07 • [Lovely]

199 23 3
                                    

Setelah tersadar, Sakura terdiam, menatap langit-langit kamar inapnya. Matanya yang masih sedikit buram perlahan-lahan mulai fokus, sementara pikirannya berusaha merangkai ingatan terakhir yang ia miliki. Terakhir kali ia ingat, dirinya hanya ingin berendam sebentar di dalam air hangat, mencoba meredakan kelelahan yang menggerogoti tubuhnya. Namun, tanpa sadar ia tertidur di sana dan terbangun di rumah sakit, dengan rasa aneh yang mendera hatinya.

Lamunannya pecah ketika suara pintu kamar terbuka, membuatnya refleks menoleh. Sosok yang masuk ke dalam ruangan itu bukan orang asing, Sasuke. Suaminya. Namun, bukannya lega atau senang, Sakura malah merasakan ketegangan yang langsung merasuk ke dalam dirinya. Sasuke berdiri di sana, tubuhnya tegap, namun ada keraguan yang jelas terlihat dari cara matanya bergerak, seolah tak ingin bertemu pandang dengan Sakura.

Sakura cepat-cepat menundukkan pandangannya ke bawah. Hatinya penuh dengan kebingungan, ketakutan, dan keraguan. Perlakuan Sasuke tadi malam masih menghantui pikirannya. Sikap dingin dan kasar yang tak biasa, sesuatu yang membuat hatinya terluka lebih dalam dari apapun. Ia tak tahu bagaimana harus menghadapi Sasuke sekarang. Dan dari caranya Sasuke menghindari tatapan, Sakura tahu bahwa Sasuke pun merasakan beban yang sama. Ada jarak yang tercipta di antara mereka, meski hanya beberapa langkah memisahkan tubuh mereka.

Sasuke, yang sadar akan kegelisahan Sakura, merasa hatinya tersayat. Melihat istrinya takut padanya, sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, membuat dirinya merasa bersalah. Rasa bersalah itu begitu kuat, hingga ia ingin segera pergi dari sana. Ia ingin melarikan diri, menjauh dari perasaan tak nyaman yang menghantuinya. Tapi, ia tahu itu tidak mungkin. Bukan lagi.

"Bagaimana keadaanmu, Sakura?" Sasuke akhirnya berbicara. Suaranya rendah, sedikit serak, seolah ia sedang menahan beban berat di dalam dadanya.

Sakura mendongak sedikit, namun hanya mampu menjawab dengan suara kecil, hampir berbisik. "B-baik," jawabnya, disertai senyuman tipis yang terasa terpaksa.

Mereka terdiam lagi. Keheningan di antara mereka begitu tegang, seolah ada tembok tak terlihat yang memisahkan mereka. Sasuke mencoba membuka mulutnya, berusaha mengatakan sesuatu, sesuatu yang mungkin bisa mengurangi beban di hatinya. "S-Sakura, aku..." Namun, belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, pintu kembali terbuka dan kali ini seorang gadis kecil berlari masuk dengan panik.

"Kak Sakura!" Suara Sarada terdengar begitu cemas saat ia berlari menghampiri ibunya.

Sarada, dengan air mata yang menggenang di matanya, langsung melompat ke pelukan Sakura, membenamkan wajahnya ke dada wanita yang ia cintai. "Kak Sakura, jangan sakit... Jangan tinggalkan kami," tangisnya. Rasa takut kehilangan ibunya begitu kuat, membuat gadis kecil itu tak mampu lagi menahan air matanya.

Sakura, meski hatinya masih diliputi kebingungan dan kegelisahan, tak bisa menahan senyum lembut yang muncul saat melihat putrinya. Perlahan, ia membelai rambut hitam Sarada, mencoba menenangkan gadis kecil itu. "Aku baik-baik saja, Sarada," ucapnya lembut, suaranya seperti angin musim semi yang berusaha menenangkan badai di hati anak, tiri nya.

Sasuke yang menyaksikan pemandangan itu semakin merasa tertekan. Rasa bersalah semakin mencengkeram hatinya. Melihat betapa berartinya Sakura bagi Sarada, betapa rapuhnya gadis kecil itu di depan ibunya, membuat Sasuke merasa dirinya tak layak berada di sana. Tanpa berkata apa-apa, ia memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu. Kakinya melangkah keluar dengan cepat, berharap bahwa udara luar bisa sedikit mendinginkan pikirannya yang kacau. Ia butuh waktu untuk merenung, untuk mengerti apa yang seharusnya ia lakukan demi keluarganya.

Sakura hanya bisa menatap punggung Sasuke yang menjauh, menghilang di balik pintu yang tertutup kembali. Perasaan hampa menyelimuti hatinya, tapi ia tahu bahwa Sasuke butuh waktu. Dan mungkin, begitu pula dirinya.

❥ Dear S | SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang