13. Ngentot sama TNI

414 1 0
                                    


Karena sudah merasa sangat sampai di ujung kegiatan, aku pun segera menembakkan tepat pada wajah bu Sinta hingga 800 kali. Sekarang sudah lumayan sangat lega, aku pun menatap wanita itu dengan sangat santai. Dia tersenyum setelah sebelumnya menangisi, air matanya bercampur jadi satu pada benih yang ke luar secara paksa di wajahnya itu.

Namun, bukan tidak bertanggung jawab sebagai seorang ayah. Akan tetapi aku masih takut kalau harus menikah di usia muda, apalagi sekarang bu Sinta sudah bertunangan dengan seorang guru olahraga bernama Pak agus. Mereka sangat romantis, akan tetapi di balik itu semua ada sebuah kenyataan yang terkuak. Sekarang aku mengancing baju serta celana, dan mendudukkan badan di atas kursi.

Bu Sinta memperbaiki rambutnya, dia membersihkan sisa yang ada di wajahnya tadi. Tampak sangat berantakan, karena memang semua gaya telat kami lakukan di waktu yang singkat ini. Tak berapa lama sebuah ponsel berdering dari atas meja, bu Sinta mengambilnya dan langsung menatap siapa yang sedang menelepon itu.

Terdengar di telingaku kalau yang sedang menelepon adalah Pak agus calon suaminya yang akan sebentar lagi mereka lakukan ijab kabul. Namun, aku dapat mengambil pertama kali dan dia sudah kehilangan yang namanya mahkota kebanggaan dari seorang wanita. Entah kenapa, aku tidak menyesal sama sekali justru bangga karena di balik wajahku yang terlihat sangat lemah, tersimpan sebuah kegagahan tidak ada duanya.

Bahkan bu Sinta pun sempat memuji kalau aku adalah lelaki paling gagah yang dia kenal, karena sejak awal aktivitas tidak ada jeda dan membuat napasnya seperti akan lepas. Hujan pun telah mulai mereda, ini adalah saatnya aku kembali pulang ke rumah. Takutnya kalau Pak agus akan segera sampai ke sini, dia akan mencurigai kami telah unboxing di kala hujan.

"Sandi ... kamu mau ke mana kok kemas kemas?" tanya bu Sinta.

Mendengar ucapan itu aku menoleh seketika, "aku mau pulang Sinta. Karena aku gak mau kalau sampai Pak agus datang, melihat kita udah seperti ini. Kamu baik baik ya di rumah, lagian urusan kita juga udah selesai."

"Aku gak mau sandi, aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi suami aku, entar biar kita bicarakan semuanya dari awal. Sumpah aku gak cinta sama agus, karena dia gak setampan kamu."

"Gak bisa gitu Sinta, aku masih SMA dan masa depan aku masih panjang. Sedangkan kamu udah sebat undangan pernikahan, apa kata orang kalau kalian gagal menikah hanya karena aku."

"Tapi aku gak mau kalau kamu ninggalin aku gini aja sandi, kamu udah ambil semuanya dari aku. Gimana, kamu suka gak tadi?" tanyanya lagi.

Aku menggaruk kepala dan sedikit menatap sangat cemas, kemudian tidak ada jawaban dariku tetapi anggukan kepala adalah jawabannya.

"Ya kalau di bilang suka aku jelas suka, karena ini yang pertama kalinya. Tapi, aku janji akan selalu ada buat kamu kalau memang kamu kesepian, ya, kamu harus menikah sama Pak agus ya, biar hubungan ini tatap akan kita jalani gimana?" Kali ini aku yang meyakinkan dia.

"Okelah kalau begitu, aku setuju. Semoga kita akan dekat terus ya sayang, kamu lucu banget sih. Bikin gemes, tapi walau wajah kamu polos ternyata Joni kamu bisa membuat aku mantap tau gak," pujinya seraya manja dan menggandeng lengan ini.

"He He he ... kamu bisa aja. Ya udah kalau gitu aku mau pulang ya, jangan lupa kalau kamu udah siap mandi kabari aku dari WA biar aku tahu kamu lagi ngapain aja," paparku memberikan tahu.

"Iya ... aku akan WA kamu kalau udah siap mandi, lagian aku mau bersihin juga biar wangi agar kamu tetap suka."

Tanpa menjawab aku langsung bangkit dan menenteng tas ke luar dari rumah, kemudian Sinta mengikuti aku dari belakang. Sekarang tibalah aku di luar, dan dengan cepat akhirnya aku membawa kendaraan melaju menuju jalan lintas. Kejadian tadi sangat sukar aku lupakan, memang sedikit takut tetapi setalah di lakukan tidak buruk sama sekali. Bahkan aku sempat melihat bentuk milik bu Sinta, ternyata begitu legit nya sampai membuat melayang.

DIENT0T ANAK TIRIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang