🌊BAB 22🌊

25 23 14
                                    

     ‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊꒰ Happy Reading ꒱︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     ‧ ︵‿₊୨୧₊‿︵ ‧ ˚ ₊
꒰ Happy Reading ꒱
︶⊹︶︶୨୧︶︶⊹︶

Ashley menggigit bibirnya, gelisah. “Lan, Liam suka sama gue. Gue harus apa sekarang?” tanyanya kepada Lana.

Lana, sahabatnya sejak lama, memandangnya dengan campuran kaget dan senang. “Serius Liam nembak lo? Wah, Ley, gue seneng banget denger ini! Mungkin akhirnya lo bisa lepas dari masa lalu itu... dan nerima orang baru yang jauh lebih baik.”

Ashley menghela napas panjang. “Iya... tapi gue bingung harus gimana. Gue takut.”

Lana menepuk bahu Ashley, memberikan dorongan. “Coba lo buka hati buat Liam. Lo nyaman kan sama dia? Gak selamanya lo bisa terjebak di zona kaya gini, Ley. Kadang kita perlu ngambil risiko buat bahagia.”

Ashley terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Iya... mungkin gue harus coba nerima dia, di hati gue... dan mungkin juga di hidup gue.”

Saat mereka sedang larut dalam obrolan itu, Ethan, pacar Lana, datang menghampiri mereka. “Kalian ngobrolin apa, kok serius banget?” tanyanya dengan nada penasaran.

Lana langsung menjawab sambil tersenyum. “Kita lagi ngomongin soal Liam yang nembak Ashley. Sekarang Ashley bingung harus gimana.”

Ethan mengangkat alis, lalu duduk di samping mereka. “Hmm, menurut gue sih lo harus coba belajar buat sayang sama Liam pelan-pelan, Ley. Percaya deh, kalau Liam udah cinta sama cewek, dia bakal cintain cewek itu habis-habisan. Tapi ya, lo juga harus siap sama latar belakangnya Liam.”

Ashley mengerutkan kening. “Latar belakang? Maksud lo apa, Than?”

Ethan menatap Ashley dengan serius, lalu mulai bercerita. “Liam tuh anak tunggal, Ash. Tapi, orang tuanya cerai. Karena itu, dia milih buat tinggal sendiri. Sebenernya dia sering pindah-pindah tempat tinggal karena selalu merasa nggak nyaman atau hampa. Tapi sejak dia pindah ke apartemen sebelah lo, bawaannya dia jadi lebih bahagia. Nggak hampa lagi kayak dulu.”

Ashley mendengarkan dengan seksama, hatinya mulai terasa hangat mendengar cerita itu. “Oh... jadi selama ini dia kesepian?” gumamnya pelan.

Ethan mengangguk. “Iya. Liam tuh tajir, tapi setajir apa pun, dia tetep sering ngerasa kesepian.”

Ashley menatap Ethan, rasa penasaran makin membuncah. “Tapi, Than... kalo orang tuanya cerai, dia dapet uang dari mana sebanyak itu?”

Ethan tersenyum tipis. “Liam punya bisnis sendiri. Dia owner brand baju, dan dia juga kelola hotel warisan dari papanya. Jadi, uang dia nggak bakal habis-habis, Ley.”

Ashley mendengus pelan, kagum sekaligus merasa iba. “Anjir... tajir banget, tapi kasian juga ya dia.”

Lana memandang Ashley dengan penuh harap. “Nah, lo tau kan sekarang? Liam mungkin nggak sempurna, tapi dia tuh tulus. Coba deh, Ley... buka hati lo buat dia.”

Pacific and Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang