Bab VII

192 18 1
                                    

Minggu pagi.

Minggu adalah hari libur yang menyenangkan, dan amera setuju dengan pendapatan itu. Karena hari ini libur jadi dia tak pergi ke kantor, hanya bersantai di rumahnya. Dengan dress putih sederhana dan rambut yang ikat asal amera menghampiri kedua orang tuanya di bawah, di meja makan tepatnya.

"Pagi ayah, ibu," sapa nya menarik kursi di samping ayahnya kemudian mendaratkan bokong nya.

"Pagi sayang," ucap sang ayah menoleh sejenak dengan seutas senyum tipis kemudian kembali membaca koran di tangan nya.

"Kau sudah bangun? Apa kau ingin sesuatu sayang." Sang ibu bertanya sambil meletakkan semangkuk sup hangat yang tampak nya baru selesai di masak.

"Tidak."

Amera menatap ibunya dengan tersenyum, kemudian mereka duduk di meja makan menyantap sarapan bersama. Keluarga mereka sangat harmonis, dan mereka sangat menyayangi amera.

"Maaf sayang, selesai sarapan nanti ibu dan ayah akan pergi keluar sebentar." Kini ayah yang membuka suara. Pantas saja mereka terlihat sudah rapi.

"Kemana?"

Kedua orang tua amera hanya saling memandang kemudian saling melempar senyuman. Dan amera hanya memandangi mereka sambil menahan senyuman nya, ia akui bahwa kedua orangtua nya adalah pasangan yang sangat romantis walaupun mereka tak lagi muda tapi kasih sayang mereka tak pernah memudar.

"Katanya ayah mu ingin mengajak ibu berkencan, mumpung libur katanya," Kata ibu menahan senyuman nya.

Astaga ayah terlihat malu-malu kemudian menunduk, ingin rasa nya amera tertawa tapi ia berusaha untuk menahan nya. Walaupun hatinya di dalam sana sudah tertawa.

"Oh baiklah, itu bagus. Aku juga ingin bersantai di rumah jadi kalian pergilah biar aku saja yang jaga rumah."

Setelah sarapan amera mengantar kedua orangtua nya menuju halaman depan, hingga mobil mereka menjauh dari halaman rumah menuju jalan raya. Amera tersenyum seraya melambaikan tangan nya begitupula dengan ibunya. Sangat romantis, batin amera.

Oke sekarang kembali ke topik nya, apa yang ingin di lakukan nya di hari libur ini? Amera bingung harus melakukan apa. Biasa nya ia hanya menghabiskan waktunya dengan membaca buku, tapi itu saat dia masih tinggal bersama cesar. Dan sekarang bagaimana? Amera bingung.

Tapi di kejauhan amera melihat seorang pria dewasa yang sedang di kerumuni oleh beberapa anak kecil. Seperti nya ia sedang memberikan permen kepada beberapa anak kecil tersebut. Tapi dia belum pernah melihat pria itu di lingkungan kompleks rumah orang tuanya.

Terus amera pandang pria itu, hingga mata mereka bertemu. Pria itu kemudian tersenyum kepada amera, dan itu membuat amera merasa malu, segera ia alihkan pandang.

Pria itu menghampiri amera setelah selesai memberikan permen nya kepada beberapa anak tadi. "Selamat pagi nona," sapa pria itu dengan ramah, hanya pagar yang membatasi jarak mereka. Dan mau tak mau amera membalas senyuman pria itu.

"Selamat pagi."

Pria itu tinggi, bahkan amera harus mendongak jika menatap nya. Badan nya juga besar berotot, walaupun baju nya menutupi otot besar nya tapi amera yakin pria itu memiliki badan yang bagus di balik bajunya. Astaga bukan itu yang seharusnya ia pikirkan.

"Aku baru saja pindah kesini, tempatnya sangat bagus."

Segera amera mengerjapkan matanya, berusaha sadar akan lamunan nya yang tak penting itu.

"Oh jadi kau tetangga baru rupanya."

