Sosok ayah

112 8 0
                                    

Keesokan harinya, Shania menepati janjinya untuk mentraktir Dipta makan siang. Mereka berjalan bersama menuju tempat makan siang di dekat kantor, berbincang ringan sepanjang jalan. Shania merasa senang bisa menunjukkan rasa terima kasihnya atas semua bantuan Dipta akhir-akhir ini, terlebih saat ia butuh dukungan

Sesampainya di restoran, mereka memilih tempat duduk yang agak di sudut, sehingga bisa lebih leluasa mengobrol tanpa terlalu banyak gangguan. Setelah memesan makanan, mereka mulai berbicara tentang pekerjaan, kehidupan sehari-hari, hingga tiba-tiba Dipta mengajukan pertanyaan yang tak terduga

"Shan, akhir pekan nanti kamu ada rencana?" tanya Dipta sambil menatap Shania dengan senyum ramah

Shania tertegun sejenak. "Hmm, seperti biasa, mungkin di rumah sama Arum. Kenapa, Dipta?"

Dipta tersenyum lebih lebar, seakan sudah menyiapkan sesuatu. "Aku kepikiran, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Aku tahu kamu pasti butuh istirahat dari rutinitas, dan Arum mungkin senang kalau diajak ke tempat baru. Bagaimana kalau kita ke pantai?"

Shania mendengarkan dengan cermat, namun ada keraguan yang perlahan muncul di hatinya. Ia memang merasa sudah akrab dengan Dipta, tapi membawa Arum pergi bersama orang lain di akhir pekan terasa seperti langkah besar. Namun, ide untuk membawa Arum ke pantai juga terdengar sangat menyenangkan

"Hmm, pantai ya..." Shania menggigit bibir, berpikir. "Sebenarnya itu bisa jadi pengalaman yang baik untuk Arum. Dia pasti akan senang main pasir dan melihat laut untuk pertama kalinya."

Shania tersenyum membayangkan wajah Arum yang ceria, namun di dalam hatinya masih terasa sedikit ragu

Melihat keraguan di wajah Shania, Dipta berkata dengan nada menenangkan

"Kalau kamu nggak nyaman, nggak apa-apa, Shan. Aku cuma ingin kasih ide. Siapa tahu ini bisa jadi waktu yang menyenangkan buat kamu dan Arum juga. Aku bisa bantu bawa perlengkapan yang dibutuhkan, jadi kamu nggak usah khawatir."

Shania tertawa kecil, merasakan kehangatan dan perhatian Dipta

"Bukan itu sih, Dipta. Aku cuma... ya, mungkin agak ragu. Tapi kamu benar, Arum memang mungkin akan menikmati suasana baru di pantai. Mungkin ini kesempatan yang bagus."

Makanan mereka pun tiba, dan mereka mulai makan sambil melanjutkan obrolan ringan. Shania merasa semakin tenang, dan ide akhir pekan di pantai mulai terasa seperti sesuatu yang bisa menyegarkan pikirannya, memberikan kesempatan untuk menikmati momen bahagia bersama Arum

"Baiklah, aku setuju. Kita pergi ke pantai akhir pekan ini," kata Shania akhirnya, dengan senyum yang tulus. "Tapi, janji ya, kalau Arum mulai rewel, kita langsung pulang."

Dipta tertawa kecil. "Deal. Janji! Kita akan menikmati waktu itu semampunya Arum. Aku akan siap membantu."

Shania tersenyum lega. Mereka menghabiskan waktu makan siang dengan suasana yang menyenangkan, dan saat mereka berjalan kembali ke kantor, Shania merasa sedikit lebih ringan. Ia tahu mungkin ini langkah kecil, tapi mungkin ini juga awal dari sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan Arum

***

Akhir pekan pun tiba. Shania menyiapkan barang-barang untuk perjalanan pertama Arum ke pantai. Di dalam tasnya, ia memasukkan perlengkapan bayi, pakaian ganti, makanan ringan, dan perlindungan ekstra untuk Arum agar tetap nyaman selama di pantai. Shania merasa sedikit gugup, tetapi semangat karena ini adalah kesempatan baginya dan Arum untuk bersantai

Tepat pukul sembilan pagi, sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Dipta keluar dari mobil dengan senyum lebar, melambai pada Shania yang berdiri di depan pintu sambil menggendong Arum

Life after divorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang