5

424 74 24
                                    

"Makasih Zee". Ara turun dari mobil Azizi. Pagi ini Ara kembali masuk kerja setelah tidak masuk selama 3 hari karena sakit itu. Meminta tolong kepada Azizi untuk mengantarnya kerumah Pak Gilang dan sekarang sudah sampai disana.

"Entar kalo ada apa apa kabari gue aja". Azizi meng klaksonnya sekali setelah itu pergi meninggalkan rumah Pak Gilang.

Ara berjalan masuk hingga sampai di depan rumah Chika. Mobil Chika masih terparkir rapi di dalam garasi dan motor nya juga yang berada di sudutnya. Terlihat tertutup dengan kain. Siapa yang menutupnya?

Ara sudah tau dari Pak Rahmat jika pagi itu, Ardi mendatangi rumah Pak Gilang berniat untuk membawa motornya atas dasar suruhan dirinya katanya. Padahal Ara tidak pernah berkata demikian pada Ardi. Akhirnya membuat Ara tidak membawa pulang motornya dan membiarkan berada di rumah Pak Gilang dari pada terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

"Nak Ara". Pak Rahmat menghampiri Ara. "Udah pulih kamu?". Tanya nya. Ara mengangguk dan melirik ke dalam rumah. "Non Chika belum keluar Pak?". Ara mendekati mobil Chika setelah di berikan kunci oleh Pak Rahmat.

"Belum, bentar lagi mungkin keluar". Ara duduk di selasar menyender pada pilar megah yang menyanggah teras depan rumah Pak Gilang.

"Oh ya Pak, itu motor aku siapa yang nutupin ya?". Penasaran Ara, siapa dengan baik hati melapisi motornya itu dengan kain.

"Oh, Bapak juga gak tau, udah 3 hari Bapak liat udah kayak gitu, mungkin Mang Maman kali ya". Ara mengangguk, mungkin saja iya.

Pintu depan terbuka, Chika keluar dari sana, seperti biasa sangat cantik bak seorang putri. Hanya Ara saja yang mengatakan jika Chika itu jelek.

Pandangan Chika langsung tertuju kepada Ara yang selama tiga hari kebelakang ini tidak melihatnya.

Setelah mobilnya siap untuk di gunakan, seperti biasa juga Ara membukakan pintu untuk Chika. Masuk kedalam sana dengan anggun dan duduk diam.

Mobil berjalan pelan keluar dari area rumah tersebut. Tidak ada yang berbicara senyap gulita bagaikan mati lampu. (Ya sayang) :D

"Udah sembuh lo?". Chika membuka suara.

"Iya Non, kenapa?". Ara melirik sebentar Chika dari kaca spion.

"Lo kenapa sih gak langsung jawab kalo gue tanya sekali, kenapa mesti harus gue ulang ke dua kali baru lo jawab".

"Maaf Non, saya kira Non bicara sama siapa".

Chika mendelik Ara tak suka. "Di mobil ini cuma ada kita berdua, lo kira gue bisa bicara sama makhluk gaib?".

"Gak gitu, saya pikir Non lagi teleponan, maaf".

"Hidup lo kebanyakan minta maaf gue perhatiin, stop minta maaf, bosen gue dengarnya.

"Iya Non Chika". Ara mengangguk. "I-itu, saya udah sembuh kok".

"Basi". Chika membuang wajah ke jendela".

Selang beberapa menit. "Eh eh berhenti dong, gue pengen beli minum itu di belakang tadi udah lewat". Ara mengerem mobilnya melihat ke arah tunjuk Chika.

Mundur dengan perlahan karena belum kelewatan terlalu jauh. "Non saya aja". Ara menghentikan tangan Chika yang hendak keluar dari mobil.

"Gue aja, lo gak ngerti nanti pesannya". 

"Ngerti Non. Lagi pun bahaya kalo Non nyebrang kesana, panas lagi, saya aja". Ara membuka sabuk pengamannya sambil berdehem, "Itu Non". Ara ingin bilang uangnya, dia ingin minta uang tapi tidak berani. Kalo dia sendiri mana ada uangnya.

"Apaan?". 

"Duitnya Non". Ara tersenyum namun tertahan dia tidak enak, dan malu".

Chika mengambil duit di dalam tasnya dan memberikan kepada Ara. "Beli dua ya". Tutur Chika dan Ara mengangguk seraya sudah keluar dari sana.

Mine DRIVER (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang