Setelah seharian bekerja dengan lelah, Shania pulang ke rumah dan merasakan harapan untuk melihat Arum menanti di rumah. Namun, ketika dia membuka pintu, yang dia lihat adalah Arum tampak ceria bermain bersama pengasuhnya, Sari. Hati Shania terasa berat melihat senyum bahagia di wajah putrinya, yang seolah tidak menyadari kehadirannya
"Arum!" Shania memanggil lembut, berusaha menyembunyikan rasa cemburu dan kesedihannya
Arum mendengar suara ibunya dan segera berdiri, lalu berjalan menghampiri Shania dengan langkah kecilnya. Senyumnya yang tulus membuat hati Shania sedikit hangat, tetapi rasa sakit dan cemburu tak bisa diabaikan. Arum memeluknya dengan erat, dan Shania membalas pelukannya, berusaha mengingatkan dirinya bahwa ini semua demi kebaikan Arum
Sari, pengasuh yang baru, menghampiri Shania dan menyampaikan laporan tentang perkembangan Arum
"Hari ini, Arum sangat aktif. Dia juga mulai mengucapkan beberapa kata baru," ujarnya dengan senyuman
Shania tersenyum, tetapi rasa cemburunya semakin dalam. Dia merasa terasing dari momen-momen berharga yang seharusnya dia alami dengan putrinya
"Bagus sekali, Arum! Mama sangat bangga padamu," kata Shania berusaha menunjukkan dukungannya meskipun hatinya terasa pedih
Sari melihat perubahan ekspresi Shania dan berusaha menyemangatinya. "Arum sangat mencintai anda, Bu. Dia selalu menunggu Ibu pulang dan sangat senang ketika Ibu datang."
Shania mengangguk, tetapi dalam hatinya dia merasa tidak berdaya. Dia ingin menjadi ibu yang bisa hadir setiap saat untuk Arum, tetapi kenyataan bahwa dia harus bekerja dan menjalani kemoterapi membuatnya merasa terbatas. Dia merasa seolah dia telah menyerahkan sebagian dari perannya sebagai ibu kepada orang lain
Setelah Sari pergi, Shania menghabiskan waktu dengan Arum. Meskipun rasa cemburunya tidak sepenuhnya hilang, dia berusaha untuk fokus pada kebahagiaan putrinya. Mereka bermain bersama, dan Shania berusaha memberikan semua perhatian yang bisa dia berikan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan kehilangan yang terus mengganggu
Saat malam tiba dan Arum tertidur di pelukannya, Shania merasa campur aduk. Dia tahu dia harus kuat untuk Arum, tetapi perasaan sedih dan cemburu membuatnya merasa terpuruk. Dia berharap bisa segera pulih dan memiliki waktu yang lebih baik dengan putrinya, tanpa harus dibayangi oleh rasa sakit dan ketidakpastian yang terus mengikutinya
***
Seiring waktu berlalu, kondisi Shania semakin memburuk. Setiap sesi kemoterapi meninggalkan dampak yang lebih berat daripada sebelumnya. Dia merasa lelah secara fisik dan emosional, dan sakit perutnya tidak kunjung reda. Hari-harinya di kantor menjadi semakin sulit, dan saat dia pulang, dia hanya ingin tidur
Rasena dan mantan ibu mertuanya, Ratri, semakin sering mengunjungi Shania. Mereka terlihat lebih khawatir akan Arum dan keadaan Shania. Namun, seringkali kedatangan mereka juga disertai dengan komentar yang menyakitkan
KAMU SEDANG MEMBACA
Life after divorce
RomanceShania resmi bercerai. Sebenarnya dia masih mencintai Rasena, mantan suaminya. Namun Shania sudah tidak kuat hidup bersama Rasena. Karena selamanya itu waktu yang terlalu lama. Kali ini, dia menjalani hidup baru bersama Arum, putri semata wayangnya