04:12 PM"Segera bentuk kelompok . Minggu depan kita lakukan persentasi. Lakukan persiapan secepatnya. Saya tidak ingin kelompok yang persentasi melakukan absen kecuali dengan alasan masuk akal. Jika ada yang melakukannya saya tidak ragu memberi kalian nilai D. Mengerti!!!?" Mendengar balasan mahasiswa nya, Tobirama Sensei mengangguk puas. Lalu mengambil perlengkapan mengajarnya di meja. "Untuk Kimia Dasar kita akhiri disini. Sampai jumpa minggu depan."
Saat Tobirama Sensei akan meninggalkan kelas, Rin mengangkat tangan. "Sensei. Bisakah membentuk kelompok lebih dari empat?"
Sakura dan beberapa taman sekelas memelototi gadis yang terkenal aktif dan pintar di kelas. Melihat Tobirama Sensei kembali berdiri di podium membuat Sakura semakin kesal. Harapannya untuk segera kembali ke asrama gagal seketika.
"Tidak!!" Penolakan tegas membuat beberapa mahasiswa mengeluh dalam hati termasuk Sakura. Bukankah semakin banyak kelompok semakin baik? Saat pembagian tugas mereka bisa mendapatkan sedikit 'jatah'.
Tidak memperdulikan ekspresi penolakan di wajah mahasiswanya kecuali Rin, Tobirama Sensei menekankan. "Satu kelompok maksimal 4 orang. Jika jumlah keseluruhan tidak pas. Kalian bisa membentuk dengan 3 orang. Atau kalian mau persentasi mandiri?"
Tawaran Tobirama Sensei langsung mendapat penolakan tegas dari Rock Lee. "Empat Sensei." Beberapa mahasiswa ikut menimbrung menyetujui. Persentasi mandiri??? Siapa yang mau. Mungkin di kelas mereka hanya Rin yang berminat.
Sakura yang duduk di bangku urutan 4 mengangguk setuju tetapi tidak berbicara. Tangan berdagingnya sibuk memasukan buku paket ke dalam ransel kecil berwarna mocha.
Sebelum kembali bicara, Tobirama Sensei melirik jam tangannya. Merasa masih ada waktu, mulutnya kembali terbuka. "Ada lagi yang perlu di tanyakan."
Penghuni Kimia-C kompak diam. Tujuannya supaya Tobirama Sensei segera meninggalkan kelas namun Rin yang duduk di bangku depan menjadi pengecualian. Melihat itu, Sakura dan lainnya mengutuk Rin dalam hati. "Sensei kita belum menentukan kelompok. Jadi kami tidak tahu kelompok mana yang maju minggu depan."
Pertanyaan Rin membuat orang-orang yang mengutuk Rin termasuk Sakura berubah menjadi memberi jempol. Pertanyaan Rin benar-benar tidak terlintas di otak mereka. Jika kelompok yang maju minggu depan sudah di tentukan, setidaknya mereka memiliki waktu lebih banyak.
Tobirama Sensei memberi apresiasi pada Rin yang terkenal aktif di mata kuliahnya. Wajahnya yang selalu datar memberi senyum bangga pada Rin membuat seluruh kelas mengeluh dalam hati karena tidak menjadi kesayangan dosen seperti Rin. "Hari ini kalian bentuk kelompok. Minggu depan akan di undi. Jadi semua kelompok harus mempersiapkan diri." Melihat ekspresi tidak puas mahasiswanya kecuali Rin, Tobirama melanjutkan. "Perpustakaan di sini mungkin tidak selengkap Uchiwa University. Kalian bisa mencari bahan dari luar jika diperlukan."
Meski berat seluruh kelas mengangguk lemah. Bangku kuliah memang sangat berbeda dengan High School. Setidaknya di High School tidak ada istilah undi kelompok.
Mendapat respon positif, Tobirama Sensei kembali berbicara. "Kalian sekarang bukan siswa lagi yang bla bla bla." Tobirama Sensei terus berbicara membuat penghuni kelas mulai tidak sabar.
Sakura menatap depan dengan bosan. Minggu ini ia harus membuat dua makalah dari dua mata kuliah. Benar-benar membuat kepalanya ingin meledak. Seandainya otaknya encer mungkin ia tidak akan sepusing ini. Mengingat 'otak encer' refleks otak Sakura tertuju pada Sasuke.
Kejadian dua hari lalu di parkiran masih menjadi mimpi buruknya. Dua hari ini ia tidak berani berkeliling di lingkungan kampus. Sangat takut jika tiba-tiba bertemu Uchiha Sasuke meski kemungkinan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOSSOM
FanfictionKehidupan Haruno Sakura setelah menginjak bangku universitas.