Freya, adel, jessi dan olla sudah berdiri sejajar dengan kacamata hitam yang bertagar di hidung mereka. Sudah tidak ada tangisan lagi di mereka, air mata mereka sudah tidak bisa keluar lagi.
Freya menggenggam tangan kanan adel yang sejak tadi hanya menundukkan kepalanya, tidak sanggup menyaksikan tangisan orang tua marsha di pusara anaknya itu.
Jessi membisikan sesuatu ke freya, freya menganggukkan kepalanya memberi izin untuk jessi dan olla pergi lebih dulu dari pemakaman itu.
Mereka berdua yang akan mengurus kasus yang menjerat flora, ara dan chika.
Freya melepaskan pegangannya di tangan adel, freya menghampiri orang tua dari indira yang tidak kalah histerisnya.
Jujur saja freya merasa sangat amat bersalah, karena kejadian ini intinya berada di dia semua. Kalau saja marsha, indira dan yang lainnya tidak ikut campur, kemungkinan tidak akan banyak korban seperti ini.
"Ma..." Freya memang sangat dekat dengan keluarga indira, freya bahkan memanggil ibu indira dengan sebutan mama.
Mama indira mendongakkan kepalanya guna melihat freya, dan semakin menangis mendapati wajah freya. Mama indira sangat tau bagaimana sayangnya indira kepada freya.
"Fre--- kakak kamu padahal bilang sama mama, nanti kalo anak freya lahir. Aku mau ngasih nama langsung, aku mau gendong, tapi liat sekarang--- kakak kamu bahkan ga sempat untuk ngeliat wajah anak kamu frey..."
Freya mencoba untuk tegar, ia tidak akan menangis lagi. Ia tau tangisannya akan membuat indira sedih. Tangan freya terangkat untuk mengelus bahu mamanya indira.
"Freya akan ceritain semua tentang kakak ke anak freya kok mah, anak freya juga harus tau kalo mereka punya aunty yang cantik, baik kaya kak indira." Ucap freya dengan suara seraknya.
"Aku bakal kangen banget sama kakak, aku kangen di panggil adek. Padahal aku udah sebesar ini, kakak sering-sering main ke mimpi aku ya..." Ucap freya sembari mengusap nisan yang bertuliskan nama Indira Jovanca itu.
Setelah itu freya memeluk tubuh mamanya indira, menjadikan bahunya sebagai tumpahan air mata ibu yang kehilangan anaknya untuk selamanya.
**
RUMAH SAKIT.
Fiony berhasil melahirkan anaknya dengan selamat walau harus caesar, dan karena usia kandungannya masih belum mencukupi untuk melahirkan, anak kembarnya sekarang berada di inkubator.
Fiony sendiri sudah mendengar kabar duka itu, dan saat mendapatkan kabar itu fiony mengalami pendarahan yang hebat. Untung saja fiony bisa melewati masa-masa kritsinya.
Kalau tidak semakin hancur nasib si freyana itu.
Fiony menghapus air matanya, mengingat moment perdebatan teman-temannya untuk memberikan nama kepada anaknya.
Dan anehnya ia dan freya menerima saran nama dari marsha serta indira, jadi inilah alasan kenapa ia dan freya sangat mudah menerima saran nama dari keduanya?
Marsha dan indira sudah pergi jauh dan di hari yang sama fiony berhasil melahirkan anak-anaknya.
Dua orang pergi, dan di ganti dengan dua orang baru di hidup fiony dan freya.
"Sayang...." Freya menyadari kalau fiony tengah sibuk mengusap air matanya.
Freya mengusap lembut punggung tangan kanan fiony, mencoba memberikan ketenangan kepada istrinya itu.
Usapan di punggung tangan kanan fiony sekarang sudah berpindah ke dahi fiony, freya mendekatkan wajahnya guna memberikan kecupan yang cukup lama di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/376993486-288-k997063.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
02. MNKH ; a sequel of pcrn [ frefio ] END
Fanfictionsangat amat di sarankan untuk membaca cerita PCRN terlebih dahulu. warn: -- gxg content. -- bahasa nonbaku. frefio - freflo - fresha area. cr. frefiouniverse start