mungkin ini akan jadi lanjutan obrolan ringan. Namun, seiring matanya menyusuri teks yang terpampang di layar, senyumnya perlahan memudar. Kata-kata pria itu menohok sesuatu di dalam dirinya, membuat rasa bersalah yang selama ini terpendam tiba-tiba menyeruak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Kita
Teen Fiction"Apa maksudmu, Mas?! Aku sudah memberikan seluruh hidupku untukmu! Setega itukah kau meninggalkanku begitu saja?" Anya terisak histeris, air matanya membanjiri pipinya. Hatinya remuk berkeping-keping, rasa kecewa dan sakit mendominasi seluruh pikira...