Ayahnya Arum

122 10 0
                                    

Keesokan harinya, Rasena akhirnya menjenguk Arum di rumah sakit. Langkahnya terasa berat saat ia memasuki ruang perawatan. Saat melihat Shania duduk di samping tempat tidur Arum, hati Rasena bergetar. Namun, yang membuatnya semakin terkejut adalah kehadiran seorang pria yang sedang bermain dengan Arum

Dipta, yang tampak akrab dengan Arum, tertawa kecil saat bayi itu menggenggam mainan berwarna cerah. Melihat momen manis itu, Rasena merasakan gelombang cemburu menyergapnya. Ia berusaha mengendalikan diri, mengingat bahwa mereka berada di tempat umum. Rasa marahnya terpendam, dan ia berusaha untuk tidak menunjukkan emosinya di depan mereka

Dipta menyadari kedatangan Rasena dan menghentikan permainan sejenak. Ia berdiri, menyambut Rasena dengan senyum ramah

"Halo, saya Dipta. Teman kantornya Shania," ujarnya, mengulurkan tangan untuk berjabat

Rasena hanya menatap tangan itu sejenak sebelum akhirnya menjabatnya dengan ragu

"Rasena," jawabnya singkat, suaranya datar

Shania memandang Rasena, merasakan ketegangan yang menggantung di antara mereka

"Terima kasih sudah datang, Ras. Arum sudah sedikit membaik," ucapnya dengan nada lembut, berusaha meredakan suasana

Rasena mengalihkan perhatiannya kepada Arum, berusaha menekan perasaannya yang berkecamuk

"Iya, aku melihatnya," katanya sambil memandang Arum yang tersenyum dan meraih tangan Dipta. Melihat interaksi itu membuat hatinya terasa sakit, tetapi ia berusaha tetap tenang

Dipta, berusaha menjaga suasana agar tidak semakin tegang, berkata, "Arum sangat kuat. Dia pasti cepat pulih dengan dukungan orang tuanya."

Rasena hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam hatinya, ia merasa terasing, terjebak antara keinginan untuk menjadi ayah yang baik dan perasaan cemburu terhadap kehadiran Dipta

Shania melihat ke arah Rasena, mencoba membaca pikirannya. "Ras, aku tahu ini sulit. Tapi Arum membutuhkan kita berdua di sisinya. Aku harap kita bisa berfungsi sebagai orang tua yang baik untuknya, terlepas dari semua yang telah terjadi," katanya, berusaha mengingatkan

Rasena menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Ya, aku tahu," ujarnya pelan, sebelum kembali menatap Arum. Rasa bersalah muncul di benaknya

"Aku ingin berada di sini untuknya," tambahnya, suaranya mulai lembut

Dipta menyaksikan interaksi tersebut, merasakan ketegangan yang mulai mereda. "Itu yang terpenting. Kita semua ingin yang terbaik untuk Arum," ucapnya, berusaha memberikan semangat

Rasena mengangguk, tetapi di dalam hatinya, ia masih merasa berjuang dengan emosi yang kompleks. Meski dia ingin terlibat dan menunjukkan bahwa dia adalah ayah Arum, kehadiran Dipta membuat segalanya semakin rumit. Rasena bertekad untuk memperbaiki semuanya, meski harus menghadapi kenyataan bahwa Shania telah menemukan dukungan di tempat lain

Akhirnya, mereka bertiga duduk di ruangan itu, berusaha untuk bersatu demi Arum. Rasena menatap putrinya, berdoa dalam hati agar dia bisa menemukan cara untuk menjadi ayah yang baik tanpa terjebak dalam bayang-bayang perasaannya yang menyakitkan

***

Dipta dengan lembut menggendong Arum dan membawa bayi kecil itu berjalan-jalan di sekitar ruangan, memberi kesempatan bagi Shania dan Rasena untuk berbicara. Rasena menatap Shania dengan tatapan penuh amarah yang ditahan. Setelah beberapa saat dalam keheningan yang canggung, ia akhirnya membuka mulut

"Jadi ini, ya, yang sekarang kamu lakukan, Shan?" Rasena berkata dengan nada tajam. "Asyik sama pria lain sampai-sampai Arum kamu abaikan?"

Life after divorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang