9. Ngentot di kamar

509 0 0
                                    

Untuk malam ini aku akan menemani tante tidur di kamarnya, karena dia sangat kasihan dan selalu muntah di sekitar area selimut. Walau pun kami baru kenal beberapa hari, akan tetapi di antara kami sudah seperti orang yang lama kenal. Kalau di nilai dari segi kebaikan, jelas terlihat di wajahnya tante Lastri sangat ramah dan baik hati.

Namun, di balik itu semua ada kenyataan yang terungkap tidak lain adalah karena dia merasa kalau sedang kesepian. Aku paham sekali wanita yang melakukan hal itu di malam hari, karena kurang adanya perhatian satu sama lain. Dengan mengambil sebuah kain basah di dalam kamar mandi, aku memberikan kompres di keningnya agar terlihat lebih bersih.

Membersihkan semua bekas muntahan, serta menyemprotkan parfum di dalam ruangan agar tetap segar. Dari posisi tidurnya pun tante sangat lunglai dan lemah, aku membantunya beberapa kali walau pun terkadang dia kembali lagi pada posisi semula. Kesabaran di uji di sini, karena selama hidup aku tidak pernah memperlakukan seorang wanita seperti ini.

Bahkan pada mantan pacar, dia adalah orang baik dan ketertarikan untuk membuatnya perhatian tidak ada sama sekali. Kemungkinan selama ini aku hanya menjalani percintaan hanya sekadar saja, tidak berdasarkan sebuah pengaruh dari pihak mana pun. Namun, tepat di jam tengah malam, aku hanya bersama rente saja.

Sesuai dengan janjiku pada ayah tadi sebelum berangkat, kalau aku akan menjaga tente apa pun yang terjadi. Apalagi dia memakai perhiasan yang banyak, dan sudah pasti akan menjadi sorotan banyak orang. Di sela sela sedang memperhatikan tante, aku menatap lagi sebuah pakaian yang dia pakai tengah terbuka sedikit.

Ya, rok yang dia pakai sangat pendek dan memerlihatkan sebuah bentuk daging terbelah di sana. Aku menelan ludah, seketika si Joni pun bangun begitu saja. Apalagi ada dua termos yang menghangatkan susu, itu adalah sebuah pemandangan yang sering aku saksikan dari sebuah tutorial video di aplikasi X.

Walau pun aku sudah sangat tahu dan paham, sepertinya masa remaja ku rusak karena sering melihat aplikasi tersebut seperti ada yang hilang, padahal aku tidak punya seorang pacar sebagai tempat berbagi. Yang ada hanya tangan kiri saja, dan tidak mencapai sebuah perasaan mendalam. Dari samping kanan, aku beringsut pergi dan mencoba untuk tidak terlibat masuk dalam situasi.

Seraya mendudukkan badan di atas kursi, sementara pandangan beralih dan menatap cermin datar di depan. Tepat berada pada sebuah cermin aku memantau tampilan soal diri, ternyata aku barus sadar kalau wajah ku sudah di penuhi dengan kumis dan brewok. Walau pun aku tidak gendut, akan tetapi sudah sama bentuknya dengan ayah.

Ya, dia adalah lelaki yang jauh lebih tua. Karena tua adalah soal angka, kalau aku masih menginjak berapa tahun saja. Dan itu semua masih Original, belum ada yang menyentuh sama sekali. Jangankan menyentuh, mantan pacarku saja tidak pernah membuka segelnya atau sekadar melihat. Tak berapa lama, sebuah pergerakan pun terjadi lagi pada tante Lastri.

"Aku takut ... tolong, jangan tinggalkan aku sendirian," ucapnya, tante Lastri seperti sedang mengigau.

Seraya menatap mantap, kemudian aku mencoba turun dari atas kursi dan mendatanginya. Kini tibalah aku di samping kanan, dan menarik selimut yang sempat terjatuh di lantai.

"Jangan tinggalkan aku sandi, aku gak mau ada yang menyakiti di luar sana," katanya lagi, seketika aku pun sangat heran.

Padahal aku baru saja dia kenal, akan tetapi sudah menyebut namaku dengan pasih di dalam sebuah mimpinya. Seraya menyentuh kening sang tante, aku mengembuskan napas.

"Iya aku gak akan meninggalkan kamu kok, sekarang kamu tidur ya tante ...," jawabku.

Lalu tante tidak merespons sama sekali, dia masih sibuk dengan badannya yang mungkin sakit semua. Aku dapat menebak kalau dia sedang lelah, capek dan lain sebagainya. Apalagi selama ini mengerjakan pekerjaan di rumah sendirian, bahkan memasang gas atau pun galon.

DIENT0T ANAK TIRIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang