Sejak seminggu yang lalu, Naya belum pernah disentuh lagi oleh ayah maupun ketiga kakak tirinya. Selama seminggu ini ia benar-benar bisa merasakan istirahat total.
Tidurnya nyenyak tanpa ada yang mengusik.Tidak ada malam panas dengan desahan erotis, derit ranjang, dan bunyi penyatuan yang memenuhi kamar ketika milik empat pria bejat itu menyodok liangnya dengan keras dan tempo cepat secara bergantian.
Naya juga tidak merasakan nyeri ketika menyusui empat pria yang begitu haus dan rakus pada ASI. Rahang yang sering kali ngilu dan kebas setelah mengoral batang panjang ayah dan kakak tirinya, sekarang baik-baik saja. Tubuhnya pun terasa segar setiap kali bangun tidur dan yang pasti tidak lengket oleh sperma empat pria.
Ketika mereka tidak mau menyentuhnya lagi padahal ada banyak kesempatan, Naya berpikir kalau empat pria brengsek itu sudah mulai bosan dengan tubuhnya.
Hal yang sangat wajar.
Hampir setiap hari mereka menggagahinya, pasti tumbuh rasa jenuh, dan butuh sensasi baru.
Kalau dugaannya benar, Naya akan sangat bersyukur karena pada akhirnya ia bisa terbebas dari mereka.Gadis itu sudah sangat rindu dan ingin kembali ke kehidupan normalnya seperti sebelum bertemu mereka: bisa merasakan istirahat cukup, kuliah, bermain bersama teman, meluangkan waktu bersama Dimas, dan melakukan hal-hal yang disuka.
Sejak dijadikan pemuas nafsu ayah dan kakak tirinya, kehidupan Naya benar-benar monoton.
Waktunya lebih banyak tersita untuk mengangkang lebar di ranjang, meja makan, sofa, lantai, atau dimanapun tempat yang mereka inginkan.
Suaranya pun nyaris habis untuk mendesah, mengerang, meneriakkan nama mereka yang menghentak begitu keras, dan memohon agar mereka berhenti menyetubuhinya ketika ia benar-benar sudah kewalahan."Mau langsung pulang atau mau mampir ke mana dulu Nay?" tanya Dimas seraya mengangsurkan helm pada sang kekasih.
Banyak melewatkan hari tanpa Dimas lantaran terus dijejali batang dari atas maupun bawah, bohong kalau Naya tidak merindukan momen bersama kekasihnya. "Lo sibuk nggak, Dim?"
"Nggak juga."
"Gue pengin main ke kosan lo, udah lama juga nggak ke sana. Boleh nggak?"
Mengulas senyum, Dimas mengulurkan tangan ketika Naya mendongakkan kepala sebagai isyarat memintanya untuk membantu memasang pengait helm.
"Ngapain nanya sih, Nay? Emang gue pernah ngelarang lo main ke kosan?"Kepala Naya menggeleng pelan. "Berarti boleh, ya? Gue kangen banget tau."
Dimas menyentil ujung hidung bangir Naya disusul tawa renyah. "Makanya jangan sibuk terus. Kemarin-kemarin lo sibuk banget, mana ngilang mulu. Susah banget dihubungi. Gue sampe bingung, khawatir lo kenapa-kenapa juga."
Soal itu, Naya tidak mengelak.
Ia memang sangat sibuk melayani nafsu ayah dan ketiga kakak tirinya sampai tidak ada waktu untuk hal-hal lain. Jangankan meluangkan waktu untuk Dimas, untuk dirinya istirahat saja tidak sempat. Tidur nyenyaknya selalu diganggu oleh kemaluan yang tibs-tiba menghentak keras, tangan yang menggerayanginya, dan mulut yang menyedot kuat payudaranya.Saat Dimas menghubunginya pun jarang sekali diangkat karena momennya selalu bersamaan dengan dirinya yang sedang dinikmati ayah maupun kakak tirinya.
Di situasi seperti itu, bagaimana caranya Naya menjawab panggilan Dimas?
"Maaf," sesalnya merasa bersalah. "Sekarang nggak sibuk-sibuk lagi."
"Iya, iya. Santai aja. Btw, nyari makan dulu gimana? Sekalian sama camilan buat di kosan. Biar nanti kita nggak perlu keluar-keluar lagi."
"Boleh. Ayo!"
Baru hendak naik ke boncengan motor Dimas, ponsel Naya berbunyi.
"Bentar, Dim," katanya seraya merogoh totebag mencari keberadaan ponsel. Begitu didapat, Naya segera mengeluarkan dan memeriksa notifikasi yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Family
RomanceKetiga kakak tirinya yang bejat dan maniak sex; Mark, Jendral, dan Nathaniel adalah mimpi buruk bagi Naya. Naya hancur. Ketika mengadu meminta perlindungan dari ayah tiri yang disegani oleh ketiga kakak bejat-nya, Naya justru dihadapkan pada masal...