02 • [Blue]

144 21 0
                                    

Pagi itu, suasana rumah terasa hening meski di dapur, Sakura sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga barunya. Setelah menghidangkan makanan dengan rapi di meja makan, dia melirik jam dan heran, tak satu pun anggota keluarga yang turun dari kamar. Merasa ada yang ganjil, Sakura memutuskan untuk naik ke lantai atas. Di tangga, ia berpapasan dengan Sarada, putri kecil Sasuke, yang sudah siap dengan seragam sekolah dan tas pink menggemaskan di punggungnya.

"Kak Sakura, bisa kepangin rambutku nggak?" tanya Sarada dengan senyum ceria. Sakura mengangguk tanpa ragu, dan Sarada dengan antusias menarik tangannya menuju kamar. Ada kehangatan dalam setiap sentuhan ketika Sakura mengepang helaian rambut hitam gadis kecil itu, seakan kehadirannya membawa keakraban yang Sarada rindukan.

Di sisi lain rumah, Sasuke masih terlelap dalam mimpinya. Ponselnya berbunyi, membangunkannya dengan sedikit tersentak. Saat melihat jam yang sudah hampir pukul tujuh, panik merambat di tubuhnya. Ia bergegas mandi dan bersiap-siap, lalu buru-buru turun ke bawah tanpa sempat memasang sepatunya dengan benar. Namun langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang tak terduga, Sakura duduk di pinggir tempat tidur, memangku Sarada, dengan tangan lembutnya mengepang rambut gadis kecil itu. Sarada tampak begitu menikmati sentuhan lembut Sakura, seolah dia telah menemukan sosok ibu yang selalu ia dambakan.

Perasaan campur aduk menyelimuti hati Sasuke. Di satu sisi, ia bahagia melihat putrinya mendapatkan perhatian dan kasih sayang seperti ini, sesuatu yang tak pernah diberikan oleh ibu kandung Sarada. Namun, di sisi lain, ada luka lama yang tiba-tiba menguak, membawa rasa sedih yang tak mampu ia elakkan. Bayangan mantan istrinya, Sarada yang kecil dan rentan, semua bercampur menjadi satu, menyisakan perasaan pahit di tenggorokannya.

"Papa!" teriak Sarada tiba-tiba, membuyarkan lamunan Sasuke. Ia segera bangkit dari pangkuan Sakura dan berlari menghampiri ayahnya dengan wajah berseri-seri. "Papa, lihat! Kak Sakura masak sarapan buat kita!" ucapnya girang, seraya menarik tangan ayahnya untuk ikut ke meja makan.

Sakura hanya tersenyum kecil melihat kegembiraan Sarada. Dia merasa lega melihat hubungan mereka yang hangat dan penuh cinta. Tak lama kemudian, mereka semua duduk di meja makan. Sarada tampak menikmati setiap suapan makanan yang Sakura siapkan. "Sup tomat buatan Kak Sakura enak banget!" puji Sarada dengan mata berbinar, menikmati sarapan pagi itu.

"Benarkah? Terima kasih, Sarada," jawab Sakura dengan sedikit malu, namun bahagia melihat Sarada begitu antusias.

Semua tampak berjalan normal hingga tiba-tiba Sarada berkata pelan, namun jelas terdengar oleh semua orang di meja, "Coba Mama seperti kak Sakura, ya, pah..."

Seketika suasana berubah. Wajah Sasuke yang tadinya hangat langsung menegang, kedua tangannya mengepal di bawah meja. Amarah yang selama ini ia pendam, mencuat begitu saja tanpa bisa ia tahan.

"Sarada, jangan pernah samakan Mama mu dengan wanita ini!" bentaknya tiba-tiba, suaranya keras, menghentak hingga membuat Sakura dan Sarada terkejut. Matanya yang biasanya lembut kini berubah tajam, menusuk Sakura tanpa ampun. Sarada, yang tak menyangka ayahnya akan marah seperti itu, segera terdiam dan mulai menangis.

Sasuke tersentak oleh tindakannya sendiri. Namun, semuanya sudah terlambat. Sarada, dengan mata penuh air mata, menepis tangan ayahnya yang mencoba menghibur dan berlari ke kamarnya. Pintu kamar dibanting keras, menggema di seluruh rumah. Sakura, yang tak menyangka situasi akan memburuk seperti ini, segera beranjak dan mengikuti Sarada ke kamarnya.

Di kamar, Sakura menemukan gadis kecil itu duduk terisak di pinggir tempat tidurnya, memeluk erat foto ibunya. Air mata terus mengalir tanpa henti di wajahnya yang polos. Sakura mendekat perlahan, duduk di sampingnya, dan mengusap lembut rambutnya.

❥ Dear S | SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang