Sakura kembali ke asrama setelah makan malam dengan Izumi dan Mei di kantin Fakultas Kedokteran. Mengingat, FK, Sakura menghela nafas. Tatapan Hanabi sebelum mereka bubar benar-benar membuat Sakura bergidik. Seolah-olah ia telah mengambil barang yang paling disukainya. Padahal semenjak Hanabi tidak membalas senyumannya, Sakura berusaha tidak ingin terlibat lagi. Kalau ada yang tidak ia mengerti, Sakura lebih memilih bertanya pada Karin atau Rin.Memikirkan sikap aneh Hanabi, Sakura berpikir keras. Mengingat-ingat dimana pernah menyinggungnya. Pertama kali mereka bertemu di Gedung-C saat menemani Ino menemui Yukata. Saat itu pun mereka tidak berinteraksi. Tetapi kenapa Hanabi seperti ingin menelannya?????
Sakura terus melangkah menelusuri jalan menuju asrama yang cukup ramai sambil berpikir namun tidak bisa menemukan jawaban apapun. Merasa lelah, Sakura memilih membuang Hanabi dari otaknya. Lagipula mereka jarang bertemu. Untuk apa menyiksa otaknya yang sudah lelah memikirkan tugas kuliah untuk memikirkan Hanabi.
Merasa lebih baik, Sakura mempercepat langkah. Ingin cepat sampai kamarnya lalu mandi. Kakinya yang dibalut sepatu putih menendang kerikil yang di temuinya. Emeraldnya menatap sekeliling jalan. Hanya ada bangku-bangku tempat mahasiswa-mahasiswi duduk. Dari tempatnya, Sakura melihat beberapa mahasiswi duduk melingkar di bawah pohon dengan laptop masing-masing.
Sakura menunduk melihat sepatunya lalu menghela nafas. Merasa heran pada orang-orang yang mempunyai semangat belajar sangat tinggi. Meski otaknya tidak terlalu bodoh, tetap saja Sakura merasa belajar adalah pekerjaan yang paling menyiksa. Tidak hanya menyiksa otak tetapi juga menyiksa batin. Memikirkan ujian semester beberapa bulan lagi membuat Sakura menghembuskan nafas kasar. Mendapatkan IPK tiga koma sekian saja ia akan bersyukur. Andai otaknya secerdas Mei atau Rin mungkin IPK tiga koma sekian bukan hal mustahil.
Mengingat Mei, Sakura tiba-tiba tertawa kecil. Tadinya setelah makan malam mereka bertiga akan kembali ke asrama bersama. Hal tidak terduga terjadi saat Mei mendapat telepon dari temannya yang satu kampus dengan Utakata kalau malam ini Utakata sedang berkencan dengan gadis lain. Setelah memutuskan sambungan, Mei dengan emosi membawa Izumi menemaninya melabrak Utakata dan selingkuhannya. Tadinya Mei ingin mengajaknya namun Sakura menolak.
Melihat kerikil sedikit lebih besar di depannya, Sakura mengambil ancang-ancang lalu menendangnya kuat. Sayangnya kerikil hanya menggelinding hampir satu meter. Bibir Sakura mengerucut, bersiap menendang lagi sampai matanya jatuh pada sosok yang berdiri di bawah pohon. Tempatnya dan Sasuke bertemu sebelumnya. Bedanya kali ini yang berdiri pria berambut merah.
Di bawah cahaya malam, Sakura berusaha melihat lebih jelas. Cukup terkejut saat mengetahui laki-laki itu adalah seniornya, Sabaku Gaara. Awalnya Sakura ingin pura-pura tidak melihat namun ia terlalu malas memutar. Tidak ada pilihan lain, Sakura berusaha berjalan santai. Berharap Gaara tidak bersikap 'ramah' seperti di lift.
Bagaimanapun ia masih takut pada kutukan pria tampan. Benar-benar tidak ingin mempermalukan diri di depan Gaara dengan tingkah konyolnya. Cukup Sasuke yang tahu. Memikirkan Sasuke membuat kepala Sakura yang mulai tenang kembali ruwet.
Saat Sakura melawati Gaara, Sakura cosplay menjadi robot yang berjalan lurus tanpa menoleh ke kiri kanan. Melihat gerbang, Sakura ingin mempercepat langkahnya namun panggilan Gaara menghentikan.
"Tunggu!"
Sakura ingin pura-pura tidak mendengar tetapi suara kaki Gaara di belakangnya membuat Sakura terpaksa berhenti lalu berbalik dengan senyum super manis. "Ahh ternyata Gaara Senpai."
Gaara berhenti di depan Sakura dengan menenteng pelastik putih. Dari baunya Sakura menebak itu ayam goreng. "Kau tahu namaku?" Gaara cukup terkejut. Ia ingat mereka belum berkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOSSOM
FanfictionKehidupan Haruno Sakura setelah menginjak bangku universitas.