part 08

8 3 0
                                    

"Semoga aku bisa meneladani Khadijah, yang mencintai Rasulullah dengan sepenuh hati dan mengorbankan segalanya untuknya."

~Aiza~

Pada hari libur yang cerah, Aiza bersemangat mengikuti Bilal ke pondok pesantren tempatnya belajar. Sejak mendengar kisah Rasulullah dan Siti Khadijah, Aiza merasa lebih dekat dengan pelajaran agama dan ingin mendalami lebih lanjut.

Sesampainya di pondok pesantren, mereka disambut dengan hangat oleh para santri. Aiza melihat kebersamaan di antara mereka, yang saling membantu dan belajar satu sama lain. "Bang, ini tempat yang indah," ucap Aiza, matanya berbinar.

Bilal tersenyum. "Iya, dek. Di sini, kita bisa belajar banyak tentang agama, dan juga tentang hidup dalam kebersamaan."

Setelah menaruh barang-barang, mereka bergabung dalam aktivitas belajar. Aiza duduk di antara santri lain, mendengarkan guru menjelaskan tentang nilai-nilai dalam Islam, termasuk pentingnya akhlak dan saling menghormati.

Di tengah pelajaran, Aiza tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Bang, bolehkah Aiza bertanya?" tanya Aiza.

"Tentu, dek. Apa yang ingin kamu tahu?" jawab Bilal.

"Bagaimana cara kita bisa menjadi seperti Khadijah dalam kehidupan sehari-hari?"

Bilal berpikir sejenak. "Kita bisa mulai dengan bersikap baik kepada orang lain, membantu sesama, dan selalu mendukung mereka yang membutuhkan. Khadijah adalah teladan dalam hal itu."

Sore harinya, mereka berkumpul di halaman untuk mendengarkan kisah inspiratif dari ustadz. Aiza mendengarkan dengan penuh perhatian, terinspirasi oleh cerita tentang para sahabat Rasulullah yang berjuang menyebarkan Islam dengan penuh pengorbanan.

Ketika acara selesai, Aiza merasa hatinya penuh dengan semangat baru. "Bang, aku ingin terus belajar dan berbuat baik seperti mereka," ucapnya penuh harapan.

Bilal mengangguk, bangga pada adiknya. "Itu sikap yang bagus, dek. Setiap tindakan kecil yang kita lakukan bisa memberikan dampak besar."

Malam pun tiba, dan mereka berkumpul untuk shalat bersama. Aiza merasakan kedamaian yang dalam saat berdoa, berharap bisa mengikuti jejak Khadijah dalam mencintai dan mendukung orang lain.

Setelah shalat, mereka duduk di luar, menatap bintang-bintang yang bersinar. "Bang, aku senang sekali bisa datang ke sini. Aku merasa lebih dekat dengan Allah dan dengan semua orang," kata Aiza.

"Senang mendengarnya, Aiza. Ingatlah, setiap langkah yang kita ambil menuju kebaikan adalah langkah menuju kedekatan dengan Allah," jawab Bilal sambil tersenyum.

Dengan semangat baru dan tekad yang kuat, Aiza berjanji untuk terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, seperti Siti Khadijah dan para sahabat Rasulullah. Malam itu, mereka berdua berbagi mimpi dan harapan, bertekad untuk melanjutkan perjalanan spiritual mereka bersama.

🐱🐱🐱

Sore hari, setelah melihat suasana di pondok, Aiza bertemu dengan Laila duduk di halaman, menikmati suasana tenang. Tiba-tiba, Aiza melihat Laila tampak sedikit kikuk dan tersenyum-senyum sendiri.

"Assalamualaikum, Laila. Jangan melamun!" peringat Aiza ke Laila

"Waalaikumsalam, Aiza! Kamu main ke sini?" tanya Laila yang tiba-tiba kembali ceria.

"Iya, sama bang Bilal," jawab Aiza, membuat Laila tersenyum ketika menyebutkan nama Bilal.

"Ada apa, Laila? Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Aiza, penasaran.

Cinta yang Tertulis di Lauhul MahfudzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang