3

362 85 14
                                    

"Selamat pagi Pak?". Ara menyapa Pak Rahmat, hari ini dia datang lebih pagi sesuai dengan pesan yang dikirimkan Gilang untuk menemuinya di jam 7 pagi."Udah mau jalan Pak?". Sambung Ara lagi bertanya ke Pak Rahmat.

"Pagi juga nak Ara. Iya, pak Gilang ada meeting katanya pagi ini, jadi harus cepet cepet ke kantor". Sahut pak Gilang yang tengah mengelap body mobil.

"Ara". Suara Gilang terdengar dari arah pintu rumah. Ara tersentak sesaat dan setelahnya av langsung berlari kecil menghampiri Gilang.

"Iya Pak". Sahutnya, agaknya dia tahu apa yang akan di bicarakan Gilang sekarang.

"Duduk". Gilang mempersilahkan Ara duduk di kursi setelah dirinya menduduki kursi tersebut lebih dulu.

"Langsung saja, gimana bisa semalam Chika kesana? Saya udah peringatkan kamu sebelumnya jangan antar Chika ke sana apa pun alasannya". Perkataan Gilang terdengar tegas.

"Maaf Pak salah saya, saya gak bisa menahan Non Chika untuk tidak kesana, saya gak tau jika non Chika mau ketempat itu". Ara menunduk. Dia serba salah, jika dia tahu Chika menyuruh mengantarkan dirinya kesana, Ara juga tidak akan mau. Di satu sisi lain dia sedang membutuhkan biaya untuk adiknya.

Gilang menarik nafasnya dalam. Tentu ini bukan kesalahan Ara sepenuhnya. Pasti ada paksaan dari anaknya itu.

"Kamu lihat apa ada seseorang bersama Chika tadi malam di sana?". 

Ara terdiam, apakah dia harus jujur atau tidak. Tapi dia tidak bisa berbohong. "Ada pak, teman laki laki Non Chika". Setelah ucapannya dia menunduk. 

Helaan nafas terdengar kembali dari Gilang. "Sekali lagi jika Chika meminta kamu untuk mengantarnya ke suatu tempat, tanyain dulu yang lebih jelas, jangan kamu langsung mengiyakan ajakannya. Saya yang menggaji kamu bukan anak saya, ngerti?".

Ara mengangguk, meski nanti ketika kejadian lagi dia tetap akan akan kalah dengan Chika. Sejujurnya dia bukan tidak ingin menolak. Tetapi mengingat dia yang selalu hampir tidak bisa menolak ajakan atau pun suruhan orang lain membuat Ara jadi sedikit segan untuk menolaknya.

Terlihat dari atas tangga sana, Chika sudah berdiri entah sejak kapan dia sudah disana. Dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya memandang lurus ke bawah ke arah Gilang dan juga Ara.

Ara dan Gilang menoleh ke belakang bersamaan saat mendengar derap langkah dari arah belakang mereka. "Papi bukannya ada meeting ya, ini udah telat gak sih?". Perkataan Chika mengagetkan Gilang, melirik sekilas jam di pergelangan tangannya. 

"Ya ampun". Gilang bangun, dia hampir kelupaan dengan jadwalnya hari ini. "Ara, ingat apa yang saya ucapkan tadi". Gilang keluar dari rumah. Begitupun Ara yang mengangguk dan bangun siap untuk keluar juga.

Ara berucap syukur atas Gilang yang tidak memecat dirinya.

"Papi ngomongin apa?". Pertanyaan Chika menghentikan langkah Ara".

"Gak ada apa apa Non".

Chika mengernyitkan dahinya kemudian mengangkat bahu tidak perduli. "Gue masuk kuliah jam 10". 

Ara mengangguk dan keluar dari rumah tersebut meninggalkan Chika yang masih menatap kepergiannya.

Tadi pagi Chika terbangun dari tidurnya dengan tubuh yang terasa sangat pegal serta pusing di kepalanya. Ya, dia baru teringat dengan apa yang terjadi semalam, dia mabok bukan?

Terbangun di pukul 05.00 pagi dan melihat pakaian yang semalam masih melekat di tubuhnya itu. Ada yang beda menurutnya, yaitu sebuah jaket yang juga ikut membungkus tubuhnya beserta selimut yang menimpanya.

Mine DRIVER (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang