Di dalam ruangannya, Lingling sedang gelisah. Dia gelisah karena Lisa meminta waktunya nanti malam untuk bertemu. Dia yakin, pertemuan mereka tidak sederhana, pasti ada sesuatu sehingga pria itu memiliki tatapan yang dingin saat memintanya bertemu.
“Sial, bagaimana kalau dia tahu tentang perasaanku untuk adiknya?”
Wanita ini mondar-mandir tidak menentu, dia menggigit kuku jarinya dengan gugup yang tidak terkendali.
Bukannya dia mau bertingkah pengecut, tapi Orm bukan wanita biasa, wanita ini berkelas dan juga anak bungsu dari seorang pengusaha kaya raya di sokor korea ini. Sementara dia? Dia hanya seorang manager hotel, meskipun Elite Global mendunia, dia tetap merasa sangat kecil diantara para pria atau wanita diluar sana yang memiliki status lebih tinggi darinya, yang mungkin setara dengan keluarga Manoban.
Lama-lama dia mulai menenangkan diri, dia berpikir terlalu banyak, tidak mungkin Lisa mengetahui tentang perasaannya, dia tidak pernah memberitahu siapapun, even itu Jisoo maupun Orm. Jadi, tidak mungkin Lisa bisa tahu kan? Mungkin ekspresi Lisa yang dingin itu karena ada sesuatu yang terjadi dengan Ayahnya atau bisa saja hal lain?
Lingling menghela nafas lalu menghembuskan dengan perlahan, kalau dia terus berpikir, dia hanya akan menakuti diri sendiri.
Ting!!!
Pesan yang masuk, Lingling melihatnya dengan cepat, setelah membaca isinya, wajahnya berubah sangat dingin. Tanpa ada yang menyadarinya, dia juga sedang mencari pelaku pemerkosaan Orm, dan pesan yang masuk adalah dari orang yang dia memintai pertolongan untuk mengurusnya.
Dia melihat ke satu titik, dia ingat malam itu, dia benar-benar sudah lupa wajah mereka, tapi dia ingat diantara keduanya, salah satu diantara mereka memiliki tattoo 3 bintang di lengan bawah, tattoo itu menggunakan 3 warna: merah, hijau, dan hitam.
Dia mungkin tidak tahu kalau wajah yang dia lihat saat itu bukan wajah asli mereka, tapi tattoo itu pasti milik orang tersebut.
_____
Di posisi Lisa saat ini, seperti biasa, dia sibuk dengan pekerjaannya. Namun, gambaran tentang semalam seorang pria yang mau mencium Jennie dengan paksa, mengganggu pikirannya.
Selesai dia mengantar Seulgi, dalam perjalanan menuju rumahnya, gambaran-gambaran itu tidak bisa hilang, itu sedikit menganggu, dia tidak pernah mengingat wajah wanita manapun seperti ini, apalagi sampai mengganggu tidurnya.
“Apa yang menganggu pikiranmu?” Seulgi tiba-tiba bertanya.
“Bahkan aku tidak tahu, apa yang aku pikirkan.” Sangkal Lisa dengan cepat.
Tentu saja dia tidak akan jujur, menurutnya pikiran itu sangat memalukan. Sejak awal bertemu Jennie, kesannya sudah buruk, ditambah dia tidak pernah membicarakan hal seperti ini dengan seseorang.
“Oke, diluar ada temanmu yang bernama Wendy datang, aku diminta untuk memanggilmu. Sepertinya dia tidak sendiri, dia bersama 3 orang lainnya.”
Lisa langsung tahu kalau ketiga lainnya adalah Justin, Sehun, dan Kai. Dia tidak mau keluar, dia tahu kalau ketiga lainnya akan mengejek dirinya sampai mereka pergi, namun karena ada Wendy, mau tak mau dia harus keluar.
Lisa mengangguk untuk Seulgi, dia akan pergi setelah piringnya selesai di cuci. Dia membuka apron ditubuhnya, merapikan sedikit kemejanya, lalu melangkah keluar dengan tenang. Bahkan dia belum duduk, ketiga pria itu sudah menertawakannya.
“Bagaimana mungkin seorang Lalisa Manoban akan menjadi seperti ini, huh? Kau tahu? CL menanyakanmu setiap hari.” Ejek Sehun tanpa menahan diri.
“Aku heran, kau bisa melawan banyak orang diluar sana, tapi kau tidak bisa melawan ayahmu sendiri? Aku cukup yakin, jika kau mencuri setengah kekayaannya, itu sangat mudah.” Tambah Justin.