Happy reading:D
•
•
•
Erine terdiam memegang dagunya, ia melihat persediaan dapur sudah mulai menipis. Oyin yang baru saja bangun tidur, ia berjalan mendatangi erine dengan rambut berantakan. memeluk erine dari arah belakang, erine sedikit terkelonjak mendapati oyin memeluknya.
"Main peluk aja, lepas ih!" Erine berusaha melepaskan pelukan oyin
"Gini aja dulu sebentar... " pinta oyin suara khas orang bangun, ia menyenderkan kepalanya di bahu erine.
"Cuci muka dulu gih, aku mau beli persediaan dapur," usul erine, Oyin akhirnya melepaskan pelukannya dan melangkah menjauh, mendekati wastafel. Dengan lembut, ia membasuh wajahnya dengan air yang mengalir, merasakan sensasi segar yang membangkitkan semangatnya. Sebelum mendatangi erine, merapikan rambutnya yang berantakan. Terasa semua sudah terlihat rapi, oyin berjalan mendatangi erine.
"Sudah? Kamu mau ikut bersama ku atau menetap di rumah?" tanyanya, oyin berpikir sejenak.
"Eum. . . Boleh deh." balas oyin, erine menggandeng tangan oyin menuju luar rumah. Ia mengajak oyin ke suatu tempat menggunakan sepeda.
"Tidak keberatan kan, kalau kita naik sepeda?" oyin menggeleng cepat
"Tidak apa, aku ingin mencoba menaikinya!"
Erine dan Oyin bersepeda menuju supermarket dengan semangat. Angin sejuk berhembus di wajah mereka, membuat perjalanan terasa menyenangkan. Ketika mereka tiba, suasana di depan pintu supermarket sangat ramai. Suara riuh orang-orang bercampur dengan obrolan dan tawa, membuat Oyin sedikit tertegun.
"Suara ramai sekali, ya?" Oyin berkomentar, sedikit gelisah sambil memerhatikan kerumunan di sekeliling.
"Ya, biasanya seperti ini, terutama di akhir pekan. Ayo, kita cepat-cepat beli bahan-bahan!" jawab Erine, tersenyum lebar sambil melangkah ke dalam.
Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong, mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan. Oyin mengikuti Erine, meskipun suara gaduh itu terus menggema di telinganya. Di lorong sayuran, Erine mengambil seikat bayam segar. Erine menoleh melihat wajah oyin sedikit gelisah.
"Oyin, ada yang salah?" Erine bertanya, melihat ekspresi Oyin yang tampak ragu.
"Tidak, hanya... suara kerumunan ini membuatku agak tidak nyaman," Oyin mengakui.
"Tenang saja, perlahan lahan kamu terbiasa dengan kesibukan dan kericuhan dunia manusia. Sebentar lagi aku akan selesai kok." Erine meyakinkan seraya mengambil seikat bawang.