Chapter 07

716 153 89
                                    


Asrama 101

Krieett

Brakk!!

Tenten mengalihkan fokusnya dari laptop saat mendengar bantingan pintu. Dahinya mengernyit melihat Sakura berjongkok di bawah pintu. Paper bag biru didekat kaki Sakura tergeletak asal dengan sebagian isi jatuh ke lantai. "Kau kenapa?" Tenten bertanya heran melihat Sakura masih menenggelamkan wajahnya di lutut.

"Aku malu."

Meski teredam Tenten masih bisa mendengar. "Malu kenapa?"

Sakura mendongak. Menatap Tenten dengan pipi memerah. "Coba tebak siapa yang aku temui dibawah!"

Setelah mematikan laptop, Tenten menatap Sakura. Merasa heran melihat pipi gembul Sakura memerah. Mengingat cerita Sakura sebelumnya, Tenten tersenyum penuh arti. "Apa dia tampan?"

Sakura memutar mata. Memasukkan kembali pembalut yang jatuh ke lantai lalu berdiri. Berjalan lemas menuju ranjang. Menurutnya hari ini adalah hari terburuk. "Sangat tampan." Sakura menjawab setelah merebahkan tubuh di ranjang. Paper bag nya ia lempar asal ke atas ranjang. Mengingat Sasuke membuatnya ingin berteriak untuk mengeluarkan rasa malu di hatinya.

Satu bulan lebih bersama membuat Tenten cukup mengenal Sakura. Melihat reaksi Sakura sudah pasti orang yang di temuinya dibawah bukan orang asing. Deretan pria tampan di Universitas Konoha masuk ke kepala Tenten. Ragu-ragu Tenten menebak. "Apa itu Sasuke Senpai?" Tenten langsung menggeleng. Tidak mungkin!!! Tidak ada hal yang harus membuat Senpai es nya berhubungan dengan Sakura. Tenten hampir ingin menyebutkan nama lain namun jawaban Sakura membuat Tenten yang akan duduk di kursi Hinata hampir terjatuh karena kaget.

"Apa!!!! Sasuke Senpai!!?" Tenten menolak percaya. Menghampiri Sakura yang masih berbaring telentang dengan pandangan kosong. Segera Tenten meletakkan tangannya di dahi Sakura. Siapa tahu temannya ini sakit sehingga menimbulkan khayalan tingkat tinggi.

Merasakan tangan dingin Tenten di dahinya, bibir Sakura mengerucut. Menyingkirkan tangan Tenten dengan sebal. Tenten bertolak pinggang persis seperti ibu-ibu yang menyadarkan putrinya yang ber halu menikahi idol. "Aduh Sakura sayang. Kita semua memang mengangumi Sasuke Senpai tapi jangan berkhayal hal mustahil." Tenten mendesah seolah gagal membesarkan anak.

Sakura bangun. Menatap Tenten yang masih  berkacak pinggang di sebelah ranjang. Saat Sakura bangun, tanpa sengaja mata Tenten tertuju pada paper  bag yang tergeletak di sisi bantal. Beberapa isinya jatuh di ranjang.

Sakura mengikuti fokus Tenten. Ekspresinya kembali lesu. Kejadian di bawah pohon ek kembali berputar selayaknya film. Sakura menjerit membuat Tenten kaget. Semakin kaget melihat Sakura kembali berbaring di ranjang dengan kaki menendang-nendang.

"AKU MALU AAAAA AKU MALU AAAAA IBU AKU MALU." Sakura menjerit keras. Kedua tangannya menjambak Surai merah muda. Kaki terus menendang-nendang membuat selimutnya jatuh ke lantai.

Gugup, Tenten melihat ke arah pintu. Sangat takut jika tiba-tiba Bibi Chiyo muncul membawa penggaris. "Hei berhenti berteriak." Menutup mulut mungil Sakura menggunakan tangan membuat Sakura langsung diam. Melihat Tenten dengan ekspresi sedih. Menurutnya hari ini adalah hari terburuknya. Demi Tuhan ia tidak pernah ingin bertemu Sasuke lagi. Melihat Sakura kembali normal, Tenten melepas bekapannya lalu bertanya bingung. "Kau kenapa?"

Dengan surai acak-acakan, Sakura bangun lalu bersila di tempat tidur. Kepalannya menunduk. Fokus melihat motif kodok di seprai. "Semua telah berakhir."

Dahi halus Tenten membentuk garis samar. Menatap Sakura penasaran. "Apa yang berakhir?" Berbagai macam tebakan berseliweran di kepala Tenten.

Sakura masih menunduk. Memainkan jari-jari nya. Dress tomatnya tersingkap sedikit memperlihatkan paha putih di balut hot pants. "Aku tidak ingin bertemu Sasuke Senpai lagi."

BLOSSOM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang