Bab 11

1.3K 150 13
                                    

Matahari masih malu-malu untuk menunjukan cahaya terangnya. Kicauan burung pun sudah terdengar, meski samar.

Membuka matanya perlahan. Hal pertama yang ditangkap oleh penglihatannya adalah wajah tenang milik Oline. Tenang, sangat tenang.

Jarak antara mereka sangat minim, Bahkan Erine masih dapat merasakan hembusan nafas hangat Oline. Jemarinya terulur ke wajah Oline. jari telunjuknya ia gunakan berselancar pada hidung Oline, tak berhenti sampai disitu saja. Punggung tangannya mengusap lembut pipi Oline

Terkejut saat tiba-tiba lengannya di cekal oleh gadis yang sedari tadi masih terlelap. "Jangan liatin terus, nanti diabetes" terbuka mata sayu nya yang memang sedari tadi yang berpura-pura tertidur

"Aku ganggu?" sedikit rasa tak enak pada dirinya

"Engga, aku udah bangun dari sebelum kamu bangun" Oline menjelaskan

Tubuhnya dibawa untuk semakin saling merekatkan. Kaki nya ia silangkan serta kepalanya terletak nyaman di atas dada Erine. Menjadikan Erine bak sebuah guling

"Nanti aja ya bangunnya? masih pagi banget" jarum jam yang masih menunjuk kearah pukul 4 membuat Oline berasumsi bahwa sekarang belum saatnya untuk memulai kegiatan

"Handphone aku dimana?" Lengan jejang milik Oline terulur di ujung kasur dekat bantal nya untuk meraih benda pipih miliknya

"Pake ini aja"

Dengan suka rela Erine menerima. Tangan kanannya digunakan untuk menggenggam gawainya, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk mengelus rambut lebat Oline

Sentuhan yang diberikan Erine sontak membuat matanya kembali menjadi sangat berat. Oline bergerak semakin mendusel guna membuat pelukan diantara mereka semakin erat

"Linn" ucap Erine memanggil, memecahkan suasana sunyi yang tercipta diantara mereka

"Hmm"

"Gapapa, panggil aja"

"Linnn~" alunan suara kembali memanggil

"Iyaaa"

"Nanti lari yukk"

"Nanti bangunin aja yaa?? Aku mau bobo lagi, ngantuk banget" Mulutnya berkata dengan mata yang terus memejam

Tertidur dengan suara bising yang berasal dari gawai di genggaman Erine menjadi backsound sama sekali tak membuat rasa kantuk Oline memudar. Jelas itu disebabkan karena pergerakan tangan di kepalanya yang dengan lihai mengusap hingga menciptakan seruak rasa nyaman yang hadir

🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️

Masih dengan nafas yang terengah-engah, Erine mengselonjorkan kaki di taman dekat tempat mereka berolahraga tadi

Jika ditanya dimana Oline, gadis itu terlihat sedang berjalan menghampiri usai membeli air mineral di kedai terdekat

"Nih minum" menyodorkan salah satu botol yang ia pegang di masing-masing tangannya

Menegak air itu hingga tersisa setengah botol, setelahnya ia kembali melempar pandangan ke depan

"Kamu ga minum? ga haus"

"Haus, minta" merebut air yang tadi Erine minum

"Isshh, itu masih ada yang baru"

"Enakan yang ini"

"Terserah"

"Rinn, laper ga?" sebuah pertanyaan menyapa Indra pendengaran

"Hmmm, laper sedikit"

Pacaran Sambil Kerja || OrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang