happy reading ❤️
•
•
•Cklek!
Erine membuka pintu kamar dengan langkah cepat setelah pulang dari perpustakaan, dan begitu matanya tertuju pada keadaan di dalam, ia terkejut melihat tiga orang berdiri mengelilingi tempat tidurnya. Di atas kasur, Oyin terkapar lemas, tubuhnya tampak semakin kaku dan pucat, ketiga orang itu menoleh. Menatap tajam netra Erine, mata mereka memancarkan aura yang berbeda-beda, masing-masing penuh kekuatan, seakan setiap tatapan bisa menghancurkan apa pun yang ada di sekitar mereka, membuat ruangan terasa semakin mencekam dan menegang.
"Dia orang nya?" tanya nada ketus Adeline melihat sosok Erine, matanya menelisik dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Iya, benar. Dia seseorang yang sudah terikat hubungan dengan Manuel," jawab William, Erine menyerngit tajam. Tunggu, ada apa yang sebenarnya?
"Tidak seberapa, bagaimana Manuel mau bersama dia?" remeh nya mengalihkan pandangan ke arah Anala.
"Tidak berpikir bagaimana tahta dan kasta seseorang untuk di cintai, Adeline. Mendapatkan pasangan dengan cinta yang sama luar biasa nya dengan kita, sudah cukup, itu akan mempertahankan hingga maut mendatang." seloroh William serius. "Cih, ada apa hubungan mu dengan budak budak menjijikan disana? Apa mereka sudah sangat cantik, dan hebat? Aku bahkan hanya melihat muka mereka melewati ku saja sudah sangat menjijikan, apa kabar mu yang sudah berhubungan dengan mereka, Adeline." Amarah Adeline memuncak, menggertakan gigi menahan amarah yang semakin membara.
"Aku tidak pernah berhubungan dengan budak alam prabhu, asal kau tau William! Mereka menjebak ku menggunakan alkohol," balas nya, intonasi semula rendah menjadi tinggi.
William berdecih seraya memasang wajah mengejek. "Miriki minjibik ki mingginikin ilkihil, omong kosong. Aku dengan kepala mata sendiri, Adeline."
Adeline maju mengikis jarak, ia menarik kerah baju William. "jadi? KAMU PIKIR, AKU MERENCANAKAN SEMUA HAL ITU AGAR TIDAK TERLIHAT BERSA—"
"Aku sudah menemukannya permasalahan nya," potong Anala, Adeline sigap berhenti menarik kerah baju William, ia beralih kepada Anala, William mendecak kesal sambil merapikan bajunya kusut. Tangan kotor nya mengenai baju ku, menjijikan.
"Bagaimana, masih lengkap?"
"Tidak, serpihan ke cahayaan Manuel, menghilang. Dan, tidak mudah untuk mendapatkan serpihan kekuatan langit milik Manuel." ungkap ku, William mengadah arah belakang. Ia melihat Erine mematung diam sembari menatap kosong, William menghampiri Erine, sesaat sudah berhadapan langsung dengan Erine, Ia terkelonjak mendapati bahwa William sudah berada di depan nya. Hanya melihat sebatas pundak tangguh William, mengadah ke atas melihat spesifik wajah nya, kedua netra mereka bertemu.