7

396 84 24
                                    

"Anak anak sebelah nanyain lo. Ra". Azizi dan Ara sedang duduk di luar arena balap sambil menonton teman teman mereka latihan.

"Kenapa nanyain?". Ara meneguk lagi air mineralnya yang sudah habis 3 botol. Dia benar benar haus malam ini. Tidak biasanya setelah latihan seperti begini dia sehaus ini.

"Mereka ngajak touring katanya, tapi naik motor. Mau gak lo?". Azizi mengeluarkan rokoknya membakar ujungnya dan langsung menghisapnya.

"Kemana?". Ara tampak tidak tertarik.

"Dengernya sih luar kota. Kalo lo ikut gue ikut". Azizi tersenyum seraya menaik turunkan alisnya.

"Kapan emang? Soalnya kan lo tau gue kerja tiap hari, palingan minggu, sehari doang, mana bisa kan?".

Ara meraih rokok Azizi dan ikut menyesapnya. "Entar deh, gue koordinasi lagi sama mereka kapan pastinya entar gue kabari lo lagi". Ara mengangguk. Matanya menyipit alisnya menekuk ketika melihat cara menyetir salah satu dari mereka yang sedang latihan itu yang menurutnya sangat bahaya.

"Yang mobil putih itu siapa?". Ara masih memperhatikannya.

"Oh, Shella, baru sih dia, di masukin sama bang Dimas". Azizi menjelaskan seraya memantau nya juga.

"Bahaya banget kayak cara dia itu, kalo belum bisa jangan coba coba, belajar dulu jangan langsung main di arena, bilangin".

"Siap Coach, entar gue kasih wejangan si Shella mah". Azizi tertawa renyah.

"Oh ya, Chika anak majikan lo itu emang gitu ya, gak ada baik baik nya gue liat liat, kasar, semena mena. Gak cocok banget sama muka dia".

Ara tidak menjawab hanya mendengar saja. "Entahlah Zee, kadang yang kita lihat baik diluar belum tentu di dalamnya juga gitu, dan sebaliknya juga".

"Gue lagi pusingin Ardi". Ara tidak bisa tenang akhir akhir ini, gara gara Ardi yang terang terangan mengatakan jika dia menyukai Chika.

"Kenapa? Dia buat ulah apalagi?".

"Dia suka sama Non Chika".

"Anjing!". Azizi spontan berucap kasar dan tersedak asap rokoknya sendiri. "Uhuk uhuk, serius lo? Edan tu bocah, kencing aja masih bengkok udah suka sukaan, apalagi sama si Chika". Azizi menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Tapi kata gue mah, biarin aja, biar nanti kalo ada apa apa dia bisa menyadari dan introspeksi diri, pilihannya cuma satu sih untuk dia, pasti bakal di tolak, ahaha". Azizi tertawa sangat yakin, mana mungkin orang seperti Chika menyukai Ardi.

"Entah lah". Atensi Ara dan Azizi teralihkan ketika melihat sebuah mobil sport baru berwarna silver keemasan masuk di arena balap membuat para penonton dan juga peserta latihan lainnya menghampirinya.

"Si Reno". Azizi tidak terlalu tertarik, dia sudah mengenalnya. Siapa yang tidak mengenal Reno di arena balap. Orang yang sombong dan juga angkuh. Untung dia belum berjumpa dan turun langsung bertanding dengan Ara.

Ara mengernyitkan dahinya menatap Reno, wajah itu tidak asing baginya, dia ingat, pacar Chika.

Ara memang sudah lama berkecimpung di dunia balap mobil seperti ini, tetapi dia sangat lurus, Dalam artian setelah melakukan kegiatannya dia langsung memilih pulang atau pergi dari sana, tidak ikut berkumpul bersama yang lain atau saling sapa menyapa.

Makanya banyak orang yang penasaran kepada Blackat yang menurut mereka sangat tertutup beda dari yang lain. Jadi ya seperti ini, Ara belum mengenal banyak orang orang yang memang terkenal di tempat ini.

Mata Ara menyipit lagi ketika melihat Reno keluar dari mobilnya sambil menggandeng perempuan, dan itu sepertinya bukan Chika. Bahkan dia tidak segan segan mencium sang perempuan tepat di bibirnya itu di depan orang banyak yang seakan akan mengaguminya.

Mine DRIVER (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang