10 • [Different]

165 20 16
                                    

Setelah meeting berakhir, Sasuke duduk termenung di kantornya, pandangannya menerawang keluar jendela. Ada yang aneh dalam hatinya; perasaan tak nyaman yang mengganjal. Kenapa ia merasa tak suka melihat Sakura bersama teman lelakinya? Bukankah ia sendiri yang mengizinkan Sakura mencari kebahagiaannya, bahkan memberi izin jika Sakura ingin memiliki kekasih? Lalu, kenapa rasa cemburu justru menyergapnya?

Ia mendesah kesal, meraih kunci mobil di atas meja, lalu bangkit dan berjalan cepat menuju mobilnya. Mesin mobil menderu saat Sasuke melaju di jalanan kota, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah gedung apartemen. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam gedung itu, mengetik password di pintu, dan membukanya tanpa ragu.

Di dalam apartemen, seorang wanita dengan rambut indigo terkejut melihat pintu terbuka tiba-tiba. "Sasuke?" panggilnya, suaranya penuh keheranan.

Tanpa banyak bicara, Sasuke melangkah mendekat, memeluk wanita itu dengan erat. "Hinata… kenapa kau tidak datang lagi?" tanyanya pelan, menenggelamkan kepalanya di lekuk leher Hinata, seolah takut kehilangan.

Hinata memutar mata dengan malas, menjawab dingin, "Aku tak ingin bertemu dengan istri barumu."

Sasuke terdiam. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya dan mencoba mencium bibir Hinata, tapi Hinata menghindar, mendorongnya menjauh.

“Lakukan saja dengan istri barumu,” tukas Hinata kesal, nada suaranya tajam.

Alih-alih marah, Sasuke tersenyum kecil, melihat Hinata yang cemburu. "Kau cemburu, heh?" tanyanya, suaranya lembut namun menggoda.

Hinata menatap Sasuke penuh kesal. "Jelas bukan?" jawabnya, suara lirihnya dipenuhi perasaan yang sulit ia sembunyikan.

Sasuke mendekat lagi, kali ini dengan lebih hati-hati. Pelukan lembut melingkari tubuh Hinata, diikuti dengan ciuman yang perlahan dan mendalam. Hinata, meski mencoba mengendalikan perasaannya, akhirnya membalas ciuman itu, melingkarkan tangannya di leher Sasuke. Keheningan mengisi ruang, hanya ada mereka berdua yang terperangkap dalam momen yang intens dan membara.

Setelah beberapa saat, mereka melepaskan tautan itu, saling menatap dalam diam. Wajah Hinata memerah, namun matanya menyimpan kerinduan dan pertanyaan. "Kenapa kau tidak menikahiku, Sasuke?" tanyanya, suaranya hampir berbisik saat ia menundukkan kepala.

Pertanyaan itu mengunci lidah Sasuke. Ia tahu jawaban yang diharapkan Hinata, namun kenyataan jauh lebih rumit. Setelah perceraiannya dengan Karin, niatnya memang menikahi Hinata. Tetapi keluarganya tidak merestui; mereka lebih memilih menjodohkan Sasuke dengan Sakura, cucu kesayangan kakeknya, Madara. Ancaman telah disampaikan dengan jelas—jika ia tak menikahi Sakura, Sasuke akan dicoret dari garis keturunan Uchiha dan kehilangan hak waris perusahaan keluarga.

Hinata yang mulai memahami diamnya Sasuke, merasakan amarah bercampur kekecewaan dalam hatinya. Ia menarik wajah Sasuke dan menciumnya dengan intens, mencurahkan segala perasaan yang tertahan. Hari itu, mereka menghabiskan waktu seharian bersama, membiarkan diri tenggelam dalam kebersamaan yang penuh gairah hingga malam menjelang, seakan dunia di luar tak lagi berarti.

---

Sakura menatap kosong ke arah bukunya, tapi tak ada satu pun kata yang benar-benar masuk ke pikirannya. Suasana kelas begitu hening, meski di depan, guru Sasori sedang menjelaskan materi matematika dengan penuh keseriusan. Di pikirannya hanya ada satu nama yang melayang-layang, Sasuke. Mengapa tiba-tiba pria itu bersikap begitu lembut padanya? Apakah mungkin… Sasuke mulai menyukainya?

Pipinya memanas dengan cepat, dan tanpa sadar ia menepuk wajahnya sendiri dengan kencang. Suara tepukan itu cukup keras hingga menarik perhatian teman-temannya di kelas. Beberapa dari mereka bahkan terlonjak kaget dan menatapnya dengan bingung.

❥ Dear S | SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang