XLVI

8.7K 381 44
                                    

Suasana di meja makan pagi ini tampak hening, Adrian fokus dengan laptop, Aura yang menikmati roti panggang dan Rion yang sesekali melirik ke arah Aura yang masih mendiaminya sejak hari itu.

Setelah menghabisi sarapan, Aura bangun dari posisi duduk dan berjalan ke arah dapur. Menaruh piring dan gelas di wastafel, lalu berjalan meninggalkan area dapur. Saat sampai meja makan, Aura tanpa suara ia hanya melewati Adrian dan Rion.

Menyadari itu, Adrian menatap Aura lalu membuang nafasnya kasar.

"Aura"

"..." Tidak ada jawaban yang keluar dari Aura, hingga Aura berlalu meninggalkan ruang makan.

Adrian balik menatap Rion.

"Belum meminta maaf?"

Rion menggeleng.

"Kenapa?"

"Kakak ngga ngebukain pintu"

"Lalu? Kamu menyerah begitu saja?"

"Ngga! Gue udah nyoba bahkan sampe ngerengek tapi kak Aura ngga bukain pintu"

Adrian menggeleng melihat tingkah adik bungsunya, memang benar Aura dan Rion sering bertengkar saat di Australia. Tapi, pertengkaran itu tak bertahan lama, karena pada akhirnya Aura memaafkan Arion.

Untuk kesalahan Arion kali ini, mungkin agak sulit untuk memaafkan nya secara cepat.

"Sudah jam segini, kamu tidak sekolah?"

"Huft" Membuang nafasnya dan bangun dari posisi duduk, lalu berlalu meninggalkan Adrian sendiriian di meja makan.

"Huft" Membuang nafasnya dan bangun dari posisi duduk, lalu berlalu meninggalkan Adrian sendiriian di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di perjalanan menuju sekolah, Aura bersenandung kecil sembari melajukan mobilnya.

Menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, mobil yang aura kendarai memasuki gerbang sekolah SKJ.

Setelah memarkirkan mobil, berjalan menuju kelas MIPA-1 tanpa mendengar bisikan para hama yang selalu membahasnya.

Berjalan memasuki kelas dan mulai menduduki tempat duduknya. Saat tengah menikmati alunan musik lewat earphone bluetooth yang terpasang di kedua telinga, seseorang mengelus atas kepalanya dengan lembut.

Merasa usapan familiar, Aura menatap ke arah pria yang tersenyum.

"Kenapa?"

"Ngga papa, udah sarapan?"

"Udah" Pria itu ikut duduk di samping Aura.

Menatap wajah cantik sang pacar dan tersenyum.

"Cantik"

"Emang, kenapa baru sadar?"

"Cih, narsis sekali haha" tawa kecil yang keluar dari bibir sang pria, tentu menjadi perhatian mereka yang ada di kelas saat.

"Itu, beneran William?"

"Gilaaa, ketawa kecil aja bikin canduuu"

"Fakk, cocok banget sii mereka"

BACK [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang