Chapter 2

27 3 0
                                    

Sebelum di akhir, bukan hanya kami. Guru pun juga ikut turun untuk menari bersama.

Guru yang berkulit hitam itu menari mengikuti musik Sukunya. Tentu saja hal itu membuat kami semua bersorak riang dan melanjutkan nya hingga akhir.

Setelah menari, Aku memperhatikan sekeliling.

Dan dia menghilang lagi.

Dia pria yang dapat dikatakan cukup tinggi, mengingat dia adalah adik kelasku.

Dia putih, wajahnya juga cukup tampan dan tak bisa dikatakan jelek.

Aku baru melihatnya pertama kali saat lomba itu.

Dan semenjak hari itu..

Kami jadi semakin dekat..

Semakin sering bertemu..

Semakin sering tertawa bersama..

Semakin sering bercanda..

Semakin sering di cie cie kan teman..

Dan semakin membuatku menyimpan rasa.

*
*
*
*
*

Hari ini puncaknya dan telah dilaksanakan dengan baik.

Saat pembubaran panitia, bagianku membersihkan markas kami.

Dari mengutip sampah, menyapu dan mengepel.

Namun karena hari yang semakin siang dan pegawai kebersihan sekolah tak lagi kelihatan.

Aku terpaksa pergi ke gedung SMP untuk mengambil peralatan kebersihan markas nanti.

Di tangga pertama, didekat toilet khusus guru.

*

Selesai.

Bersih-bersih nya selesai.

Selagi menunggu lantai kering, Aku mengembalikan peralatan yang tadinya ku pinjam dari gudang bawah tangga.

Sapu dan serokan sampah kukembalikan ketempat nya.

Begitupun dengan ember kecil dan pel nya. Yang awalnya berada didalam toilet guru.

Dipertengahan jalan Aku menyadari ada yang mengikuti ku, tapi karena arah gerbang utama searah dengan kamar mandi guru. Aku membiarkannya.

Setelah mengembalikan sapu kedalam ruangan kecil dibawah tangga, Aku masuk kedalam toilet guru, mengembalikan pel beserta ember kecil nya.

Tak ada orang bahkan suara didalam sana, kecuali nyanyian ku yang hanya dapat didengar telingaku sendiri.

Sesaat sebelum pel itu kuletakkan sempurna, terdengar suara dari luar toilet.

"Oohh jadi gini toilet guru nyaa" Kurang lebih begitulah yang kudengar.

Aku segera keluar, takut nanti ada yang melihat dan berpikiran lebih dari satu macam.

Namun kendalanya ada di pintu masuk toilet.

Dia disitu, menghalangi jalan keluarku.

"E-eh minggir sikit, mau keluarr" Ucapku pelan tanpa melihat wajahnya.

Adik kelasku yang selalu hilang timbul. Sekarang muncul dihadapanku, berdiri berdua bersamaku dipintu toilet guru.

Bukannya mengikuti intruksi dariku, dia malah lebih memasukkan tubuhnya kedalam. Benarbenar mempersempit ku untuk keluar.

Hey! He Is My Beloved Ketos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang