"Sil ihh gilakk untung cuma ada aku. Aaakkk mau gilaakkk aaakkk" pekiknya tertahan dengan mengguncang pelan bahuku
"Aku pitam stress. Jangan kau goyang-goyang" ucapku yang membuat Bibi menghentikan aksinya
"Eh tapikan kita mau bahas apa emangnya?" Heran Bibi
"Gak ada. Biar dia cabut aja dulu. Gak siap aku keknya kalo serangan mendadak gitu lagi" jelasku dan kembali mengikat tali sepatu yang belum terselesaikan tadi.
"Iyakan, kan tadi dah kutanya. Kau ga mikir panjang bodoh" ucapnya
"Dahlah, jantungan aku, pitam pula perkara berdiri mendadak"
"Kamar mandi dulu ayok" pintaku ke Bibi.
Kami berjalan ke toilet. Sengaja kulakukan, hanya itu yang bisa buat menetralkan yang serba tiba-tiba tadi.
"Keknya kau bakal matilah sil" ucap Bibi yakin
Tentu saja kata-kata itu membuat jantungku makin berdebar tak karuan.
*
*
*
*
*Kursi dibawah mading terisi, seorang pria yang terlihat menanti seseorang. Entah berapa lama dia duduk menunggu dikursi kayu itu. Menatap ponsel ditangannya.
"Sana udah ditungguin kau" usirku pada Bibi begitu keluar dari toilet.
"Eh udah lama ya?" Tanya Bibi pada siswa yang menjabat sebagai ketos itu
"Aku luan lah" jawabku melengos pergi kearah lain
"Tunggu sil, kukawani" balasnya
"Gausah, aku sendiri bisa"
Langkahku melambat, jantungku tetap berdebar kencang walau pandangan dan kepalaku membaik.
Jarak dari toilet menuju kantin lumayan panjang, karena kantin berada diluar pintu masuk area utama sekolah. Bersebelahan dengan parkiran.
Aku berjalan melewati gedung, termasuk ruang guru bahkan lapangan yang telah diisi anak futsal lainnya.
Tentu saja dikit banyaknya aku menjadi perhatian anak-anak futsal itu. Tapi aku yakin, Sam berada ditempat lain.
Kantin yang siang tadi padat, kini hanya tersisa 3 manusia yang menunggu jemputan. Untungnya mereka orang-orang yang tak ku ketahui.
Penjaga kantin sibuk dengan kerjaannya. Jadi tak akan ada yang menatap kami selama membicarakan hal yang belum ku tau apa itu.
Pikiranku penuh dengan memperhatikan sekeliling. Dia langsung bangkit sesaat setelah melihatku datang mendekati mejanya.
"Ini teh anget kak, kakak duduk dulu, kakak gapapa? Gak perlu ke UKS aja?" Ucapnya panjang membuka percakapan.
"Gapapa, ini beneran untukku?" Tanyaku menatap teh yang disodorkannya kearahku dan berusaha duduk dihadapannya.
Anggukannya membuatku menerima gelas yang terisi teh hangat itu. Kedua telapak tanganku menutupi sisi gelas, merasakan kehangatan yang menjalar. Cuaca sore ini masih sama seperti siang tadi. Menggelap abu-abu tanpa ada air hujan yang turun.
"Aku udah boleh tau mau bicarain apa?" Tanyaku dengan tangan yang masih merasakan hangatnya permukaan gelas tadi.
Mataku menatap matanya untuk sesaat lalu menatap lagi teh yang ada didepanku. Mata kami bertabrakan selama beberapa detik. Aku ingin ini segera berakhir. Tapi tak menemui tanda-tanda dia akan mengatakan alasannya yang ingin bicara berdua denganku.
Perlahan gelas yang berisikan teh tadi kudekatkan ke bibirku, menyesap airnya perlahan lalu diletakkan ditempat semula.
Dia mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja pelan, kemudian berucap "emm.. aku nyalonkan diri jadi ketos kak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey! He Is My Beloved Ketos!
Teen FictionKisah indah sebelum akhir sekolah ku yang di bumbui dengan banyak nya perbedaan. Kisah masa SMA yang tak pernah terpikirkan dan berakhir kejadian. Kisah yang meliputi ratusan perbedaan. Perbedaan yang menyatukan dan perbedaan itu yang mungkin mem...