Part 11

3 1 0
                                    

"Perasaan apa yang tiba-tiba datang ini? Perasaan jatuh cinta? Jika iya, maka aku sudah terjebak di dalam cinta itu."

~Aiza~

Saat Aiza bangun dari tidurnya, dia langsung mencari ponselnya. Ketika membukanya, pesan dari Gus Shaka muncul di layar, dan dia pun berteriak bahagia.

Assalamualaikum, Aiza. Kamu mau pinjam kumpulan puisi saya?

Debaran jantung Aiza semakin tak beraturan, dan tangannya mulai bergemetar. Sebelum menekan pesan itu, dia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Ini adalah momen yang sudah dia tunggu sejak semalaman.

Dengan penuh semangat, dia membalas pesan tersebut. Waalaikumsalam, Gus Shaka! Tentu saja, saya sangat ingin! Puisi-puisi anda selalu membuat saya kagum.

Setelah mengirim pesan, Aiza tidak bisa menahan senyum. Dia membayangkan betapa indahnya puisi-puisi Gus Shaka dan bagaimana mereka akan berbagi ide dan inspirasi. Namun, di dalam hatinya juga ada rasa cemas. Bagaimana jika Gus Shaka tidak merasa nyaman untuk berbagi?

Tak lama kemudian, ponselnya bergetar lagi. Aida meraih ponselnya dan melihat pesan masuk dari Gus Shaka. Baiklah, saya akan kirimkan sekarang. Semoga kamu suka!

Aiza merasa bersemangat. Dia mengklik tautan yang diberikan dan dengan cepat mengunduh kumpulan puisi tersebut. Ketika puisi-puisi itu muncul di layar, Aiza seolah-olah dibawa ke dalam dunia yang penuh dengan keindahan dan makna.

Dia mulai membaca satu per satu, terhanyut dalam setiap kata. Beberapa puisi membuatnya tersenyum, sementara yang lain membangkitkan rasa haru. Aiza merasa terhubung dengan emosi yang dituliskan Gus Shaka.

Setelah selesai membaca, dia merasa terinspirasi untuk membalas kebaikan Gus Shaka. Dia pun memutuskan untuk mengundangnya bertemu di kafe favorit mereka agar bisa mendiskusikan puisi-puisi itu lebih dalam.

Gus Shaka, bagaimana kalau kita bertemu di kafe nanti sore? Aku ingin mendiskusikan puisi-puisimu!

Beberapa menit kemudian, pesan balasan dari Gus Shaka muncul. Tentu! Aku sudah tidak sabar untuk mendengar pendapatmu!

Aiza merasakan jantungnya berdebar. Pertemuan itu bukan hanya tentang puisi, tetapi juga tentang membuka peluang untuk lebih mengenal satu sama lain. Dengan semangat, dia mempersiapkan diri untuk sore itu, membayangkan percakapan menarik yang akan mereka miliki dan kemungkinan-kemungkinan baru yang akan terbuka.

Aiza tiba di kafe tepat waktu, suasana hangat dan ramai menambah semangatnya. Dia memilih meja dekat jendela agar bisa menikmati pemandangan luar. Dengan secangkir kopi di tangan, pikirannya melayang pada puisi-puisi yang telah dia baca, membayangkan bagaimana diskusi dengan Gus Shaka akan berlangsung.

Ketika Gus Shaka tiba, dia tampak lebih tampan dari yang Aiza ingat. Senyumnya membuat Aiza merasa lebih rileks. Mereka saling menyapa dan duduk, langsung terlibat dalam pembicaraan.

"Saya sangat suka puisi tentang malam," kata Aiza, mengawali pembicaraan. "Rasanya seperti merasakan kedamaian yang dalam."

Gus Shaka tersenyum. "Malam memang penuh inspirasi. Saya selalu merasa ada cerita yang tersembunyi di balik kegelapan."

Percakapan mereka mengalir lancar, membahas berbagai tema dalam puisi, dari cinta hingga kehilangan. Aiza merasa terhubung tidak hanya pada karya-karya Gus, tetapi juga pada pemikirannya. Dia mulai berani mengungkapkan pandangannya, merasa lebih percaya diri saat melihat respons positif dari Gus.

Saat pembicaraan semakin mendalam, Aiza mendapati diri mereka berbagi lebih dari sekadar puisi. Mereka mulai bercerita tentang pengalaman pribadi, impian, dan kekhawatiran. Aiza merasa seolah-olah mereka sudah saling mengenal selama bertahun-tahun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 16 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta yang Tertulis di Lauhul MahfudzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang