"Trauma adalah sebuah kecacatan dalam hidup. Sama seperti orang yang mengalami kecacatan permanen akibat kecelakaan apapun itu!"
»»»Jehwa Aldelaras Senopati»»»
"AGH!!!"
Suara teriakan keras terdengar memenuhi ruangan abu-abu dope yang di hiasi furniture yang minimalis yang membuat kesan kamar itu luas dan begitu kosong.
Nafas Jehwa berburu begitu cepat. Kejadian itu udah begitu lama terjadi sekitar 10 tahun yang lalu. Sekarang Jehwa sudah berusia 21 tahun, sedangkan kejadian itu tepat pada saat usianya 11 tahun namun ingatan itu tidak pernah hilang .
"Ingatan itu. Mengapa selalu menghantuiku," gumamnya mengusap wajahnya kasar.
Sudah 9 tahun Jehwa berhasil keluar dari keluarga Senopati yang membuat ia harus di rawat sangat lama di rumah sakit akibat mengalami luka parah dan juga yang ia tidak sangka adalah penyakit yang ia derita.
Setelah 1 tahun di rawat akibat banyak hal terjadi terutama ia koma selama 8 bulan dan juga setelah Jehwa bangun Jehwa di nyatakan mengalami trauma yang menyebabkan gangguan pada otaknya. Amnesia Disosiatif, kehilangan ingatan jangka pendek yang terjadi akibat kejadian traumatis yang begitu patah yang menyebabkan sistem otak secara tidak langsung menghalangi otak untuk membuka ingatan lama.
Kakek Jehwa- Hasan Alzemir Xeloni, ayah dari Sereina Putri Xeloni yang berubah menjadi Sereina Putri Senopati setelah menikah dengan Abimana Senopati.
Jehwa bergegas bangun dan melakukan rutinitas pagi seperti mencuci muka dan membersihkan gigi dan mulu. Setelah di rasa beres barulah Jehwa turun ke bawa menuju ruang makan.
"Pagi Opa," sapa Jehwa pada sang kakek.
"Pagi juga cucuku yang cantik," puji sang kakek ketika melihat kehadiran cucunya yang ia selamatkan dari keluarga anak perempuannya.
Ia tidak pernah mendidik anaknya seperti itu namun kenapa anaknya gagal seperti itu hingga cucunya begitu menderita. Dimana hati seorang ibunya kepada anaknya sendiri.
"Bagaimana? Apa ada perkembangan spesifik dengan ngancam kelompok itu?" tanya Hasan pada cucunya itu.
"Masih belum ada perkembangan yang mencurigakan," jawabnya terlalu santai namun memiliki makna yang dalam dan mengena.
"Opa akan pergi ke sana. Opa tau ini berbahaya tapi Opa harus kesana," Jehwa menatap tajam lelaki paruh baya yang usianya hampir menginjak 3/4 abad itu dengan kepalan tangan mengeras menggenggam erat garpu dan sendok di tangannya.
"Adel sudah bilang berapa kali? Opa tidak akan Adel izinkan untuk melakukan misi itu kembali," peringat Jehwa dengan tangan masih mengepal tanpa melonggarkan kepalan tangan itu.
"Haahhhhh... Opa hanya ingin menyelesaikan semua ini agar kamu bisa lepas dari jeratan ini sayang," helaan nafas Hasan terdengar di sertai kekhawatiran di setiap ucapannya.
"Ketika semua ini selesai memang apa mau Opa?" Kini Jehwa berusaha meredakan amarahnya.
"Opa hanya ingin melihat kamu bahagia,Adel..."
Tidak ada kelanjutan dari pembicaraan dari keduanya. Jehwa yang merasa semua yang ada di hadapannya tidak lagi menggugah selera makannya memilih meninggalkan ruang makan itu tanpa menghabiskan makanannya.
"Opa harap kamu memahami apa yang Opa ucapkan Adel," lirihnya dalam hati melihat punggung cucu satu-satunya yang ia banggakan kini menghilang diantara dinding.
"Semua ini ulah Abimana dan Sereina. Adel tidak seharusnya mengalami semua ini," gumam lelaki tua itu merasa gagal mendidik anak dan menantunya hingga membuat cucunya kehilangan kasih sayang orang tua yang seharusnya di dapatkan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU
Romance-------------------- 🚫Warning ❗🚫 Banyak mengandung adegan kekerasan dan dewasa di mohon bijak dalam membaca. ❗Dilarang plagiat❗ -------------------- Jehwa Aldelaras Senopati, gadis yang penuh teka-teki yang selalu berada di pusaran permasalahan ba...