Satu jam mereka lalui di dalam hutan di disekitarnya mencari Chika tetapi nihil. Samar sama Ara melihat sesuatu di depannya sana. Tepatnya di atas sebuah gubuk yang memunggunginya. Sepasang kaki yang bergelantung bergoyang goyang.
Ara berlari cepat. Setalah melihat apa itu, Dia menariknya keras dan terhempas di pelukannya. Tidak bisa di pungkiri jika Ara takut setengah mati, dadanya berdebar sangat kuat dan lega seketika. Sama halnya seperti yang di peluk Ara itu. Terkejut dan terdiam dalam pelukan yang memeluknya kini.
Tangan Ara bergerak dengan sendirinya meraba punggung sambil mengusapnya. Bahkan tidak menyadari ketika dia mencium sisi samping wajah itu berulang kali.
Chika, mematung, masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi, perlakuan Ara membuatnya tidak bisa bereaksi apa pun. Hanya bisa menerima apa yang Ara lakukan padanya.
"Non, gak apa apa?". Keringat mengucur dari kening Ara ,masuk ke sela sela matanya. Chika menatap wajah Ara yang sangat dekat dengannya. Nafas berat Ara sampai terasa di wajahnya. Dengan kedua telapak tangan Ara menangkup sepasang pipi Chika.
Hampir saja Ara meminta bantuan tim sar untuk mencari Chika di dalam hutan. Tidak tahu bagaimana reaksi Gilang jika mengetahui anaknya sampai akan hilang didalam hutan karena ulahnya yang lalai dalam menjaganya.
Ara memegang tangan Chika membolak balik telapak tangan itu, dan menemukan bekas goresan. Nafas Ara terhembus kasar ketika melihatnya. Mata Ara turun ke kaki Chika, membungkuk disana melihat apa ada luka lainnya. Badan Chika pun sampai di putar Ara. Dia benar benar khawatir.
"Ra". Azizi bingung dengan perlakuan Ara yang menurutnya sedikit berlebihan. Azizi juga dapat melihat jika Chika tidak kenapa napa atau kata lain tidak ada luka serius padanya. Ara mendudukkan tubuhnya di tanah. Sekali lagi nafasnya terhembus dengan lega
Chika masih berdiri melihat Ara yang seakan akan begitu mencemaskan dirinya. Ara bangkit mengambil telapak tangan Chika mengusap nya beberapa kali.
"Ada yang sakit lain Non?". Ara bertanya cemas.
Chika menggeleng, dia tidak fokus pada sakit di tangannya tetapi malah fokus pada Ara.
"Balik Zee". Ara menggandeng Chika di tangannya satunya lagi. Genggamannya sangat kuat takut jika Chika hilang lagi. Chika memperhatikan tangan Ara yang menyatu dengan tangannya.
"Udah ketemu?". Bang Dimas menghampiri Ara. "Ya Tuhan". Bang Dimas ikut bernafas lega. "Kenapa sampe bisa masuk kesana?" Bang Dimas memandangi Ara yang sedang menyirami luka Chika.
"Shh". Chika meringis sedikit perih.
"Maaf non". Tetapi Ara masih tetap mengobati luka itu dengan seadanya. Mengambil obat merah yang memang selalu ada di dalam tas kecil Ara. Meneteskan setetes dan sekali lagi Chika meringis perih.
"Bikin lama aja sih teman lo Ra". Salah satu teman Ara lainnya datang.
"Di bisikin setan ya lo? Sampe masuk hutan?".
Ara masih diam. "Maaf bang gue gak sadar tadi ngobrol di hp dan tiba tiba udah masuk ke sana aja". Chika mencoba menjelaskan seadanya.
"Lain kalo kalo yang bikin bikin repot gak usah dibawa ya, bikin susah aja".
Chika ingin menjawab tetapi merasakan genggaman tangan Ara yang erat pada tangannya, Chika jadi urung.
"Sorry bang, lagian siapa juga ada orang yang dengan sengaja mau masuk kehutan". Ara bangkit dan menatap temannya.
"Udah ya udah, jalan lagi kita". Azizi mengalihkan keadaan ketika menyadari mulai tidak kondusif.
Semua sudah balik ke motor masing masing siap untuk melanjutkan perjalanan mereka kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine DRIVER (ON GOING)
Random"Tuh, Ibu kamu aja bilang aku cantik". Sejenak Ara melirik makhluk Tuhan di sampingnya ini yang sangat cerewet dengan mengangkat dagunya tinggi tinggi. "Itu karena Non seorang perempuan". Sambil membentangkan tikar untuk Chika duduk. Chika mendengus...