Part 08 (new)

58 16 2
                                    

yok baca dulu bab sebelumnya.

bab ini vote juga yaaa.



==========================================

BAGIAN 

DELAPAN (08)

==========================================




"Arjuv, makannya harus pelan-pelan."

"Nggak boleh cepat-cepat, Sayang. Nanti bisa batuk-batuk lagi," ingat Acintya.

Sang buah hati yang masih lahap makan cheese cake, hanya berikan balasan lewat anggukan-anggukan kepala semangat.

Tentu, sebagai anak yang penurut, batita itu mulai mengunyah dengan pelan seperti yang diingatkan oleh ibu kesayangannya.

Tak lupa memamerkan senyuman manis andalan guna membuat sang ibu senang.

Dan memang tingkah ditunjukkan Arjuv, akan selalu menghibur bagi Acintya.

"Mama, mau?"

"Cuap, Mama. Ajun cuap."

Artinya, sang putra meminta menyuapkan cheese cake untuk dirinya. 

Tentu, tak akan bisa ditolak apa yang buah hatinya inginkan. Kepala pun dianggukan mengiyakan. Dan Arjuv berseru senang 

Lalu, jagoan kecilnya dengan antusias juga menyendok potongan cheese cake.

Disuapkan ke mulutnya sambil tersenyum lebar yang tampak menggemaskan.

"Nak, Mama? Nakkk?"

Artinya : Enak, Mama? Enakkk?

Tidak hanya bertanya dengan semangat, buah hatinya juga mengacungkan jempol.

Tentu, Acintya segera mengangguk untuk berikan tanggapan atas pertanyaan putra manisnya. Arjuv pun terkikik senang.

"Yium, Mama, Yium."

Sang buah hati minta dicium kali ini.

Batita manis itu sudah memanyunkan bibir sambil tersenyum dengan cerai. Beginilah kemanjaan jagoan kecilnya jika kumat.

Tentu saja, segera dikabulkan permintaan anak tampannya agar tak merengek.

Tawa sang buah hati semakin kencang.

"Mama, mau ain ayun-ayun."

Arjuv menunjuk-nunjukkan jari ke areal playgroun anak di halaman kafe.

Lalu, mengulurkan tangan, meminta agar diturunkan dari kursi, tentu artinya.

Dan sudah tentu permintaan buah hatinya segera saja dipenuhi agar tak merengsek.

Sang putra kian tampak senang.

"Ajuv, mau ain yah, Mama."

Artinya : Arjuv, mau main, ya, Mama.

Setelah dirinya mengangguk mengizinkan, putra kecilnya pun berlari ke playground dengan antusiasme yang semakin besar. 

Tentu tak akan diikuti Arjuv, hanya akan mengawasi dari jauh. Ia ingin sang buah hati lebih mandiri dalam semua situasi.

Lagi pula hari ini bukanlah yang pertama kali, Arjuv bermain di sana. Cukup sering. Biasanya dua kali dalam satu minggu.

"Acintya?"

"Kamu benar kan Acintya Maheswari?"

Segera ditolehkan kepalanya ke belakang, pada sosok yang baru menyebut namanya.

"Dhino?"

Ya, pria itu tak lain adalah mantannya.

"Kamu kenal aku? Berarti benar ya aku nggak salah mengenali orang dari tadi."

"Kamu benar Acintya Maheswari."

"Hai," sapanya ramah seraya mengangguk guna membalas ucapan Dhino Santoso.

"Senang bisa ketemu kamu lagi, Acintya."

Sang mantan kekasih mengambil posisi duduk pada kursi kosong di sebelahnya.

"Gimana kabar kamu?"

"Anak kecil yang bareng kamu itu, apakah putra kamu, Acintya?"

Dirinya diberikan pertanyaan bertubi.

"Kabarku baik, Dhino." Acintya memulai sesi menjawab dengan seramah mungkin.

"Iya, yang bareng aku tadi itu anakku."

"Namanya Arjuv Aswamatta Dyatmika."

"Kamu sendiri gimana kabarnya?" tanya Acintya balik sebagai bentuk kesopanan.

"Aku juga sehat. Tambah gemuk pula."

Dhino mencoba berguyon. Dan ia cukup terhibur akan celotehan mantannya itu.

"Kamu sudah menikah dan punya anak?" Acintya kembali bertanya, basa-basi saja.

"Aku masih single, nih."

"Belum ketemu ayang baru."

Setelah mendengar jawaban Dhino, ia pun seperti merasa mendapatkan ide segar.

Bagaimana jika dirinya manfaatkan sang mantan kekasih agar bisa lepas dari Nusra Dyatmika? Perceraian antaranya dan pria itu harus terjadi, bagaimana pun caranya.

================

komen dong komen.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Peran Ayah PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang