77 6 46
                                    

Kegelapan Hutan Perak memeluk malam dengan erat, menciptakan siluet-siluet ranting dan dedaunan yang bergoyang ditiup angin. Bulan purnama mengintip di antara celah awan, memberikan cahaya redup yang nyaris tak berarti di bawah kanopi hutan yang rapat. Di tengah sunyinya malam, sebuah bayangan bergerak gesit, melompati dahan demi dahan dengan keanggunan yang tak lazim.


Sosok itu—seorang pemuda dengan jubah kusam yang berkibar lembut—bergerak bagai hantu di antara pepohonan. Jubahnya yang berwarna cokelat tanah tampak lusuh dimakan waktu, dengan beberapa sobekan halus di bagian bawah yang justru menambah kesan misterius pada pemakainya. Di balik jubah itu, ia mengenakan kemeja putih longgar yang diikat rapi dengan sabuk kulit, celana hitam yang pas, dan sepatu bot kulit yang telah menemaninya dalam ribuan perjalanan. Berbeda dengan kebanyakan petualang yang biasanya membawa armor atau pelindung tubuh, pemuda ini hanya mengandalkan kelincahan dan kecepatannya. Setiap gerakan yang ia buat terlihat efisien namun indah, seperti penari yang sedang membawakan pertunjukan di atas panggung kehidupan dan kematian.


Tiba-tiba, ia menghentikan langkahnya di salah satu dahan tertinggi. Sepasang mata birunya yang dalam berkilat tajam dalam kegelapan, menangkap pergerakan tak wajar di tanah bagian bawah. Lima sosok monster iblis—makhluk mengerikan dengan tubuh setinggi tiga meter dan kulit sehitam jelaga—berkumpul membentuk formasi lingkaran. Cahaya bulan yang temaram menyinari sisik-sisik hitam mereka yang berkilau menakutkan, sementara taring-taring tajam mencuat dari mulut yang dipenuhi liur beracun. Para iblis itu tampak sedang melakukan semacam ritual. Tanah di sekitar mereka mulai menghitam dan mengepulkan asap ungu yang berbisa.


Pemuda itu mengangkat tangan kanannya dengan gerakan anggun. Udara di sekitarnya seketika bergetar, menciptakan gelombang energi magis yang terasa menusuk kulit. Dalam sekejap mata, sebilah pedang materialisisasi dalam genggamannya—sebuah pedang indah dengan bilah ramping yang diselimuti api biru berkobar. Api itu bukan api biasa; warnanya yang biru secerah langit musim panas bergoyang-goyang dengan ritme yang hampir musikal, memancarkan aura suci yang membuat udara di sekitarnya terasa lebih ringan.


"Shitsu sang Dewi, kami persembahkan pujian pada takdir yang engkau gariskan dengan bijak," bisiknya lembut.


Dengan perhitungan sempurna, ia melompat dari dahan tempatnya berpijak. Tubuhnya berputar di udara sebelum mendarat tanpa suara di belakang kelompok iblis tersebut. Dalam gerakan yang lebih cepat dari kedipan mata, ia mengayunkan pedangnya dalam tebasan horizontal yang kuat dan presisi.


Api biru menyembur dahsyat dari bilah pedangnya, membentuk busur api. Para iblis bahkan tak sempat menyadari kehadirannya ketika api suci itu melahap tubuh mereka dalam kobaran yang membutakan. Jeritan mereka tenggelam dalam deru api yang mengamuk, dan dalam hitungan detik, tubuh-tubuh besar itu hancur menjadi abu. Setelah api biru itu padam, pemuda itu berdiri tegak dan mendongakkan kepalanya. Matanya yang sewarna samudera dalam menatap hamparan bintang yang berkilauan di atas sana. Cahaya bulan menyinari wajahnya sekilas sebelum kembali tersembunyi dalam bayang-bayang tudung jubahnya.


Helaan napas pelan lolos dari bibirnya, menciptakan uap tipis di udara dingin. Tanpa kata-kata, ia membalikkan tubuhnya dan melangkah ke dalam kegelapan hutan. Sosoknya perlahan memudar, bagai ditelan bayangan pepohonan yang rapat, meninggalkan tak ada jejak selain lingkaran tanah hangus dan serpihan abu yang beterbangan.


Mentari pagi mengintip dari ufuk timur, menyapukan cahaya keemasannya ke atas Gereja Suci Unitas yang megah. Bangunan putih itu berdiri anggun seolah waktu yang telah silih berganti tak mampu mengikis keindahannya. Taman-taman yang terawat rapi mengelilingi bangunan utama, dipenuhi berbagai jenis bunga yang bermekaran dengan indahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sunny Snow  ||  MafuSoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang