Soldier but Soldier's wife

99 11 0
                                    


"Cepat bawa dia jangan biarkan penutup kepalanya terbuka."

Gala tidak melakukan perlawanan sama sekali saat tubuhnya ditarik dengan tidak manusiawi oleh dua orang bertubuh besar. Yang ia lakukan hanya fokus sambil memejamkan matanya, menghitung langkah dan mengira-ngira jalan yang mereka lewati, prajurit militer selalu melakukan itu agar bisa memperkirakan jalan keluar saat membebaskan diri dari penyanderaan.

Tak berapa lama, Gala merasakan orang-orang yang memapahnya berhenti dan menghempaskan tubuhnya begitu saja.

"Kita apakan dia Tuan?" seseorang bertanya pada orang lain.

"Biarkan saja, kita tunggu perintah selanjutnya dari Bos. Jangan lupa kunci yang benar."

Gala menajamkan pendengarannya begitu tak mendengar suara orang-orang itu lagi. Mereka meninggalkannya begitu saja.

Gala menarik sebuah nafas panjang, sebelum membaringkan tubuhnya di lantai yang terasa begitu dingin dengan tangan yang terikat kebelakang. Tidak banyak yang bisa dia lakukan sekarang selain menunggu bagaimana takdir menunggunya, lagipula dia tidak tahu dimana dan apa yang ada di depan matanya saat ini.

"Kau sudah dengar tentang aku, kak?" bisiknya dalam hati. Pikiran pemuda itu menerawang, kepalanya pening dan kedua kakinya yang hampir tak bisa ia rasakan membuat Gala merasa sedikit putus asa. Bagaimana kalau ia tidak bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini. Akan seperti apa Peter, apakah orang itu bisa melanjutkan hidup tanpanya.

Sementara Gala tenggelam dalam rasa putus asa. Di tempat lain, beberapa orang berlari menghampiri sebuah mobil yang baru saja memasuki halaman kantor polisi yang tiba-tiba ramai oleh bunyi rotator yang bersahutan. Tubuh seseorang yang penuh dengan darah di masukkan kedalam kantung jenazah berwarna orange lalu di pindahkan ke mobil dinas untuk kemudian dibawa ke rumah sakit kepolisian.

"Bang? Gala ada di dalam?"

Suara panik yang muncul dari arah belakangnya membuat Rey memutar tubuhnya dengan cepat. Benar saja, Peter dan wajah sembabnya berdiri di hadapannya sekarang, pria itu berjinjit sambil terus memeriksa mobil Johan untuk mencari keberadaan suaminya.

Melihat itu, Rey tak mampu lagi membendung air matanya. Ditariknya tubuh Peter kedalam pelukannya, sambil satu tangannya menepuk-nepuk pundak polisi yang masih mengenakan celana piyama itu.

Peter memberontak melepaskan diri. "Bang lepas, saya mau ketemu Gala."

"Maafkan saya, Dik."

Peter sontak menghentikan perlawanannya. Tubuhnya terasa kaku seketika, kepalanya terasa membesar. "A... Ada apa Bang?" tanya Peter. Perasaannya sudah tidak enak, ia bukan orang yang tidak bisa membaca maksud dari sikap aneh seniornya itu.

"Gala gugur, Pete."

Peter membeku. "G...Gala gugur?" ucapnya berusaha tegar. Tidak bukan tegar sungguhan, namun Peter hanya tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Rey mengangguk tanpa melepas pelukannya. "Saya minta maaf karena gagal membawa dia kembali."

Peter mendorong tubuh Rey dengan kuat. "Bang, jangan bercanda. Mana ada hal seperti itu, itu bukan medan perang lho bang, apanya yang gugur. Abang bercanda kan, kalian sembunyikan dimana Gala? Atau Gala lagi di rumah sakit polisi kan? Iya kan? Dia luka dikit kan Bang? Iya kan Bang."

"Pete Pete dengarkan saya, Gala... Dia berkorban demi misi ini. Saya tahu ini berat sekali untuk kamu terima, tapi kamu juga polisi, kamu tahu pekerjaan yang melibatkan senjata itu tidak pernah lepas dari resiko kematian."