"Ya aku baru pindah beberapa hari yang lalu. Aku berniat mengundang beberapa tetangga untuk datang ke perjamuan makan malam nanti."

Pria itu ramah juga terlihat hangat, sungguh membuat amera terkesan.

"Baiklah, aku dan orang tua ku pasti akan datang ke rumah mu tuan...."

"Albert halwerd," ujar pria itu mengenalkan nama nya.

"Ya tuan halwerd, aku pasti akan datang ke perjamuan makan malam mu."

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa nanti malam nona..."

Sengaja, tampak nya pria bernama albert itu ingin tahu nama amera. Dia ingin tahu bahkan matanya berkilau akan penasaran.

"Amera rodriguez," ucap nya kemudian tersenyum. Amera tak mengatakan nama belakang cesar, untuk apa dia mengatakan itu lagipula dia dan cesar juga akan bercerai.

"Aku akan menunggu kedatangan mu nona rodriguez."

Albert menunduk sedikit, kemudian pergi meninggalkan amera. Rumah nya tak jauh dari rumah orang tua amera, tepat di seberang rumah orang tuanya.

________

"Halo kakek, ada apa?" Tanya cesar melalui telepon nya, namun matanya masih sibuk melihat ke arah laptop yang berada di depan nya.

"Apa kau sudah bicara pada amera? Apa dia setuju untuk membatalkan perceraian nya?" Kakek bertanya dari seberang telepon, tampaknya beliau sangat khawatir dengan hubungan cesar dan juga amera.

Cesar menarik napas dalam-dalam, sudah ia duga bahwa kakek nya sudah pasti akan bertanya tentang perceraian nya. Walaupun dirinya sudah berusaha membujuk amera, tapi tetap saja wanita itu masih dengan pendirian nya.

"Aku sudah mencobanya, tapi wanita itu sangat keras kepala kakek. Aku jadi bingung harus melakukan apalagi untuk membuat nya membatalkan perceraian."

Pria itu menutup laptop nya dan mengelus kening nya yang terasa sangat sakit. Mungkin kah itu karena pekerjaan yang menumpuk ataukah yang lain nya.

"Kau harus pandai membujuk nya, bicara dengan nya secara baik-baik dia pasti akan mengerti. Lalu bagaimana dengan wanita itu? Sudah kah kau menuruti perkataan kakek mu ini?"

Tersentak cesar mendengar nya, pria itu tahu siapa yang kakek nya maksud, itu sudah pasti cassie. Kakek sudah sangat lama menginginkan cesar dan cassie berpisah.

"Aku pasti akan melakukan nya kek,tapi-"

"Kau ini," potong sang kakek di susul dengan hembusan napas kasar dari seberang telepon. "Seorang pria hanya bisa memilih satu wanita untuk ia jadikan sebagai teman hidup,jangan serakah. Jika kau serakah maka nanti kau tak akan mendapatkan apapun. Dan cassie, wanita itu tak pantas untuk menjadi istri mu dan juga menantu keluarga ini."

"Kakek berharap jika kau bisa mengambil keputusan yang bijak cesar. Kakek tak ingin kau mengambil keputusan yang salah nantinya karena itu bisa berdampak bagi masa depan mu."

"Baik kakek, aku mengerti."

"Kalau begitu kakek tutup telepon nya," ujar sang kakek kemudian menutup telepon nya.

Kini yang tersisa hanyalah cesar dengan rasa frustasi, dia bingung harus memilih yang mana. Tapi tetap saja pilihan nya masih pada amera, wanita itu sudah membuat keluarga nya terkesan dan tak ingin hubungan mereka berakhir. Walaupun cesar sama sekali tak mencintai wanita itu, wanita yang keras kepala itu, yang menolak membatalkan perceraian. Mengingat nya saja membuat cesar merasa kesal.

"Lihat saja kau pasti akan menyesal karena telah menceraikan ku," katanya dengan sorot mata yang menggambarkan kemarahan yang menggebu-gebu.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang