Malam telah merayap dan langit sudah gelap sepenuhnya. Selepas maghrib dan isya, Anya memilih menghabiskan waktu dengan ponselnya, menikmati drama BL Thailand yang sedang viral. Matanya terpaku pada layar, mengikuti alur cerita yang semakin seru, sesekali senyum atau gumaman keluar tanpa sadar saat adegan-adegan romantis berputar. Ia begitu tenggelam dalam ceritanya, hingga tiba-tiba ponselnya berdering kencang, memecah konsentrasinya.
"Ck! Siapa sih ini? Ganggu aja," gerutunya pelan sambil melirik ke layar ponsel. Namun, begitu melihat nama di layar, raut wajahnya langsung berubah drastis. Tanpa sadar, sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman kecil. Entah kenapa, hatinya terasa lebih hangat saat melihat nama Baskara terpampang jelas di sana.
"Oh, dari mas Baskara toh..." batin Anya sambil tersenyum sendiri. Rasa kesal yang sempat muncul barusan langsung menguap, tergantikan dengan perasaan bahagia yang tiba-tiba datang tanpa diundang. Ia masih bisa mendengar dengan jelas dalam benaknya suara hangat cowok itu saat mereka bertukar nama dalam percakapan telepon tadi siang. "Ternyata, namanya Baskara..."
Tanpa ragu lagi, Anya menggeser tombol hijau di layar ponselnya dan mengangkat panggilan itu. Sambil menahan senyum yang tak bisa ia cegah, ia menggeliat sedikit di kasur, lalu mengubah posisinya dari terlentang menjadi tengkurap. Dengan dagu bersandar di atas bantal dan kaki yang ia tekuk-tekuk santai, ia menyapa cowok di seberang sana.
Baskara:
"Assalamualaikum, dek."Suara Baskara mengalun lembut seperti melodi favorit yang selalu ingin Anya dengar berulang-ulang. Ada sesuatu dalam intonasi suaranya, sesuatu yang menenangkan, membuatnya merasa nyaman, seperti pelukan hangat didinginnya malam.
Anya:
"Waalaikumsalam, mas."
Suaranya terdengar lembut, lebih lembut dari biasanya. Rasanya seolah ada kupu-kupu kecil yang beterbangan di dalam perutnya saat mendengar suara itu lagi. Anya tak bisa memungkiri kalau setiap kali Baskara menelepon, ada rasa bahagia yang menyelinap di hatinya, seolah mereka punya dunia kecil tersendiri di balik layar telepon.
Obrolan antara Anya dan Baskara terus mengalir tanpa henti, seolah keduanya sudah saling mengenal bertahun-tahun. Baskara memang pandai membawa suasana, membuat percakapan terasa ringan namun penuh makna. Tak ada canggung, tak ada jeda yang aneh hanya dua orang yang larut dalam percakapan nyaman.
Baskara:
"Dek, kamu udah sholat?" tanyanya dengan nada lembut namun penuh makna, seolah pertanyaan itu lebih dari sekadar formalitas.Anya tercekat sejenak. Pertanyaan itu adalah salah satu yang paling ia hindari setiap kali berbicara dengan Baskara. Ia tahu bahwa sholat adalah bagian penting dalam hidup Baskara, sesuatu yang selalu diharapkannya ada pada orang-orang terdekatnya. Namun, kenyataan berbeda. Sejak telepon mereka berakhir tadi, Anya sama sekali belum menyentuh sajadah.
Sejujurnya, ia bahkan tak sempat meletakkan ponselnya sedetik pun kecuali saat mandi. Sisa waktunya habis dihabiskan berselancar di media sosial dan menonton video-video pendek, seperti Plankton yang tak bisa lepas dari obsesinya dengan resep rahasia Krabby Patty di kartun SpongeBob.
Pertanyaan Baskara itu kini berputar di benaknya, menghantam kesadarannya. Apa yang akan Baskara pikirkan jika tahu ia belum sholat? Anya tahu bahwa jawaban jujur akan merusak kesan baik yang sudah ia bangun. Ia tak ingin mengecewakan cowok itu, tak ingin membuatnya berpikir bahwa ia tak seperti yang diharapkan.
Sambil menelan ludah, Anya akhirnya memutuskan untuk berbohong, meski ada rasa bersalah yang menyelinap. "Maaf, Tuhan," batinnya dalam hati.
Anya:
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Kita
Novela Juvenil"Apa maksudmu, Mas?! Aku sudah memberikan seluruh hidupku untukmu! Setega itukah kau meninggalkanku begitu saja?" Anya terisak histeris, air matanya membanjiri pipinya. Hatinya remuk berkeping-keping, rasa kecewa dan sakit mendominasi seluruh pikira...