"Omong kosong Bang. Kalau memang Gala mati, seharusnya kalian bawa mayatnya kesini. Saya tidak percaya sampai saya benar-benar liat tubuh dia di depan mata saya." Peter menghempas tangan Rey yang mencoba menahannya dan berjalan dengan cepat meninggalkan Rey, namun langkah pria itu kembali terhenti begitu Rey menahan lengannya. "Kita di perintahkan untuk rapat dan membahas masalah ini sama Komandan Divisi."

Peter dengan kasar menghapus air matanya yang sudah jatuh sejak ia meninggalkan kantor, kemana ia harus mencari Gala sekarang, semua orang bungkam dengan lokasi terakhir Gala dan tim yang diperintahkan untuk mencari Gala juga baru dikirim besok pagi, dan yang paling membuat Peter marah adalah semua itu atas saran Rey, orang yang dia pikir bisa di percaya.

Tak ingin tinggal diam, dia akan melakukannya sendiri kalau orang-orang itu tak ingin. Peter memacu kendaraannya semakin kencang, mengabaikan aturan batas kecepatan maksimal dan bahkan tidak lagi memperdulikan helm nya. Tujuannya saat ini hanyalah tempat dimana tak mungkin akan menolak permintaannya untuk menemukan Gala secepatnya.

"Kamu pasti ketakutan. Tunggu aku!"

***

BRAK!!!

"APA?"

"Mereka membawa Gala tanpa surat perintah dan diluar jam kerja Gala, Jenderal." Peter berusaha keras bersikap normal dengan posisi duduk yang tegap di hadapan pria baya yang sedang menatap dirinya dengan tajam.

"Kemana?"

"Menangkap pelaku pembunuh Komandan Pasukan Pengawalan Presiden yang terjadi beberapa waktu lalu."

Sudut mata orang tua itu seketika berkedut, Peter bisa melihat keterkejutan di wajahnya. Sambil mengepalkan tangan pria bertubuh bongsor itu berdiri, meraih telepon rumah di sampingnya.

"Kurang ajar." orang itu menggeram tertahan, namun masih bisa di dengar oleh Peter. Peter hanya bisa diam dan harap-harap cemas sembari menunggu pria tua itu sibuk menelepon beberapa orang sambil membelakangi nya.

"Tenanglah, puteraku tidak mati semudah itu." ujarnya datar sebelum melangkah pergi meninggalkan Peter.

"A...Pulanglah. Aku akan mengurusnya sendiri." ujarnya dari ambang pintu.

Mendengar itu Peter langsung bangkit dari duduknya dan mengikuti pria itu. "Izinkan saya ikut, Jenderal. Saya akan lakukan yang terbaik untuk menemukan Gala."

"Saya akan menemukannya sendiri."

"Saya akan membantu." ujar Peter tak mau menyerah.

Peter berhenti begitu ayah Gala berhenti sambil menatap dalam kearahnya, Peter tak tahu jelas maksudnya, tapi yang dia tahu itu tatapan tak suka. "Galaksi itu anakku, aku tahu apa yang harus dilakukan. Keberadaan mu hanya akan menghambat aku untuk menemukan dia. Jangan samakan kemampuan atau pola pikir kita ya Letnan. Aku bahkan sudah tahu kearah mana harus bertindak dan dengan cara apa harus menemukan Galaksi begitu kau menceritakan situasinya. Keberadaanmu hanya akan mengganggu dan menghambat aku menemukan puteraku."

"Dan jangan lupa kalau situasi ini juga tak luput dari kesalahan Anda."

Peter menatap sendu punggung sang mertua yang berlalu melewatinya lalu menghilang dibalik lorong rumah besar itu. Semua orang hari ini seperti sepakat menjauhkannya dari Galaksinya, apa orang- orang tak bisa memakluminya saja? Dan tidak melihatnya sebagai seorang prajurit yang tahan banting melainkan istri prajurit yang saat ini sedang kebingungan menunggu kabar suaminya, hanya untuk hari ini saja. Bisa kah?

"Aku kah yang membuatmu berakhir seperti ini?"

A SECRET [POOHPAVEL] ✅Where stories live. Discover now